A. Ciri Umum
Merpati Jantan
Merpati Indonesia
berasal dari jenis merpati local. Merpati lokal tersebut berasal dari merpati
liar (Columba livia) yang telah lama dibudidayakan dan asal penyebarannya dari
Eropa (Antawidjaja, 1988).
Merpati famili Columbidae merupakan famili yang meliputi 289 spesies
dengan ukuran mulai dari merpati Diamond yang mempunyai ukuran 12 cm sampai
merpati Crowned yang berukuran sebesar kalkun betina (Pigeon Recovery,
2001).
Banyak yang mengatakan bahwa dalam satu clutch (sepasang telur atau
sepasang anakan yang dihasilkan oleh induk dan ayah) selalu terdiri dari jantan
dan betina. Meski biasanya memang demikian namun hal itu tidak selalu, banyak
didapati bahwa suatu pasanga terdiri dari dua ekor yang jenis kelaminya sama.
Hampir tidak mmungkin bagi kita utuk membedakan jenis kelamin merpati yang
belum dewasa dan cara yang paling sederhana namun baik adalah membedakan umur
itu dengan observasi. Secara umum merpati jantan memiliki tubuh yang besar, ditas
paru terdapat tonjolan lunak (kembang kacang), leher kokoh dan besar, badan
tegap, dada membusung, mempunyai suara dengkuran keras, tulang sumpit keras dan
sempit. Dan kalau sedang
bercumbu jantan membuat gerakan melingkar, memekarkan bulu ekor dan menjatuhkan
atau merebahkan bulu sayapnya.
B.
Perilaku
Perkawinan Merpati
Levi (1945) menyatakan bahwa merpati mempunyai sifat damai hampir tidak ada Pack
Order dan kanibalisme, walaupun ditempatkan dalam satu kandang,
mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan, memilih pasangan sendiri, bersifat
monogami, dan mempunyai sifat sense of location dalam waktu yang lama
dan dalam jarak yang jauh.
Blakely dan Bade (1988) menyatakan bahwa bila salah satu pasangan mati atau
dipisahkan oleh manusia, maka dicarikan pasangan lain dalam beberapa hari,
tetapi bila pasangan yang dipisahkan itu kembali, pasangan lama akan terwujud
kembali. Salah satu ciri yang membedakan burung merpati (pigeon milk)
yaitu cairan yang berwarna krem menyerupai susu yang dikeluarkan dari tembolok
induk jantan maupun betina.
Berbeda dari ayam dan itik,
merpati dikenal sebagai unggas yang setia kepada pasangannya. Karena itulah,
ada ungkapan ’’merpati tidak pernah ingkar janji’’.
Merpati jantan memiliki
postur tubuh lebih besar dan lebih aktif daripada betina. Pengamatan pada
bagian leher dan kepala juga bisa dilakukan untuk membedakan jenis kelamin
(sexing). Bulu-bulu leher pada merpati jantan lebih tebal, dan tekstur bulu
secara keseluruhan juga lebih besar. Usahakan calon induk betina dan jantan
berumur 5-8 bulan, sehingga benar-benar matang kelamin. Proses penjodohan bisa
dilakukan secara alami maupun melalui rekayasa (pemaksaan). Percumbuan Merpati
betina tidak terlalu ribut dibandingkan dengan yang jantan, terutama menjelang
kawin. Proses perkawinan diawali dengan bujuk rayu pejantan. Saat bercumbu,
pejantan membuat gerakan melingkar, menggembungkan tembolok, sembari memekarkan
bulu ekor, menjatuhkan atau merebahkan sayap, hingga mengeluarkan suara khas.
Bila mau dikawin, betina akan membalasnya mengangguk-anggukkan kepala, lalu
mendekam. Selanjutnya pasangan itu mulai berjodoh. Kalau sudah berjodoh, mereka
akan saling meloloh. Biasanya betina meletakkan paruhnya di atas paruh jantan.
Selanjutnya terjadi perkawinan. Peternak berpengalaman mulai meninggalkan cara
alami, dan lebih senang merekayasa dengan menjodohkan jantan dan betina dalam
pagupon yang gelap. Mereka dikeluarkan sementara dari pagupon hanya saat
makan dan minum. Biasanya dalam waktu 4-14 hari sudah berjodoh dan kawin.
