salam

Pages

Rabu, 17 April 2013

Makalah REPRODUKSI MERPATI JANTAN




A.    Ciri Umum Merpati Jantan
Merpati Indonesia berasal dari jenis merpati local. Merpati lokal tersebut berasal dari merpati liar (Columba livia) yang telah lama dibudidayakan dan asal penyebarannya dari Eropa (Antawidjaja, 1988).
            Merpati famili Columbidae merupakan famili yang meliputi 289 spesies dengan ukuran mulai dari merpati Diamond yang mempunyai ukuran 12 cm sampai merpati Crowned  yang berukuran sebesar kalkun betina (Pigeon Recovery, 2001).
Banyak yang mengatakan bahwa dalam satu clutch (sepasang telur atau sepasang anakan yang dihasilkan oleh induk dan ayah) selalu terdiri dari jantan dan betina. Meski biasanya memang demikian namun hal itu tidak selalu, banyak didapati bahwa suatu pasanga terdiri dari dua ekor yang jenis kelaminya sama. Hampir tidak mmungkin bagi kita utuk membedakan jenis kelamin merpati yang belum dewasa dan cara yang paling sederhana namun baik adalah membedakan umur itu dengan observasi. Secara umum merpati jantan memiliki tubuh yang besar, ditas paru terdapat tonjolan lunak (kembang kacang), leher kokoh dan besar, badan tegap, dada membusung, mempunyai suara dengkuran keras, tulang sumpit keras dan sempit. Dan kalau sedang bercumbu jantan membuat gerakan melingkar, memekarkan bulu ekor dan menjatuhkan atau merebahkan bulu sayapnya.

B.     Perilaku Perkawinan Merpati
            Levi (1945) menyatakan bahwa merpati mempunyai sifat damai hampir tidak ada Pack Order dan kanibalisme, walaupun ditempatkan dalam satu kandang, mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan, memilih pasangan sendiri, bersifat monogami, dan mempunyai sifat sense of location dalam waktu yang lama dan dalam jarak yang jauh.
            Blakely dan Bade (1988) menyatakan bahwa bila salah satu pasangan mati atau dipisahkan oleh manusia, maka dicarikan pasangan lain dalam beberapa hari, tetapi bila pasangan yang dipisahkan itu kembali, pasangan lama akan terwujud kembali. Salah satu ciri yang membedakan burung merpati (pigeon milk) yaitu cairan yang berwarna krem menyerupai susu yang dikeluarkan dari tembolok induk jantan maupun betina.
Berbeda dari ayam dan itik, merpati dikenal sebagai unggas yang setia kepada pasangannya. Karena itulah, ada ungkapan ’’merpati tidak pernah ingkar janji’’.
Merpati jantan memiliki postur tubuh lebih besar dan lebih aktif daripada betina. Pengamatan pada bagian leher dan kepala juga bisa dilakukan untuk membedakan jenis kelamin (sexing). Bulu-bulu leher pada merpati jantan lebih tebal, dan tekstur bulu secara keseluruhan juga lebih besar. Usahakan calon induk betina dan jantan berumur 5-8 bulan, sehingga benar-benar matang kelamin. Proses penjodohan bisa dilakukan secara alami maupun melalui rekayasa (pemaksaan). Percumbuan Merpati betina tidak terlalu ribut dibandingkan dengan yang jantan, terutama menjelang kawin. Proses perkawinan diawali dengan bujuk rayu pejantan. Saat bercumbu, pejantan membuat gerakan melingkar, menggembungkan tembolok, sembari memekarkan bulu ekor, menjatuhkan atau merebahkan sayap, hingga mengeluarkan suara khas. Bila mau dikawin, betina akan membalasnya mengangguk-anggukkan kepala, lalu mendekam. Selanjutnya pasangan itu mulai berjodoh. Kalau sudah berjodoh, mereka akan saling meloloh. Biasanya betina meletakkan paruhnya di atas paruh jantan. Selanjutnya terjadi perkawinan. Peternak berpengalaman mulai meninggalkan cara alami, dan lebih senang merekayasa dengan menjodohkan jantan dan betina dalam pagupon yang gelap. Mereka dikeluarkan sementara dari pagupon hanya saat makan dan minum. Biasanya dalam waktu 4-14 hari sudah berjodoh dan kawin. Begitu telur menetas, induk jantan dan betina secara bergiliran juga memberikan susu tembolok kepada anak-anaknya dengan cara melolohkannya ke mulut piyik-piyik tersebut. Selepas masa sapih, sekitar umur hari, anak merpati bisa dipisahkan dari induknya untuk dibesarkan hingga masa panen tiba. Sedangkan induk akan segera kawin, bertelur, dan mengeram lagi, demikian seterusnya. Dalam waktu setahun, setiap pasangan merpati bisa menghasilkan 20 ekor anak.

