BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Setelah terjadi pembuahan, bakal buah akan
berkembang menjadi buah dan bakal biji menjadi biji. Namun ada pula peristiwa
pembentukan buah yang tidak didahului dengan pembuahan. Peristtiwa itu disebut
partenokarpi. Pada dasarnya jaringan penyusun buah berasal dari perkembangan
jaringan penyusun bakal buah. Seharusnya dinamakan kulit buah (perikarpium)
adalah perkembangan dari dinding ovarium, tetapi pada prakteknya kadang-kadang
kulit buah tidak hanya berasal dari dinding ovarium saja. Buah semu tidak
dibentuk dari bakal buah saja tetapi mungkin dari bagian bunga lain. (Savitri,
2008).
Secara normal perkembangan buah terjadi setelah
pembuahan. Bakal buah meluas ke arah plassenta dan ovarium. Bertambahnya ukuran
buah disebabkan oleh adanya dua proses, yaitu pembelahan sel (yang diawakili
dengan membesarnya, sebelum pembelahan mitosis) dan pembesaran sel selanjutnya.
Biasanya awal terjadinya pembesaran sel tergantung pada pembelahan sel, dan
dimulai sebelum antesis, kemudian berlanjut sampai buah nyata. Tingkat ini
kemudian secara berangsur diganti dengan perkembnagn sel dan diikuti oleh
pertumbuhan memanjang (Sumardi, 1993).
Biji merupakan alat perkembangbiakan tumbuhan
Angiospermae karena di dalam biji tersebut ditemukan embrio yang merupakan
calon tumbuhan baru. Untuk berkecambah biji memerlukan tenaga yang diperoleh
dari cadangan makanan. Berdasarkan letak cadangan makanannya dibedakan menjadi
dua macam biji, yaitu biji yang albuminus dan eksalbuminus. Biji dibentuk dengan adanya perkambangan bakal biji. Pada
saat pembuahan tabung sari memasuki kantong embrio melalui mikrofil dan
menempatkan dua buah inti gamet jantan padanya. Satu diantaranya bersatu dengan
inti sel telur dan yang lain bersatu dengan inti polar atau hasil penyatuannya,
yakni inti sekunder (Hidayat, 2005).
1.2 Rumusan Masalah
1.
Bagaimana
jaringan penyusun buah kering dan buah berdaging?
2.
Bagaimana gambar
struktur anatomi buah kering dan berdaging?
3.
Bagaimana
jaringan penyusun biji yang mempunyai cadangan makanan
dalam
endosperma dan bukan dalam endosperma?
4.
Bagaimana struktur
anatomi kedua biji tersebut?
1.3 Tujuan
1.
Mengamati jaringan penyusun buah kering dan buah
berdaging?
2.
Membedakan
dengan gambar struktur anatomi buah kering dan berdaging?
3.
Mengamati jaringan penyusun biji yang mempunyai cadangan
makanan
dalam endosperma dan bukan dalam endosperma?
4.
Membedakan
dengan gambar struktur anatomi kedua biji tersebut?
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Peristiwa pembuahan
menyebabkan bakal buah berkembang menjadi buah dan bakal biji berkembang
menjadi biji. Zigot yang terdapat dalam biji juga berkembang menjadi embrio.
Pada saat yang sama, bunga mengalami perubahan yang menyebakan perkembangan
bakal buah menjadi buah. Perhiasan bunger dan benang sari biasanya layu, lalu gugur, dan kemudian, setelah polinasi,
tangkai putik (stilus) mengering. Namun, bakal buah bertambah besar dan
mengalami berbagai modifikasi histologis yang menyebabkan berbagai jaringan
berubah bentuk selnya. Beberapa atau seluruh modifikasi dapat berperan dalam
megahasilkan mekenisme untuk penyebaran biji. Jika diikuti perkembangannya,
buah sebenarnya terdiri dari bakal buah yang telah dewasa (Hidayat, 2005).
Secara normal
perkembangan buah terjadi setelah pembuahan. Bakal buah meluas ke arah
plassenta dan ovarium. Bertambahnya ukuran buah disebabkan oleh adanya dua
proses, yaitu pembelahan sel (yang diawakili dengan membesarnya, sebelum
pembelahan mitosis) dan pembesaran sel selanjutnya. Biasanya awal terjadinya
pembesaran sel tergantung pada pembelahan sel, dan dimulai sebelum antesis,
kemudian berlanjut sampai buah nyata. Tingkat ini kemudian secara berangsur
diganti dengan perkembnagn sel dan diikuti oleh pertumbuhan memanjang (Sumardi,
1993).