Begitu telur menetas, induk jantan dan betina secara bergiliran juga memberikan
susu tembolok kepada anak-anaknya dengan cara melolohkannya ke mulut
piyik-piyik tersebut. Selepas masa sapih, sekitar umur hari, anak merpati bisa
dipisahkan dari induknya untuk dibesarkan hingga masa panen tiba. Sedangkan induk akan segera kawin, bertelur, dan mengeram lagi, demikian
seterusnya. Dalam waktu setahun, setiap pasangan merpati bisa menghasilkan 20
ekor anak.

Gambar. Merpati
Perilaku perkawinan pada merpati jantan. Merpati jantan biasanya sebelum
perkawinan dia menarik merpati betina dengan cara mendengkur-dengkur dan
mengepak-ngepakkan sayapnya. Bila ada merpati betina yang mendekat maka dia
mendengkurnya semakin cepat dan mengitari sang betina serta menurunkan
sayapnya. Pada waktu perkawinan pejantan menaiki punggung sang betina dan
meletakkan kloaka pejantan ke kloaka betina dan pejantan ejakulasi
menyemprotkan sperma, dan sperma tersebut masuk ke proctodium hewan betina, dan
kemudian masuk ke oviduct. Bila sang betina sudah bertelur maka pejantan ikut
mengeraminya dengan cara bergantian dengan sang betina sampai telur itu menetas.
Merpati jantan ikut merawat anaknya sampai dewasa dan setelah dewasa merpati
jantan mengawini merpati betina lagi dan itu berlangsung terus-menerus sampai
akhir hayat, karena merpati jantan dan betina yang berpasangan akan selalu
bersama terus-menerus dan tidak berganti pasangan hal ini berbeda dengan ayam
yang selalu berganti-ganti pasangan dan tidak mau mengerami telur betina.
C.
Sistem
Reproduksi Merpati Jantan
Sistem reproduksi merpati jantan pada umumnya sama
seperti halnya jenis burung (aves) pemakan biji-bijian pada umumnya. Organ
reproduksi merpati jantan meliputi :
- Vasdeferens : tempat menyalurkan sperma
- Ureter : saluran kelamin menuju kloaka
- Kloaka : saluran kelamin
- Testis : alat untuk memproduksi sperma dan hormon kelamin
Kelompok burung merupakan hewan ovipar. Walaupun
kelompok burung tidak memiliki alat kelamin luar, fertilisasi tetap terjadi di
dalam tubuh. Hal ini dilakukan dengan cara saling menempelkan kloaka..
Pada hewan
jantan terdapat sepasang testis yang bulat, berwarna putih, melekat disebelah
anteriornan ren disuatu alat penggantung. Testes sebelah kanan lebih kecil dari
pada yang kiri. Dari masing-masing testis terjulur saluran vasdeverensia
sejajar dengan ureter ynag berasal dari ren. Pada sebagian besar aves memiliki vesicula
seminalis yang merupakan gelembung kecil bersifat kelenjar sebagai tempat penampungan
sementara sperma sebelum dituangkan melalui papil yang terletak pada
cloaka pada beberapa spesies memiliki penis sebagai alat untuk menuangkan
sperma ke kloaka hewan betina.
Organa genetika muscularis
masculine, terdiri atas:
a)
Testis, berbentuk oval atau bulat, warna keputihan, bagian permukaanya
licin, terletak di ventral lobus penis, jumlahnya sepasang, pada masa kawin
kelamin membesar. Di sinilah dibuat dan disimpan spermatozoa.
Spermatozoa merpati yang
diejakulasikan mempunyai bentuk filiformis. Kepalanya melengkung dan terdiri
dari sebuah akrosome dan nucleus. Ekornya terdiri leher,bagian tengah dan
bagian utama dari ekor. Kantung akrosome tidak dijumpai sebagaimana layaknya
spermatozoa mamalia. Pemisahan akrosome
dengan nucleus dijumpai adanya ruang subacrosomal. Nukleus berisi granula
khromatin yang padat dan dikelilingi oleh dua membrane nucleus. Daerah leher
yang menghubungkan kepala dan ekor disusun oleh sebuah sentriol yang kompleks.