                                                  Gambar. Merpati

Perilaku perkawinan pada merpati jantan. Merpati jantan biasanya sebelum perkawinan dia menarik merpati betina dengan cara mendengkur-dengkur dan mengepak-ngepakkan sayapnya. Bila ada merpati betina yang mendekat maka dia mendengkurnya semakin cepat dan mengitari sang betina serta menurunkan sayapnya. Pada waktu perkawinan pejantan menaiki punggung sang betina dan meletakkan kloaka pejantan ke kloaka betina dan pejantan ejakulasi menyemprotkan sperma, dan sperma tersebut masuk ke proctodium hewan betina, dan kemudian masuk ke oviduct. Bila sang betina sudah bertelur maka pejantan ikut mengeraminya dengan cara bergantian dengan sang betina sampai telur itu menetas. Merpati jantan ikut merawat anaknya sampai dewasa dan setelah dewasa merpati jantan mengawini merpati betina lagi dan itu berlangsung terus-menerus sampai akhir hayat, karena merpati jantan dan betina yang berpasangan akan selalu bersama terus-menerus dan tidak berganti pasangan hal ini berbeda dengan ayam yang selalu berganti-ganti pasangan dan tidak mau mengerami telur betina.



C.     Sistem Reproduksi Merpati Jantan
Sistem reproduksi merpati jantan pada umumnya sama seperti halnya jenis burung (aves) pemakan biji-bijian pada umumnya. Organ reproduksi merpati jantan meliputi :
  1. Vasdeferens    : tempat menyalurkan sperma
  2. Ureter              : saluran kelamin menuju kloaka
  3. Kloaka             : saluran kelamin
  4. Testis               : alat untuk memproduksi sperma dan hormon kelamin
Kelompok burung merupakan hewan ovipar. Walaupun kelompok burung tidak memiliki alat kelamin luar, fertilisasi tetap terjadi di dalam tubuh. Hal ini dilakukan dengan cara saling menempelkan kloaka..
Pada hewan jantan terdapat sepasang testis yang bulat, berwarna putih, melekat disebelah anteriornan ren disuatu alat penggantung. Testes sebelah kanan lebih kecil dari pada yang kiri. Dari masing-masing testis terjulur saluran vasdeverensia sejajar dengan ureter ynag berasal dari ren. Pada sebagian besar aves memiliki vesicula seminalis yang merupakan gelembung kecil bersifat kelenjar sebagai tempat penampungan sementara sperma sebelum dituangkan melalui papil yang terletak pada cloaka pada beberapa spesies memiliki penis sebagai alat untuk menuangkan sperma ke kloaka hewan betina.
Organa genetika muscularis masculine, terdiri atas:
a)            Testis, berbentuk oval atau bulat, warna keputihan, bagian permukaanya licin, terletak di ventral lobus penis, jumlahnya sepasang, pada masa kawin kelamin membesar. Di sinilah dibuat dan disimpan spermatozoa.
Spermatozoa  merpati yang diejakulasikan mempunyai bentuk filiformis. Kepalanya melengkung dan terdiri dari sebuah akrosome dan nucleus. Ekornya terdiri leher,bagian tengah dan bagian utama dari ekor. Kantung akrosome tidak dijumpai sebagaimana layaknya spermatozoa mamalia.  Pemisahan akrosome dengan nucleus dijumpai adanya ruang subacrosomal. Nukleus berisi granula khromatin yang padat dan dikelilingi oleh dua membrane nucleus. Daerah leher yang menghubungkan kepala dan ekor disusun oleh sebuah sentriol yang kompleks. Axonema sebagai penggerak ekor,berasal dari bagian distal dari sentriol, mengelilingi sentriol dijumpai sebanyak kira-kira 30 mitokondria yang menyusun midpiece. Sebuah cincin yang padat yaitu anulus menandai batas distalis  dari midpiece,dan batas proximalis dari bagian utama ekor.
