salam

Pages

Rabu, 17 April 2013

LAPORAN PRAKTIKUM STRUKTUR PERKEMBANGAN HEWAN II "PENGAMATAN EMBRIO"


BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Ilmu pertumbuhan embryo, sejak pembuahan sampai kelahiran. Disebut juga ilmu mudigah. Cakupan ilmu ini meluas kepada masalah persiapan untuk terjadinya pembuahan serta masalah pembiakan pada umumnya. Bagi hewan yang memiliki tingkat berudu ilmu ini juga mencakup sampai saat berudu itu bermetamorphosis (Yatim, 1994: 7).
Sesungguhnya embriyologi berlaku bagi segenap makhluk. Pada Botani dikenal juga ilmu ini. Periode pertumbuhan embrio terdiri atas 5 periode yaitu sebagai berikut: Periode persiapan, Periode pembuahan, Periode pertumbuhan awal, Periode antara dan Periode pertumbuhan akhir.
Pada kesempatan kali ini kami melakukan pengamatan pada embrio-embrio yaitu pada embrio mencit, awetan embrio tikus,  awetan embrio kelinci dan awetan embrio pada sapi. Karena contoh-contoh diatas merupakan representatif dari masing-masing kelasnya.

1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah didalam praktikum kali ini adalah sebagai berikut:
1.      Bagaimana morfologi dari awetan embrio sapi, embrio kelinci dan embrio tikus ?
2.      Bagaimana perkembangan embrio pada mencit secara morfologi selama periode kebuntingan?



1.2  Tujuan
Adapun tujuan kami didalam melakukan praktikum kali ini ialah sebagai berikut :
1.      Untuk mengetahui morfologi dari awetan embrio sapi, embrio kelinci dan embrio tikus.
2.     Untuk mengetahui perkembangan embrio pada mencit secara morfologi selama periode kebuntingan.


BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1    Pengertian Embriologi
Embriologi adalah ilmu yang mempelajari tentang embrio dan segala sesuatu yang berhubungan dengan embrio. Sedangkan yang dimaksud dengan embrio ialah hasil peleburan sel zigot yang membelah secara mitosis dan terus-menerus (Wiyono, 2005: 96-97).
             Untuk mengetahui atau membedakan bahwa hewan tersebut bunting atau tidak, maka dapat diperhatikan letak rumen yang ada disebelah kiri ruang abdomen, yang agak jauh dari rectum. Karena jauhnya siku kita harus ikut masuk ke dalam rektum untuk dapat mencapainya (Partodihardjo, 1992:251-252).

Alat reproduksi mencit jantan terdiri dari sepanjang testis, uretra dan penis. Sedangkan mencit betina terdiri dari sepanjang ovarium, oviduct, uterus, cervic, dan vagina. Mencit betina mempunyai lima pasang kelenjar mammae dengan tiga di antaranya terletak di daerah cervicothorac dan dua lainnya di daerah inguinoaabdominalis. Pengaruh luar seperti suara keras , pakan, cahaya, kepadatan dalam kandang memegang peranan penting dalam proses reproduksi yang akan secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi  hypothalamumic-pituitary axis yang berkaitan dengan fungsi ovarium dan testis. Perkawinan mencit didektesi dengan terbentuknya vaginal plung yang menutup vagina dan cervix sampai vulva. Terdapat dua macam sistem kawin yang dipakai yaitu pasangan monogami (seekor jantan dan seekor betina) dan pologami (seekor jantan untuk dua atau tiga ekor betina) (Kusumawati, 2004: 49).
Organogenesis disebut juga morphogenesis. Embrio bentuk primitive tumbuh menjadi bentuk definitive dan memiliki bentuk dan rupa yang spesifik bagi keluarga hewan dalam satu spesies. Pada periode ini embrio akan memiliki bentuk yang khusus bagi suatu spesies. Sudah terlihat di sini adanya bentuk yang bentuk katak, bentuk ayam, bentuk babi atau bentuk manusia manusia umpanya. Pada periode pertumbuahan akhir, penyelesaian pertumbuhan jenis kelamin, watak (karakter fisik dan psikis) serta rongga atau wajah yang khusus bagi setiap individu. Periode pertumbuahan antara jelas dapat diberi batasanbya dengan periode pertumbuhan akhir pada hewan yang berberudu, seperti umum terdapat pada Vertebrata, Pisces dan Amphibia. Bagi hewan ini periode periode pertumbuhan antara tingkat berudu (Yatim,1994: 118).