Axonema sebagai penggerak ekor,berasal dari bagian distal dari sentriol,
mengelilingi sentriol dijumpai sebanyak kira-kira 30 mitokondria yang menyusun
midpiece. Sebuah cincin yang
padat yaitu anulus menandai batas distalis
dari midpiece,dan batas proximalis dari bagian utama ekor.
Komposisi Plasma
Seminalis dan spermatozoa:
a. Pada unggas jantan,
sepasang testis mempunyai berat berkisar 14-60 gram,sangat tergantung pada
spesiesnya.Testis ini terletak menggantung di daerah dorsal dari ruang
tubuh,tepat di posterior paru-paru dan di ventral dari ginjal. Darah mengalir
padanya melalui arteri testicularis dan disini tidak dijumpai adanya plexus pampiniforis, sebagaimana pada
mamalia.
b. Berlainan dengan
tubuli seminiferi pada mamalia, tidak dikelompok-kelompokkan dengan pembungkus
jaringan ikat. Melainkan terletak bebas dalam bungkus tunica albuginea. Jaringan
interstial tidak jelas Nampak,namun sel leydig yang bertindak sebagai kelenjar
endrocrine, penghasil hormon androgen dapat dijumpai di daerah ini. Spermatogenesis,
yaitu proses pembentukan spermatozoa berlangsung dalam dua periode. Periode
pertama, spermatocytogenesis, permulaannya berlangsung dalam dua periode. Periode
pertama, spermatocytogenesis, permulaanya berlangsung dengan cell spermatogonia
atau spermatogonium yang membelah menjadi spermatogonium aktif dan
spermatogonium istirahat menjaga populasi spermatogonium supaya tetap konstan.
Selanjutnya spermatogonium yang mengalami pembelahan berulang kali, pada
gilirannya dibentuklah spermatosit primer, kemudian membelah menjadi
spermatosit sekunder dan membelah lagi menjadi spermatid. Pada periode ke dua, spermatid
berlanjut mengalami metamorfosa menjadi spermatozoa, proses ini dikenal sebagai
spermiogenesis.
Spermatozoa yang dibentuk dalam tubuli seminiferi, meninggalkan testis
melalui rete testis menuju ductuli efferentes. Spermatozoa meninggalkan ductuli
efferentes melalui sejumlah penghubung, kemudian dipindahkan ke dalam ductus
epididymis . Saluran-saluran ini disebut sebagai daerah epididymal. Ductus
epididymis menyampaikan spermatozoa ke dalam ductus deferens, merupakan saluran
tempat utama penyimpanan spermatozoa pada ternak jantan. Pada saluran
reproduksi unggas jantan tidak ditemui kelenjar tambahan sebagaimana pada
mamalia.
Testis unggas jantan tidak sebagaimana testis mamalia,tidak terletak dalam
sebuah scrotum, lapisan yang membungkusnya adalah tunica albuginea. Unggas
jantan tidak mempunyai alat kopulasi, penis , tetapi phallus merupakan organ yang mengadakan kontak dengan vagina selama
kopuasi. Phallus yang ereksi akan membesar dan mengisi ruangannya dengan cairan
berasal dari corpus vascularis
paracloacalis.
Spermatogenesis adalah proses pembentukan
sel sperma yang terjadi di epitelium (tubuli) seminiferi di bawh kontrol hormon
gonadotropin dan hipofisis (pituitaria bagian depan). Tubuli seminiferi ini
terdiri atas sel sertoli dan sel germinalis. Spermatogenesis terjadi dalam tiga
fase, yaitu fase spermatogenial, fase meiosis, dan fase spermiogenesis yang
membutuhkan waktu 13 – 14 hari
c.
Saluran reproduksi. Tubulus mesonefrus membentuk duktus aferen dan
epididimis. Duktus wolf bergelung dan membentuk duktus deferen. Pada
burung-burung kecil, duktus deferen bagian distal yang sangat panjang membentuk
sebuah gelendong yang disebut glomere. Dekat glomere bagian posterior dari
duktus aferen berdilatasi membentuk duktus ampula yang bermuara di kloaka
sebagai duktus ejakulatori. Duktus eferen berhubungan dengan epididimis yang
kecil kemudian menuju duktus deferen. Duktus deferen tidak ada hubungannya
dengan ureter.