        Komposisi Plasma Seminalis dan spermatozoa:
a.       Pada unggas jantan, sepasang testis mempunyai berat berkisar 14-60 gram,sangat tergantung pada spesiesnya.Testis ini terletak menggantung di daerah dorsal dari ruang tubuh,tepat di posterior paru-paru dan di ventral dari ginjal. Darah mengalir padanya melalui arteri testicularis dan disini tidak dijumpai adanya plexus pampiniforis, sebagaimana pada mamalia.
b.      Berlainan dengan tubuli seminiferi pada mamalia, tidak dikelompok-kelompokkan dengan pembungkus jaringan ikat. Melainkan terletak bebas dalam bungkus tunica albuginea. Jaringan interstial tidak jelas Nampak,namun sel leydig yang bertindak sebagai kelenjar endrocrine, penghasil hormon androgen dapat dijumpai di daerah ini. Spermatogenesis, yaitu proses pembentukan spermatozoa berlangsung dalam dua periode. Periode pertama, spermatocytogenesis, permulaannya berlangsung dalam dua periode. Periode pertama, spermatocytogenesis, permulaanya berlangsung dengan cell spermatogonia atau spermatogonium yang membelah menjadi spermatogonium aktif dan spermatogonium istirahat menjaga populasi spermatogonium supaya tetap konstan. Selanjutnya spermatogonium yang mengalami pembelahan berulang kali, pada gilirannya dibentuklah spermatosit primer, kemudian membelah menjadi spermatosit sekunder dan membelah lagi menjadi spermatid. Pada periode ke dua, spermatid berlanjut mengalami metamorfosa menjadi spermatozoa, proses ini dikenal sebagai spermiogenesis.

Spermatozoa yang dibentuk dalam tubuli seminiferi, meninggalkan testis melalui rete testis menuju ductuli efferentes. Spermatozoa meninggalkan ductuli efferentes melalui sejumlah penghubung, kemudian dipindahkan ke dalam ductus epididymis . Saluran-saluran ini disebut sebagai daerah epididymal. Ductus epididymis menyampaikan spermatozoa ke dalam ductus deferens, merupakan saluran tempat utama penyimpanan spermatozoa pada ternak jantan. Pada saluran reproduksi unggas jantan tidak ditemui kelenjar tambahan sebagaimana pada mamalia.
Testis unggas jantan tidak sebagaimana testis mamalia,tidak terletak dalam sebuah scrotum, lapisan yang membungkusnya adalah tunica albuginea. Unggas jantan tidak mempunyai alat kopulasi, penis , tetapi phallus merupakan organ yang mengadakan kontak dengan vagina selama kopuasi. Phallus yang ereksi akan membesar dan mengisi ruangannya dengan cairan berasal dari corpus vascularis paracloacalis.
Spermatogenesis adalah proses pembentukan sel sperma yang terjadi di epitelium (tubuli) seminiferi di bawh kontrol hormon gonadotropin dan hipofisis (pituitaria bagian depan). Tubuli seminiferi ini terdiri atas sel sertoli dan sel germinalis. Spermatogenesis terjadi dalam tiga fase, yaitu fase spermatogenial, fase meiosis, dan fase spermiogenesis yang membutuhkan waktu 13 – 14 hari

