salam

Pages

Rabu, 17 April 2013

STRUKTUR PERKEMBANGAN TUMBUHAN II “ BJI dan BUAH ”



BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Setelah terjadi pembuahan, bakal buah akan berkembang menjadi buah dan bakal biji menjadi biji. Namun ada pula peristiwa pembentukan buah yang tidak didahului dengan pembuahan. Peristtiwa itu disebut partenokarpi. Pada dasarnya jaringan penyusun buah berasal dari perkembangan jaringan penyusun bakal buah. Seharusnya dinamakan kulit buah (perikarpium) adalah perkembangan dari dinding ovarium, tetapi pada prakteknya kadang-kadang kulit buah tidak hanya berasal dari dinding ovarium saja. Buah semu tidak dibentuk dari bakal buah saja tetapi mungkin dari bagian bunga lain. (Savitri, 2008).
 Secara normal perkembangan buah terjadi setelah pembuahan. Bakal buah meluas ke arah plassenta dan ovarium. Bertambahnya ukuran buah disebabkan oleh adanya dua proses, yaitu pembelahan sel (yang diawakili dengan membesarnya, sebelum pembelahan mitosis) dan pembesaran sel selanjutnya. Biasanya awal terjadinya pembesaran sel tergantung pada pembelahan sel, dan dimulai sebelum antesis, kemudian berlanjut sampai buah nyata. Tingkat ini kemudian secara berangsur diganti dengan perkembnagn sel dan diikuti oleh pertumbuhan memanjang (Sumardi, 1993).
Biji merupakan alat perkembangbiakan tumbuhan Angiospermae karena di dalam biji tersebut ditemukan embrio yang merupakan calon tumbuhan baru. Untuk berkecambah biji memerlukan tenaga yang diperoleh dari cadangan makanan. Berdasarkan letak cadangan makanannya dibedakan menjadi dua macam biji, yaitu biji yang albuminus dan eksalbuminus.  Biji dibentuk dengan adanya perkambangan bakal biji. Pada saat pembuahan tabung sari memasuki kantong embrio melalui mikrofil dan menempatkan dua buah inti gamet jantan padanya. Satu diantaranya bersatu dengan inti sel telur dan yang lain bersatu dengan inti polar atau hasil penyatuannya, yakni inti sekunder (Hidayat, 2005).

1.2  Rumusan Masalah
1.      Bagaimana jaringan penyusun buah kering dan buah berdaging?
2.      Bagaimana gambar struktur anatomi buah kering dan berdaging?
3.      Bagaimana jaringan penyusun biji yang mempunyai cadangan makanan 
dalam endosperma dan bukan dalam endosperma?
4.      Bagaimana struktur anatomi kedua biji tersebut?
1.3  Tujuan
1.      Mengamati  jaringan penyusun buah kering dan buah berdaging?
2.      Membedakan dengan gambar struktur anatomi buah kering dan berdaging?
3.      Mengamati  jaringan penyusun biji yang mempunyai cadangan makanan
 dalam endosperma dan bukan dalam endosperma?
4.      Membedakan dengan gambar struktur anatomi kedua biji tersebut?