BAB III
METODE PENGAMATAN

3.1 Waktu dan Tempat
Adapun waktu pengamatan kami pada tanggal 28 Juni 2010, tepatnya pada hari Sabtu pukul 13:00 WIB. Di laboratorium Dasar Biologi lantai satu UIN Malang.
3.2 Alat dan Bahan
            Didalam praktikum kali ini kami membutuhkan alat-alat dan bahan-bahan untuk memdahkan jalannya praktikum kami.
            Adapun alat-alat yang kami pergunakan dalam praktikum ini senagai berikut:
1.      Sepengkat alat bedah                    1 Buah
2.      Papan seksi                                    1 Buah
3.      Lap atau tissue                              Secukupnya
4.      Lup atau kaca pembesar                1 Buah
5.      Kapas                                            Secukupnya
6.      Mikroskop Elektron                      1 Buah
Adapun bahan-bahan yang kami perlukan dalam praktikum kali ini ialah sebagai berikut :
1.      Mencit betina yang bunting          1 Ekor
2.      Awetan emrio sapi                        2 Awetan
3.      Awetan embrio kelinci                  4 Awetan
4.      Awetan embrio tikus                     2 Awetan
5.      Klorofom                                      Secukupnya
3.3 Cara Kerja
Sebelum melakukan kegiatan pengamatan, adapun prosedur kerja sebagai berikut :
  1. Memilih mencit betina yang sudah bunting, kemudian membius mencit dengan menggunakan klorofom.
  2. Melihat apakah mencit tersebut sudah mati atau belum, jika sudah mati maka mencit tersebut dapat dipindahkan di atas papan seksi.
  3. Membedah mencit tersebut dengan dimulai dari bagian extremitas bawah ke extremitas atas.
  4. Membersihkan organ-organ pada tubuh mencit dan membiarkan embrio atau fetus pada ovarium mencit.
  5. Memotong embrio mencit dengan sangat hati-hati kemudian mengamati embrio mencit dibawah mikroskop dengan mencocokkan dengan gambar literatur.
  6. Untuk embrio kelinci, embrio sapi, dan embriotikus semua ini menggunakan awetan yang sudah disediakan oleh asisten laboratorium.


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1              Hasil Pengamatan




  




Berikut merupakan data hasil pengamatan embrio pada mencit dan awetan-awetan embrio yang telah disediakan:










Gambar  : Anatomi Embrio pada Tikus
Keterangan gambar:
1.       Kepala                           5.   Bakal Telingga
2.       Perut                               6.   Tangan
3.       Bakal mulut                 7.    Kaki
4.       Bakal Ekor











Gambar: Anatomi Embrio pada Kelinci
Keterangan gambar:
1.       Mata                              5.   Tangan
2.       Kepala                           6.   Kaki
3.       Bakal mulut                   
4.       Bakal Ekor






Gambar 5 : Anatomi Reproduksi Mencit Betina


Gambar: Anatomi Embrio pada Mencit
Keterangan gambar:
1.       Kepala                           5.   Bakal Telingga
2.       Perut                               6.   Tangan
3.       Bakal mulut                 7.    Kaki
4.       Bakal Ekor


Gambar 6: Anatomi Reproduksi Merpati Betina









Gambar : Anatomi Embrio pada Sapi
Keterangan gambar:
1.       Kepala                           5.   Telingga                          9.   Bakal Testis
2.       Perut                               6.   Tangan                            10.  Plasenta
3.       mulut                             7.   Kaki
4.       Ekor                               8.   Bakal Penis