c.             Saluran reproduksi. Tubulus mesonefrus membentuk duktus aferen dan epididimis. Duktus wolf bergelung dan membentuk duktus deferen. Pada burung-burung kecil, duktus deferen bagian distal yang sangat panjang membentuk sebuah gelendong yang disebut glomere. Dekat glomere bagian posterior dari duktus aferen berdilatasi membentuk duktus ampula yang bermuara di kloaka sebagai duktus ejakulatori. Duktus eferen berhubungan dengan epididimis yang kecil kemudian menuju duktus deferen. Duktus deferen tidak ada hubungannya dengan ureter.
·   Epididymis, sepasang, kecil, terletak pada sisi dorsal testis, berupa saluran spermatozoid.
·   Ductus defferens, juga sepasang, pada burung muda kelihatan lurus, sedang pada burung tua tampak berkelak-kelok, berjalan ke caudal menyilang ureter, kemudian bermuara di dalam cloaca.
·   Mesorchium. Merupakan penggantung testis, berasal dari derivat peritoneum.
d.            Alat kopulasi, alat kopulasi pada merpati jantan berupa kloaka. Pada waktu kopulasi, maka kloaka kedua jenis burung saling di tempelkan kuat-kuat,   sehingga sperma yang keluar pada waktu ejakulasi langsung masuk kedalam proctodeum hewan betina, untuk kemudian meneju ke oviduct.  

Merpati jantan mencapai dewasa kelamin pada umur 4 bulan dan betina umur 6 bulan. Burung merpati bertelur 1-3 butir setiap periode bertelur (clutch), dengan warna telur putih dan berbentuk ellips, tetapi ujungnya meruncing pada bagian yang berlawanan dengan rongga udara, dengan ukuran telur bervariasi tergantung jenis merpatinya. 
Kelompok burung merupakan hewan ovipar. Walaupun kelompok burung tidak memiliki alat kelamin luar, fertilisasi tetap terjadi di dalam tubuh. Hal ini dilakukan dengan cara saling menempelkan kloaka ( Blakely,1998 ).
Pada merpati sistem genitalia jantan berupa testes, epididimis dan ductus deferens. Testis  berjumlah sepasang, berbentuk oval atau bulat, bagian permukannya licin, terletak di sebelah ventral lobus renis bagian paling kranial.alat penggantung testes adalah mesorchium yang merupakan lipatan dari peritoneum. Pada musim kawin ukurannya membesar. Di sinilah tempat untuk membuat dan menyimpan spermatozoa. Burung, yang mempunyai suhu tubuh yang tinggi, memiliki testis di dalam tubuhnya. Menurut teori para ahli, mereka menggunakan kantong udaranya untuk menjaga suhu optimal testis, namun pada penelitian berikutnya disebutkan bahwa testis burung berfungsi baik pada suhu tubuh. Epididimis berjumlah sepasang, berukuran kecil terletak pada sisi dorsal testis, epididimis ini adalah berupa saluran yang di lewati sperma dan menuju ke ductus deferens. Ductus deferens berjumlah sepasang. Pada burung muda tampak halus, sedang pada burung tua nampak berkelok-kelok berjalan ke caudal menyilangi ureter kemudian bermuara pada urodaeum.
DAFTAR PUSTAKA

Antawidjaja, T. 1988. Pengaruh Pengelolaan Loloh Paksa (Force Feeding) terhadap Performans Piyik dan Induk Burung Merpati. Homer King. Tesis. Program Studi Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Blakely, J. dan D.A Bade. 1998. Ilmu Peternakan. Terjemahan: B. Srigandono dan Soedarsono. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta
Levi, M.W. 1945. The Pigeon. 2nd Ed. The R.L Bran Company, Columbia, California
Pigeon, recovery. 2001. www.members.aol.com (15 Desember 2001)
Pratiwi, DA.1996. Biologi 2. Jakarta : Erlangga
Radiopoero.1998. Zoologi. Jakarta : Erlangga
Tenzer, Amy. 2003. Petunjuk Praktikum Struktur Hewan II. Malang : Jurusan        Biologi UM
Tenser, Amy. 2003. Bahan Ajar Strutur Hewan II. Malang : Dirjen Dikti
Tim Asistensi. 1990. Diktat Asistensi Anatomi Hewan-Zoologi. Yogyakarta:    UGM Press   

0 komentar:

Posting Komentar