BAB II
KAJIAN PUSTAKA

Peristiwa pembuahan menyebabkan bakal buah berkembang menjadi buah dan bakal biji berkembang menjadi biji. Zigot yang terdapat dalam biji juga berkembang menjadi embrio. Pada saat yang sama, bunga mengalami perubahan yang menyebakan perkembangan bakal buah menjadi buah. Perhiasan bunger dan benang sari biasanya layu, lalu  gugur, dan kemudian, setelah polinasi, tangkai putik (stilus) mengering. Namun, bakal buah bertambah besar dan mengalami berbagai modifikasi histologis yang menyebabkan berbagai jaringan berubah bentuk selnya. Beberapa atau seluruh modifikasi dapat berperan dalam megahasilkan mekenisme untuk penyebaran biji. Jika diikuti perkembangannya, buah sebenarnya terdiri dari bakal buah yang telah dewasa (Hidayat, 2005).
Secara normal perkembangan buah terjadi setelah pembuahan. Bakal buah meluas ke arah plassenta dan ovarium. Bertambahnya ukuran buah disebabkan oleh adanya dua proses, yaitu pembelahan sel (yang diawakili dengan membesarnya, sebelum pembelahan mitosis) dan pembesaran sel selanjutnya. Biasanya awal terjadinya pembesaran sel tergantung pada pembelahan sel, dan dimulai sebelum antesis, kemudian berlanjut sampai buah nyata. Tingkat ini kemudian secara berangsur diganti dengan perkembnagn sel dan diikuti oleh pertumbuhan memanjang (Sumardi, 1993).
Setelah terjadi pembuahan, bakal buah akan berkembang menjadi buah dan bakal biji menjadi biji. Namun ada pula peristiwa pembentukan buah yang tidak didahului dengan pembuahan. Peristtiwa itu disebut partenokarpi. Pada dasarnya jaringan penyusun buah berasal dari perkembangan jaringan penyusun bakal buah. Seharusnya dinamakan kulit buah (perikarpium) adalah perkembangan dari dinding ovarium, tetapi pada prakteknya kadang-kadang kulit buah tidak hanya berasal dari dinding ovarium saja. Buah semu tidak dibentuk dari bakal buah saja tetapi mungkin dari bagian bunga lain. (Savitri, 2008).
Secara umum buah berkembang sesudah pembuahan (ferstilisasi), tetapi tidak selalu demikian. Buah pada banyak tumbuhan, seperti misalnya varietas tertentu dari Musa, Citrus, dan Vitis, berkembang tanpa pembentukan bijinya. Fenomena ini disebut partenokarpi. Pada beberapa tumbuhan umpamanya Kacang tanah (Arachis hypogaea), buahnya itu hanya berkembang setelah ginofor atau tiang putih menembus kedalam tanah dengan membawa serta karpel atau daun buah dengan ovul atau bakal biji yang telah dibuahi (Fahn, 1982).
Berdasar struktur kulit buahnya dapat dibedakan buah kering dan buah berdaging. Buah bedaging adalah buah yang mempunyai kulit buah tebal dan berdaging. Sedangkan buah kering mempunyai kulit buah yang tipis. Perikarp dapat mengalami diferensiasi menjadi 2 bagian, yang luar disebut ektokarp dan bagian dalam menjadi endokarp. Pada babarapa jenis buah, perikarp berdiferensiasi menjadi 3 bagian, yaitu eksokarp, mesokarp, dan endokarp. Pada buah terkadang hanya mempunyai lebih dari satu ruangan berisi satu biji atau beberapa biji. Adapula buah yang mempunyai lebih dari satu ruang dan setiap ruang dapat berisi satu biji atau lebih.
 Biji merupakan alat perkembangbiakan tumbuhan Angiospermae karena di dalam biji tersebut ditemukan embrio yang merupakan calon tumbuhan baru. Untuk berkecambah biji memerlukan tenaga yang diperoleh dari cadangan makanan. Berdasarkan letak cadangan makanannya yaitu jaringan biji yang albuminus dan eksalbuminus.  Biji dibentuk dengan adanya perkembangan bakal biji. Pada saat pembuahan tabung sari memasuki kantong embrio melalui mikrofil dan menempatkan dua buah inti gamet jantan padanya. Satu diantaranya bersatu dengan inti sel telur dan yang lain bersatu dengan inti polar atau hasil penyatuannya, yakni inti sekunder. (Hidayat, 2005).
            Selain cadangan makanan kulit biji juga mempunyai struktur yang bermacam-macam. Kulit biji seharusnya merupakan perkembangan integumen tetapi kadang-kadang tidak hanya integument saja. Jaringan yang mungkin membentuk kulit biji adalah kalaza, raphe, dan sebagian jaringan nuselus, sel tannin, sel skelerenkim, dsb. Jaringan yang mugkin tampak pada penampang melintang biji diantaranya : jaringan kulit biji yang tersusun dari lapisan sel makrosklereida atau osteosklereida, hilum, endospermae yang berisi butir amilum atau bahkan mungkin aleuron, embrio dsb. (Savitri, 2008).




 BAB III
 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan
 



 
Gambar literatur






Hdayat (1995).



















 
Biji kacang tanah (Arhacis hipogaea)

 



                                                                                                                             
Gambar literature

 
Biji jagung (Zea mays)

 




