· Epididymis, sepasang, kecil, terletak pada sisi
dorsal testis, berupa saluran spermatozoid.
· Ductus defferens, juga sepasang, pada burung muda
kelihatan lurus, sedang pada burung tua tampak berkelak-kelok, berjalan ke
caudal menyilang ureter, kemudian bermuara di dalam cloaca.
· Mesorchium. Merupakan penggantung testis, berasal
dari derivat peritoneum.
d.
Alat kopulasi, alat kopulasi pada merpati jantan berupa kloaka.
Pada waktu kopulasi, maka kloaka kedua jenis burung saling di tempelkan
kuat-kuat, sehingga sperma yang keluar
pada waktu ejakulasi langsung masuk kedalam proctodeum hewan betina, untuk
kemudian meneju ke oviduct.
Merpati jantan mencapai dewasa kelamin pada umur 4 bulan
dan betina umur 6 bulan. Burung merpati bertelur 1-3 butir setiap periode
bertelur (clutch), dengan warna telur putih dan berbentuk ellips, tetapi
ujungnya meruncing pada bagian yang berlawanan dengan rongga udara, dengan
ukuran telur bervariasi tergantung jenis merpatinya.
Kelompok
burung merupakan hewan ovipar. Walaupun kelompok burung tidak memiliki alat kelamin
luar, fertilisasi tetap terjadi di dalam tubuh. Hal ini dilakukan dengan cara
saling menempelkan kloaka ( Blakely,1998 ).
Pada merpati sistem genitalia jantan
berupa testes, epididimis dan ductus deferens. Testis berjumlah sepasang, berbentuk oval atau
bulat, bagian permukannya licin, terletak di sebelah ventral lobus renis bagian
paling kranial.alat penggantung testes adalah mesorchium yang merupakan lipatan
dari peritoneum. Pada musim kawin ukurannya membesar. Di sinilah tempat untuk
membuat dan menyimpan spermatozoa. Burung, yang mempunyai suhu tubuh yang
tinggi, memiliki testis di dalam tubuhnya. Menurut teori para ahli, mereka
menggunakan kantong udaranya untuk menjaga suhu optimal testis, namun pada
penelitian berikutnya disebutkan bahwa testis burung berfungsi baik pada suhu
tubuh. Epididimis berjumlah sepasang, berukuran kecil terletak pada sisi dorsal
testis, epididimis ini adalah berupa saluran yang di lewati sperma dan menuju
ke ductus deferens. Ductus deferens berjumlah sepasang. Pada burung muda tampak
halus, sedang pada burung tua nampak berkelok-kelok berjalan ke caudal
menyilangi ureter kemudian bermuara pada urodaeum.
DAFTAR PUSTAKA
Antawidjaja, T. 1988. Pengaruh Pengelolaan Loloh Paksa
(Force Feeding) terhadap Performans Piyik dan Induk Burung Merpati. Homer King. Tesis. Program
Studi Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor.
Bogor.
Blakely,
J. dan D.A Bade. 1998. Ilmu Peternakan. Terjemahan: B. Srigandono dan Soedarsono. Gadjah Mada University
Press. Yogyakarta
Levi, M.W. 1945. The Pigeon.
2nd Ed. The R.L Bran Company, Columbia, California
Pigeon,
recovery. 2001. www.members.aol.com (15
Desember 2001)
Pratiwi, DA.1996. Biologi 2.
Jakarta : Erlangga
Radiopoero.1998. Zoologi. Jakarta
: Erlangga
Tenzer, Amy. 2003. Petunjuk Praktikum Struktur Hewan II.
Malang : Jurusan Biologi UM
Tenser, Amy. 2003. Bahan Ajar Strutur Hewan II. Malang :
Dirjen Dikti
Tim Asistensi. 1990. Diktat Asistensi Anatomi Hewan-Zoologi.
Yogyakarta: UGM Press
0 komentar:
Posting Komentar