Setelah terjadi pembuahan, bakal buah akan
berkembang menjadi buah dan bakal biji menjadi biji. Namun ada pula peristiwa
pembentukan buah yang tidak didahului dengan pembuahan. Peristtiwa itu disebut
partenokarpi. Pada dasarnya jaringan penyusun buah berasal dari perkembangan
jaringan penyusun bakal buah. Seharusnya dinamakan kulit buah (perikarpium)
adalah perkembangan dari dinding ovarium, tetapi pada prakteknya kadang-kadang
kulit buah tidak hanya berasal dari dinding ovarium saja. Buah semu tidak
dibentuk dari bakal buah saja tetapi mungkin dari bagian bunga lain. (Savitri,
2008).
Secara umum buah
berkembang sesudah pembuahan (ferstilisasi), tetapi tidak selalu demikian. Buah
pada banyak tumbuhan, seperti misalnya varietas tertentu dari Musa, Citrus, dan
Vitis, berkembang tanpa pembentukan bijinya. Fenomena ini disebut partenokarpi.
Pada beberapa tumbuhan umpamanya Kacang tanah (Arachis hypogaea),
buahnya itu hanya berkembang setelah ginofor atau tiang putih menembus kedalam
tanah dengan membawa serta karpel atau daun buah dengan ovul atau bakal biji
yang telah dibuahi (Fahn, 1982).
Berdasar struktur kulit buahnya
dapat dibedakan buah kering dan buah berdaging. Buah bedaging adalah buah yang
mempunyai kulit buah tebal dan berdaging. Sedangkan buah kering mempunyai kulit
buah yang tipis. Perikarp dapat mengalami diferensiasi menjadi 2 bagian, yang
luar disebut ektokarp dan bagian dalam menjadi endokarp. Pada babarapa jenis
buah, perikarp berdiferensiasi menjadi 3 bagian, yaitu eksokarp, mesokarp, dan
endokarp. Pada buah terkadang hanya mempunyai lebih dari satu ruangan berisi
satu biji atau beberapa biji. Adapula buah yang mempunyai lebih dari satu ruang
dan setiap ruang dapat berisi satu biji atau lebih.
Biji merupakan alat perkembangbiakan tumbuhan
Angiospermae karena di dalam biji tersebut ditemukan embrio yang merupakan
calon tumbuhan baru. Untuk berkecambah biji memerlukan tenaga yang diperoleh
dari cadangan makanan. Berdasarkan letak cadangan makanannya yaitu jaringan
biji yang albuminus dan eksalbuminus. Biji
dibentuk dengan adanya perkembangan bakal biji. Pada saat pembuahan tabung sari
memasuki kantong embrio melalui mikrofil dan menempatkan dua buah inti gamet
jantan padanya. Satu diantaranya bersatu dengan inti sel telur dan yang lain
bersatu dengan inti polar atau hasil penyatuannya, yakni inti sekunder. (Hidayat, 2005).
Selain
cadangan makanan kulit biji juga mempunyai struktur yang bermacam-macam. Kulit
biji seharusnya merupakan perkembangan integumen tetapi kadang-kadang tidak
hanya integument saja. Jaringan yang mungkin membentuk kulit biji adalah kalaza,
raphe, dan sebagian jaringan nuselus, sel tannin, sel skelerenkim, dsb. Jaringan
yang mugkin tampak pada penampang melintang biji diantaranya : jaringan kulit
biji yang tersusun dari lapisan sel makrosklereida atau osteosklereida, hilum,
endospermae yang berisi butir amilum atau bahkan mungkin aleuron, embrio dsb.
(Savitri, 2008).
BAB III
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil Pengamatan
|
|
|
|
4.2 Pembahasan
4.2.1 Biji buncis (Phaseolus vulgaris)
Dari hasil pengamatan yang kami lakukan pada biji buncis
tampak adanya embrio pada bagian dalam atas pada biji, mesokap dengan warna
agak bening, endokap, serta bagian terluar dari biji yaitu eksokap(kulit luar).
Biji masak terdiri dari tiga bagian: embrio dan endosperm
(keduanya hasil pembuahan ganda) serta kulit biji yang dibentuk oleh dinding
bakal biji, termasuk kedua integumennya (Hidayat, 2005).
