BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Ilmu pertumbuhan
embryo, sejak pembuahan sampai kelahiran. Disebut juga ilmu mudigah. Cakupan
ilmu ini meluas kepada masalah persiapan untuk terjadinya pembuahan serta
masalah pembiakan pada umumnya. Bagi hewan yang memiliki tingkat berudu ilmu
ini juga mencakup sampai saat berudu itu bermetamorphosis (Yatim, 1994: 7).
Sesungguhnya embriyologi berlaku bagi segenap
makhluk. Pada Botani dikenal juga ilmu ini. Periode pertumbuhan embrio terdiri
atas 5 periode yaitu sebagai berikut: Periode persiapan, Periode pembuahan,
Periode pertumbuhan awal, Periode antara dan Periode pertumbuhan akhir.
Pada kesempatan kali ini kami melakukan pengamatan
pada embrio-embrio yaitu pada embrio mencit, awetan embrio tikus, awetan embrio kelinci dan awetan embrio pada
sapi. Karena contoh-contoh diatas merupakan representatif dari masing-masing
kelasnya.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun
rumusan masalah didalam praktikum kali ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana morfologi dari awetan embrio
sapi, embrio kelinci dan embrio tikus ?
2. Bagaimana perkembangan embrio pada
mencit secara morfologi selama periode kebuntingan?
1.2
Tujuan
Adapun
tujuan kami didalam melakukan praktikum kali ini ialah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui morfologi dari awetan
embrio sapi, embrio kelinci dan embrio tikus.
2. Untuk mengetahui perkembangan embrio
pada mencit secara morfologi selama periode kebuntingan.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1
Pengertian Embriologi
Embriologi adalah ilmu yang mempelajari tentang
embrio dan segala sesuatu yang berhubungan dengan embrio. Sedangkan yang
dimaksud dengan embrio ialah hasil peleburan sel zigot yang membelah secara
mitosis dan terus-menerus (Wiyono, 2005: 96-97).
Untuk mengetahui atau membedakan bahwa hewan
tersebut bunting atau tidak, maka dapat diperhatikan letak rumen yang ada
disebelah kiri ruang abdomen, yang agak jauh dari rectum. Karena jauhnya siku
kita harus ikut masuk ke dalam rektum untuk dapat mencapainya (Partodihardjo,
1992:251-252).
Alat reproduksi mencit jantan terdiri dari sepanjang
testis, uretra dan penis. Sedangkan mencit betina terdiri dari sepanjang
ovarium, oviduct, uterus, cervic, dan vagina. Mencit betina
mempunyai lima pasang kelenjar mammae dengan tiga di antaranya terletak di
daerah cervicothorac dan dua lainnya
di daerah inguinoaabdominalis. Pengaruh luar seperti suara keras , pakan,
cahaya, kepadatan dalam kandang memegang peranan penting dalam proses
reproduksi yang akan secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi hypothalamumic-pituitary
axis yang berkaitan dengan fungsi ovarium dan testis. Perkawinan mencit
didektesi dengan terbentuknya vaginal plung
yang menutup vagina dan cervix sampai vulva. Terdapat dua macam sistem
kawin yang dipakai yaitu pasangan monogami (seekor jantan dan seekor betina)
dan pologami (seekor jantan untuk dua atau tiga ekor betina) (Kusumawati, 2004:
49).
Organogenesis disebut juga morphogenesis.
Embrio bentuk primitive tumbuh menjadi bentuk definitive dan memiliki bentuk
dan rupa yang spesifik bagi keluarga hewan dalam satu spesies. Pada periode ini
embrio akan memiliki bentuk yang khusus bagi suatu spesies. Sudah terlihat di
sini adanya bentuk yang bentuk katak, bentuk ayam, bentuk babi atau bentuk
manusia manusia umpanya. Pada periode pertumbuahan akhir, penyelesaian
pertumbuhan jenis kelamin, watak (karakter fisik dan psikis) serta rongga atau
wajah yang khusus bagi setiap individu. Periode pertumbuahan antara jelas dapat
diberi batasanbya dengan periode pertumbuhan akhir pada hewan yang berberudu,
seperti umum terdapat pada Vertebrata, Pisces dan Amphibia. Bagi hewan ini
periode periode pertumbuhan antara tingkat berudu (Yatim,1994: 118).
BAB
III
METODE
PENGAMATAN
3.1
Waktu dan Tempat
Adapun waktu pengamatan kami pada tanggal 28 Juni
2010, tepatnya pada hari Sabtu pukul 13:00 WIB. Di laboratorium Dasar Biologi
lantai satu UIN Malang.
3.2 Alat dan Bahan
Didalam praktikum kali
ini kami membutuhkan alat-alat dan bahan-bahan untuk memdahkan jalannya
praktikum kami.