4.2               Pembahasan
Dari hasil pengamatan dan data deskripsi, maka dapat dijelaskan lebih lanjut sebagai berikut :
1)      Awetan Embrio pada Tikus
          Pada pengamatan kali ini kami menggunakan mikroskop sehingga kami dapat mengamati dengan jelas bagian-bagian organ pada embrio pada mencit. Awalnya kami merasa kesulitan pada saat pengamatan ini dikarenakan alas yang kami gunakan tissue yang berwarna putih. Sehingga warna embrio tikus dengan warna tissue sangat kontars. Akhirnya kami menggantinya dengan kertas karbon. Setelah diganti maka organ-organ tikus dapat dengan jelas diamatinya.
          Organ yang jelas yaitu bagian mata yang berbentuk bulat telur, telingga belum berbentuk sempurna dan mulut yang masih belum berbentuk. Setelah kami ukur ternyata panjang tubuh pada embrio tikus ini mencapai 1,2 cm lebar 0,5 cm. pada bagian kepala masih terlihat tulang kranium (tulang kepala) belum bersatu.
2)      Awetan Embrio pada Kelinci
          Pengamatan ini tidak menggunakan mikroskop, ini dikarenakan pada embrio kelinci ini dapat lihat dengan mata telanjang. Atau lebih jelas dapat menggunakan kaca pembesar atau lup. Ternyata setelah kami amati lebih mendetail embrio pada kelinci ini telah mengalami kerusakan pada bagian ekor dan bagian organ ektremitas atas atau bagian tangan. Tetapi dari kami salah menafsirkan kalau embrio pada kelinci itu keadaannya masih utuh atau sehat.  
          Setelah diamati dari ciri-ciri, ternyata embrio kelinci ini telah berumur 10 hari dengan panjang kira-kira 5 cm dan lebar 1,5 cm. Bagian tangan pada embrio kelinci ini bentuknya sempurnya dengan ditandai adanya jari-jari 5.
3)      Embrio pada Mencit
          Pada pengamatan embrio ini kami semua mengetahui langsung dengan  jelas bagian atau organ-organ embrio. Karena kami langsung membedah mencit yang sedang bunting tersebut. Setelah dibedah maka organ-organ pada mencit kami buang dan membiarkan fetus-fetus mencit yang menempel pada rahim mencit. Semula kami mengira kalau jumlah fetus mencit etrsebut berjumlah 7, ternyata setelah dichek ulang, maka jumlah fetus mencit tersebut ada 8 ekor
          Pada waktu pembedahan kami sangat hati-hati sekali untuk memotongnya, ini dikarenakan kami takut kalau kami salah memotong jantung. Dimana apabila jantung yang terkena maka darah akan banyak yang mengalir. Fetus mencit yang sudah dibersihkan kami amati dibawah mikroskop, dengan menggunakan alas dari kertas karbon. Dari situlah kami menemukan organ-organ yang kiranya sudah dapat diamati. Antara lain kepala, mata, perut, extremitas anterior, extremitas posterior dan telingga yang bebentuk bulat. Setelah mengamati dari segi morfologi fetus mencit tersebut, maka kami dapat menyimpulkan kalau fetus mencit tersebut masih dalam usia 18-19 hari.
          Sel telur mencit bertipe isolesital, hanya mengandung sedikit yolk, sehingga untuk pertumbuahn embrio selanjutnya telur tidak dikelearkan dari tubuh induk, tetapi seluruh perkembangan embrio terjadi didalam tubuh induk, mulai di dalam ovidak dan dilanjutkan di dalam uterus. Seperti pada perkembangan embrio katak, dan ayam. Perkembangan embrio mencit juga melalui tahapan segmentasi, blastulasi, gastrulasi, neurulasi dan organogenesis (Muctharomah, 2007).
4)      Awetan Embrio pada Sapi
          Pada pengamatan awetan embrio sapi ini pertama kali kami merasa agak tidak enak dengan formalin yang ada pada embrio sapi tersebut. Pada embrio sapi tersebut sudah kelihatan atau nampak organ-organnya, walaupun ada yang masih akan menjadi organ.
          Organ yang benar-benar sudah Nampak yaitu kepala, telingga, mata, ekor kaki depan, kaki belakang, dan plasenta. Pada fetus sapi yang kami amati ini sudah memiliki bakal penis dan bakal testis, dengan ditandai adanya tonjolan pada bagian-bagia tertentu tersebut.embrio sapi ini memiliki panjang 15 mm dan lebar 8 mm. pada paha 3 mm, betis 3,5 dan pada kaki 6,5 mm. setelah melihat dari segi morfologi tersebut maka, kami dapat menyimpulkan bahwa embrio sapi tersebut sudah berumur 2 bulan.




BAB V
PENUTUP

4.2    Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil pengamatan di atas, maka kami dapat menyimpulkan bahwa :
1.      Embrio pada mencit dan tikus memiliki lama satu daur pembiakan selama 5 hari. Pada keinci selama 15 hari, sedangkan pada sapi memilki lama satu daur pembiakan selama 21 hari.
2.      Pada mencit memliki sel telur yang bertipe isolesital, hanya mengandung sedikit yolk, sehingga untuk pertumbuahn embrio selanjutnya telur tidak dikelearkan dari tubuh induk, tetapi seluruh perkembangan embrio terjadi didalam tubuh induk, mulai di dalam ovidak dan dilanjutkan di dalam uterus. Seperti pada perkembangan embrio katak, dan ayam.
3.      Seperti pada perkembangan embrio katak, dan ayam. Perkembangan embrio mencit juga melalui tahapan segmentasi, blastulasi, gastrulasi, neurulasi dan organogenesis.
4.3    Saran
Kami mohon pada praktikum ini asisten pendamping dapat mengkondisikan semua praktikan, semua praktikum dapat berjalan dengan lancar.








DAFTAR PUSTAKA
                                                                                       

Kusumawati, Diah. 2004. Bersahabat dengan Hewan Coba. Surabaya : UGM Press
Muchtarromah, Bayyinatul. 2007-2008. Panduan Praktikum Struktur Perkembangan Hewan II. Malang : Universitas Islam Negeri Malang
Partodihardjo, Soebadi. 1992. Ilmu Reproduksi Hewan. Jakarta: Mutiara Sumber Widya
Wiyono, Sapto. 2005. Kamus Pintar Bioologi. Surabaya: Citra Wacana
Yatim, Wildan . 1994. Embryologi. Bandung: Penerbit Tarsito

0 komentar:

Posting Komentar