4.2 Pembahasan
4.2.1 Biji buncis (Phaseolus vulgaris)
            Dari hasil pengamatan yang kami lakukan pada biji buncis tampak adanya embrio pada bagian dalam atas pada biji, mesokap dengan warna agak bening, endokap, serta bagian terluar dari biji yaitu eksokap(kulit luar).
Biji masak terdiri dari tiga bagian: embrio dan endosperm (keduanya hasil pembuahan ganda) serta kulit biji yang dibentuk oleh dinding bakal biji, termasuk kedua integumennya (Hidayat, 2005).
4.2.2 Biji kacang tanah (Arhacis hipogaea)
            Dari hasil pengamatan yang kami lakukan pada biji kacang tanah, tampak embrio pada ujung biji, endokarp pada bagian tengah pada biji, kemudian mesokarp yang mengelilingi semua bagian biji atau merupakan keseluruhan dari biji kacang, dan eksokarp (kulit luar) yang menyelubugi permukaan biji.
Pada jenis biji dikotil, embrio merupakan struktur memanjang, sumbu embrioniknya, bertaut pada kotiledon berdaging. Hipokotil berakhir pada radikula atau akar embrionik. Kotiledon kacang berdaging sebelum biji itu berkecambah karena kotiledon menyerap makanan dari endosperma ketika biji berkembang. Kotiledon ini akan menyerap makanan zat-zat makanan dari endosperma dan memindahkannya ke embrio ketika embrio itu mulai berkecambah. (Campbell, 2003).
4.2.3 Biji jagung (Zea mays)
Pada hasil pengamatan yang kami lakukan pada biji jagung, tampak embrio, endokarp, aksokarp, mesokarp biasanya berwarna kuning.
Pada jagung terkadung butir-butir pati, butir pati ini terbentuk sebagai butir tunggal atau majemuk. Pada keadaan masak, endosperm yang berisi pati berada dalam keadaan tak hidup, dan butir pati tidak dikelilingi oleh amiloplas. Sewaktu pekecambahan buti pati terurai dipermukaan ketika mulai dihidrolisis (Hidayat,1995).
4.2.4 Buah apel (Pirus mallus)
Pada hasil pengamatan yang kami lakukan pada buah apel, pada bagian tengah tampak biji menempel, endokarp, mesokarp atau yang sering kita sebut sebagai daging buah, dan eksokarp atau kulit.
Pada buah berdaging, dinding terdiri dari  perikarp atau bersatu dengan jaringan tambahan. Bagian dalam atau luar dinding buah, atau keseluruhannya, bisa menjadi berdaging dengan adanya diferensiasi menjadi parenkim lunak atau sukulen (tebal, berair). Selain dinding, plasenta dan sekat (dalam buah berlokulus banyak) juga bisa menjadi berdaging (Hidayat, 2005)
Pome, merupakan buah semu berdaging dengan bagian tengah yang memiliki struktur menyerupai tulang rawan. Misalnya pada Pyrus malus atau apel. (Iriawati, 2008).


BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Biji merupakan alat perkembangbiakan tumbuhan Angiospermae karena di dalam biji tersebut ditemukan embrio yang merupakan calon tumbuhan baru. Biji dibentuk dengan adanya perkembangan bakal biji. Pada saat pembuahan tabung sari memasuki kantong embrio melalui mikrofil dan menempatkan dua buah inti gamet jantan padanya. Satu diantaranya bersatu dengan inti sel telur dan yang lain bersatu dengan inti polar atau hasil penyatuannya, yakni inti sekunder.
Pada biji buncis tampak adanya embrio pada bagian dalam atas pada biji, mesokap dengan warna agak bening, endokap, serta bagian terluar dari biji yaitu eksokap(kulit luar).
 Pada biji kacang tanah, tampak embrio pada ujung biji, endokarp pada bagian tengah pada biji, kemudian mesokarp yang mengelilingi semua bagian biji atau merupakan keseluruhan dari biji kacang, dan eksokarp (kulit luar) yang menyelubugi permukaan biji.
Pada biji jagung, tampak embrio, endokarp, aksokarp, mesokarp biasanya berwarna kuning.
Pada buah apel, pada bagian tengah tampak biji menempel, endokarp, mesokarp atau yang sering kita sebut sebagai daging buah, dan eksokarp atau kulit.
5.2 Saran
            Untuk para asisten diharapkan ditambah personelnya, agar dapat membantu praktikan.



DAFTAR PUSTAKA

Fahn, A. 1991. Anatomi Tumbuhan.Yogyakarta: Gajah mada University Press
Hidayat, Estiti B. 1995. Anatomi Tumbuhan Berbiji. Bandung: ITB
Iriawati. 2007. Anaytomi Bunga, Buah Dan Biji. Bandung: ITB
Savitri, Evika Sandi. 2005. Anatomi Tumbuhan. Malang. Universitas Islam Negeri Malang
Sumardi, Issrep. 1993. Struktur dan Perkembangan Tumbuhan. Jogjakarta: Universitas Gaja Mada
















0 komentar:

Posting Komentar