Adapun alat-alat yang kami
pergunakan dalam praktikum ini senagai berikut:
1. Sepengkat alat bedah 1 Buah
2. Papan seksi 1 Buah
3. Lap atau tissue Secukupnya
4. Lup atau kaca pembesar 1 Buah
5. Kapas Secukupnya
6. Mikroskop Elektron 1 Buah
Adapun bahan-bahan yang kami perlukan dalam
praktikum kali ini ialah sebagai berikut :
1. Mencit betina yang bunting 1 Ekor
2. Awetan emrio sapi 2 Awetan
3. Awetan embrio kelinci 4 Awetan
4. Awetan embrio tikus 2 Awetan
5. Klorofom Secukupnya
3.3 Cara Kerja
Sebelum melakukan kegiatan pengamatan, adapun
prosedur kerja sebagai berikut :
- Memilih mencit betina yang sudah bunting, kemudian membius mencit dengan menggunakan klorofom.
- Melihat apakah mencit tersebut sudah mati atau belum, jika sudah mati maka mencit tersebut dapat dipindahkan di atas papan seksi.
- Membedah mencit tersebut dengan dimulai dari bagian extremitas bawah ke extremitas atas.
- Membersihkan organ-organ pada tubuh mencit dan membiarkan embrio atau fetus pada ovarium mencit.
- Memotong embrio mencit dengan sangat hati-hati kemudian mengamati embrio mencit dibawah mikroskop dengan mencocokkan dengan gambar literatur.
- Untuk embrio kelinci, embrio sapi, dan embriotikus semua ini menggunakan awetan yang sudah disediakan oleh asisten laboratorium.
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil Pengamatan
Berikut
merupakan data hasil pengamatan embrio pada mencit dan awetan-awetan embrio
yang telah disediakan:
Gambar
: Anatomi Embrio pada Tikus
Keterangan
gambar:
1. Kepala 5. Bakal Telingga
2. Perut 6. Tangan
3. Bakal mulut 7. Kaki
4. Bakal Ekor
Gambar:
Anatomi Embrio pada Kelinci
Keterangan
gambar:
1. Mata 5. Tangan
2. Kepala 6. Kaki
3. Bakal mulut
4. Bakal Ekor
Gambar
5 : Anatomi Reproduksi Mencit Betina
Gambar:
Anatomi Embrio pada Mencit
Keterangan
gambar:
1. Kepala 5. Bakal Telingga
2. Perut 6. Tangan
3. Bakal mulut 7. Kaki
4. Bakal Ekor
Gambar
6: Anatomi Reproduksi Merpati Betina
Gambar : Anatomi
Embrio pada Sapi
Keterangan
gambar:
1. Kepala 5. Telingga 9. Bakal Testis
2. Perut 6. Tangan 10. Plasenta
3. mulut 7. Kaki
4. Ekor 8. Bakal Penis
4.2
Pembahasan
Dari hasil
pengamatan dan data deskripsi, maka dapat dijelaskan lebih lanjut sebagai
berikut :
1) Awetan Embrio pada Tikus
Pada pengamatan kali ini kami menggunakan
mikroskop sehingga kami dapat mengamati dengan jelas bagian-bagian organ pada
embrio pada mencit. Awalnya kami merasa kesulitan pada saat pengamatan ini
dikarenakan alas yang kami gunakan tissue yang berwarna putih. Sehingga warna
embrio tikus dengan warna tissue sangat kontars. Akhirnya kami menggantinya
dengan kertas karbon. Setelah diganti maka organ-organ tikus dapat dengan jelas
diamatinya.
Organ yang jelas yaitu bagian mata
yang berbentuk bulat telur, telingga belum berbentuk sempurna dan mulut yang
masih belum berbentuk. Setelah kami ukur ternyata panjang tubuh pada embrio
tikus ini mencapai 1,2 cm lebar 0,5 cm. pada bagian kepala masih terlihat
tulang kranium (tulang kepala) belum bersatu.
2) Awetan Embrio pada Kelinci
Pengamatan ini tidak menggunakan
mikroskop, ini dikarenakan pada embrio kelinci ini dapat lihat dengan mata
telanjang. Atau lebih jelas dapat menggunakan kaca pembesar atau lup. Ternyata
setelah kami amati lebih mendetail embrio pada kelinci ini telah mengalami
kerusakan pada bagian ekor dan bagian organ ektremitas atas atau bagian tangan.
Tetapi dari kami salah menafsirkan kalau embrio pada kelinci itu keadaannya
masih utuh atau sehat.
Setelah diamati dari ciri-ciri,
ternyata embrio kelinci ini telah berumur 10 hari dengan panjang kira-kira 5 cm
dan lebar 1,5 cm. Bagian tangan pada embrio kelinci ini bentuknya sempurnya
dengan ditandai adanya jari-jari 5.