4.2.2 Biji kacang tanah (Arhacis hipogaea)
Dari hasil pengamatan yang kami lakukan pada biji kacang
tanah, tampak embrio pada ujung biji, endokarp pada bagian tengah pada biji,
kemudian mesokarp yang mengelilingi semua bagian biji atau merupakan
keseluruhan dari biji kacang, dan eksokarp (kulit luar) yang menyelubugi
permukaan biji.
Pada jenis biji dikotil, embrio merupakan struktur
memanjang, sumbu embrioniknya, bertaut pada kotiledon berdaging. Hipokotil
berakhir pada radikula atau akar embrionik. Kotiledon kacang berdaging sebelum
biji itu berkecambah karena kotiledon menyerap makanan dari endosperma ketika
biji berkembang. Kotiledon ini akan menyerap makanan zat-zat makanan dari
endosperma dan memindahkannya ke embrio ketika embrio itu mulai berkecambah.
(Campbell, 2003).
4.2.3 Biji jagung (Zea mays)
Pada hasil pengamatan yang kami lakukan pada biji jagung,
tampak embrio, endokarp, aksokarp, mesokarp biasanya berwarna kuning.
Pada jagung terkadung butir-butir pati, butir pati ini
terbentuk sebagai butir tunggal atau majemuk. Pada keadaan masak, endosperm
yang berisi pati berada dalam keadaan tak hidup, dan butir pati tidak
dikelilingi oleh amiloplas. Sewaktu pekecambahan buti pati terurai dipermukaan
ketika mulai dihidrolisis (Hidayat,1995).
4.2.4 Buah apel (Pirus mallus)
Pada hasil pengamatan yang kami lakukan pada buah apel,
pada bagian tengah tampak biji menempel, endokarp, mesokarp atau yang sering
kita sebut sebagai daging buah, dan eksokarp atau kulit.
Pada buah berdaging, dinding terdiri dari perikarp atau bersatu dengan jaringan
tambahan. Bagian dalam atau luar dinding buah, atau keseluruhannya, bisa
menjadi berdaging dengan adanya diferensiasi menjadi parenkim lunak atau
sukulen (tebal, berair). Selain dinding, plasenta dan sekat (dalam buah
berlokulus banyak) juga bisa menjadi berdaging (Hidayat, 2005)
Pome, merupakan buah semu berdaging dengan bagian tengah
yang memiliki struktur menyerupai tulang rawan. Misalnya pada Pyrus malus
atau apel. (Iriawati, 2008).
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Biji merupakan alat
perkembangbiakan tumbuhan Angiospermae karena di dalam biji tersebut ditemukan
embrio yang merupakan calon tumbuhan baru. Biji
dibentuk dengan adanya perkembangan bakal biji. Pada saat pembuahan tabung sari
memasuki kantong embrio melalui mikrofil dan menempatkan dua buah inti gamet
jantan padanya. Satu diantaranya bersatu dengan inti sel telur dan yang lain
bersatu dengan inti polar atau hasil penyatuannya, yakni inti sekunder.
Pada biji buncis tampak adanya
embrio pada bagian dalam atas pada biji, mesokap dengan warna agak bening,
endokap, serta bagian terluar dari biji yaitu eksokap(kulit luar).
Pada biji kacang tanah, tampak embrio pada ujung biji,
endokarp pada bagian tengah pada biji, kemudian mesokarp yang mengelilingi
semua bagian biji atau merupakan keseluruhan dari biji kacang, dan eksokarp
(kulit luar) yang menyelubugi permukaan biji.
Pada biji jagung, tampak embrio, endokarp, aksokarp,
mesokarp biasanya berwarna kuning.
Pada buah apel, pada bagian tengah tampak biji menempel,
endokarp, mesokarp atau yang sering kita sebut sebagai daging buah, dan
eksokarp atau kulit.
5.2
Saran
Untuk
para asisten diharapkan ditambah personelnya, agar dapat membantu praktikan.
DAFTAR PUSTAKA
Fahn, A. 1991. Anatomi Tumbuhan.Yogyakarta: Gajah
mada University Press
Hidayat, Estiti B.
1995. Anatomi Tumbuhan Berbiji. Bandung: ITB
Iriawati. 2007. Anaytomi
Bunga, Buah Dan Biji. Bandung: ITB
Savitri,
Evika Sandi. 2005. Anatomi Tumbuhan. Malang. Universitas Islam Negeri Malang
Sumardi, Issrep.
1993. Struktur dan Perkembangan Tumbuhan. Jogjakarta:
Universitas Gaja Mada
0 komentar:
Posting Komentar