3) Embrio pada Mencit
Pada pengamatan embrio ini kami semua
mengetahui langsung dengan jelas bagian
atau organ-organ embrio. Karena kami langsung membedah mencit yang sedang
bunting tersebut. Setelah dibedah maka organ-organ pada mencit kami buang dan
membiarkan fetus-fetus mencit yang menempel pada rahim mencit. Semula kami
mengira kalau jumlah fetus mencit etrsebut berjumlah 7, ternyata setelah dichek
ulang, maka jumlah fetus mencit tersebut ada 8 ekor
Pada waktu pembedahan kami sangat
hati-hati sekali untuk memotongnya, ini dikarenakan kami takut kalau kami salah
memotong jantung. Dimana apabila jantung yang terkena maka darah akan banyak
yang mengalir. Fetus mencit yang sudah dibersihkan kami amati dibawah
mikroskop, dengan menggunakan alas dari kertas karbon. Dari situlah kami
menemukan organ-organ yang kiranya sudah dapat diamati. Antara lain kepala,
mata, perut, extremitas anterior, extremitas posterior dan telingga yang
bebentuk bulat. Setelah mengamati dari segi morfologi fetus mencit tersebut,
maka kami dapat menyimpulkan kalau fetus mencit tersebut masih dalam usia 18-19
hari.
Sel telur mencit bertipe isolesital,
hanya mengandung sedikit yolk, sehingga untuk pertumbuahn embrio
selanjutnya telur tidak dikelearkan dari tubuh induk, tetapi seluruh
perkembangan embrio terjadi didalam tubuh induk, mulai di dalam ovidak dan
dilanjutkan di dalam uterus. Seperti pada perkembangan embrio katak, dan ayam.
Perkembangan embrio mencit juga melalui tahapan segmentasi, blastulasi,
gastrulasi, neurulasi dan organogenesis (Muctharomah, 2007).
4) Awetan Embrio pada Sapi
Pada pengamatan awetan embrio sapi ini
pertama kali kami merasa agak tidak enak dengan formalin yang ada pada embrio
sapi tersebut. Pada embrio sapi tersebut sudah kelihatan atau nampak
organ-organnya, walaupun ada yang masih akan menjadi organ.
Organ yang benar-benar sudah Nampak
yaitu kepala, telingga, mata, ekor kaki depan, kaki belakang, dan plasenta.
Pada fetus sapi yang kami amati ini sudah memiliki bakal penis dan bakal
testis, dengan ditandai adanya tonjolan pada bagian-bagia tertentu tersebut.embrio
sapi ini memiliki panjang 15 mm dan lebar 8 mm. pada paha 3 mm, betis 3,5 dan
pada kaki 6,5 mm. setelah melihat dari segi morfologi tersebut maka, kami dapat
menyimpulkan bahwa embrio sapi tersebut sudah berumur 2 bulan.
PENUTUP
4.2 Kesimpulan
Berdasarkan dari
hasil pengamatan di atas, maka kami dapat menyimpulkan bahwa :
1. Embrio pada mencit dan tikus memiliki lama
satu daur pembiakan selama 5 hari. Pada keinci selama 15 hari, sedangkan pada
sapi memilki lama satu daur pembiakan selama 21 hari.
2. Pada mencit memliki sel telur yang
bertipe isolesital, hanya mengandung sedikit yolk, sehingga untuk
pertumbuahn embrio selanjutnya telur tidak dikelearkan dari tubuh induk, tetapi
seluruh perkembangan embrio terjadi didalam tubuh induk, mulai di dalam ovidak
dan dilanjutkan di dalam uterus. Seperti pada perkembangan embrio katak, dan
ayam.
3. Seperti pada perkembangan embrio katak,
dan ayam. Perkembangan embrio mencit juga melalui tahapan segmentasi,
blastulasi, gastrulasi, neurulasi dan organogenesis.
4.3
Saran
Kami mohon pada
praktikum ini asisten pendamping dapat mengkondisikan semua praktikan, semua
praktikum dapat berjalan dengan lancar.
DAFTAR
PUSTAKA
Kusumawati,
Diah. 2004. Bersahabat dengan Hewan Coba.
Surabaya : UGM Press
Muchtarromah, Bayyinatul. 2007-2008. Panduan Praktikum Struktur Perkembangan
Hewan II. Malang : Universitas Islam Negeri Malang
Partodihardjo, Soebadi. 1992. Ilmu Reproduksi Hewan. Jakarta: Mutiara
Sumber Widya
Wiyono, Sapto. 2005. Kamus Pintar
Bioologi. Surabaya: Citra Wacana
Yatim, Wildan . 1994. Embryologi. Bandung: Penerbit Tarsito
0 komentar:
Posting Komentar