salam

Pages

Jumat, 03 Mei 2013

MAKALAH (FERTILISASI)



BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar belakang
Pembuahan atau fertilisasi (singami) adalah peleburan dua gamet yang dapat berupa nukleus atau sel-sel bernukleus untuk membentuk sel tunggal (zigot) atau peleburan nukleus. Biasanya melibatkan penggabungan sitoplasma (plasmogami) dan penyatuan bahan nukleus (kariogami). Dengan meiosis, zigot itu membentuk ciri fundamental dari kebanyakan siklus seksual eukariota, dan pada dasarnya gamet-gamet yang melebur adalah haploid. Bilamana keduanya motil seperti pada tumbuhan, maka fertilisasi itu disebut isogami, bilamana berbeda dalam ukuran tetapi serupa dalam bentuk maka disebut anisogami, bila satu tidak motil (dan biasanya lebih besar) dinamakan oogami. Hal ini merupakan cara khas pada beberapa tumbuhan, hewan, dan sebagian besar jamur. Pada sebagian gimnofita dan semua antofita, gametnya tidak berflagel, dan polen tube terlibat dalam proses fertilisasi.

1.2  Rumusan masalah
Masalah yang ada pada makalah ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
1.      Bagaimana proses pembentukan spermatozoa ?
2.      Bagaimana proses pembentukan ovum?
3.      Bagaimana proses fertilisasi?
4.      Bagaimana jenis-jenis fertilisasi?
5.      Bagaimana fertilisasi in vitro?
6.      Bagaimana variasi dalam reproduksi?


            Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah:
1.      Untuk mengetahui proses pembentukan spermatozoa.
2.      Untuk mengetahui proses pembentukan ovum.
3.      Untuk mengetahui proses fertilisasi.
4.      Untuk mengetahui jenis-jenis fertilisasi.
5.      Untuk mengetahui fertilisasi in vitro.
6.      Untuk mengetahui variasi dalam reproduksi.



BAB II
PEMBAHASAN

1.1  Proses pembentukan spermatozoa
Spermatogenesis terjadi di dalam tubulus seminiferi dalam testis. Proses tersebut berlangsung mulai dari dinding tepi sampai ke lumen sel tubulus seminiferus yang merupakan bagian dari perenkim testis selain lobulus.
Lobulus adalah kantong-kantong kecil yang pada umumnya berbentuk kerucut, seperti buah salak. Ujung medialnya lancip, sedang ujung lateralnya lebar dan merupakan, dasar dari kerucut tersebut. Isi lobulus adalah tubulus seminiferi yang  panjang, berkelok-kelok memenuhi seluruh kerucut, pada muara tabung seminiferus yang terdapat pada ujung medial dari kerucut akan  langsung berhubungan dengan rete testes. Dinding tubulus seminiferus terdi­ri atas sel-sel membran basal, epithel benih, sel-sel penunjang dan sel penghasil cairan testes Toelihere, 1981).
Berikut merupakan tingkatan perkembangan sel germa dalam tubulus seminiferus adalah sebagai benkut:
1. Spermatogonium: ukurannya relatif kecil, bentuk agak oval, inti terwarna kurang terang, terletak berderet di dekat /melekat membrana basalis.
2. Spermiatosit I : ukuran paling besar, bentuk bulat, inti terwama kuat, letak agak menjauh dari membran basalis.
3. Spermatosit II : ukuran agak kecil bentuk bulat, letaknya menjauhi membrane basalis. (mendekati lumen).
4. Spermatid : ukuran kecil, benuk agak oval, warna inti kuat, kadang­kadang piknotis, letak di dekat lumen.
5. Spermatozoid : spermatozoa muda melekat secara bergerombol pada sel sertoli, yang muda terdapat di dalam lumen (Muchtaromah, 2008).
Gambaran proses pembentukan spermatozoa

1.2  Proses pembentukan ovum
Proses terjadinya oogenesis terjadi didalam ovarium dan akan dilanjutkan didalam oviduct jika terjadi penetrasi spermatozoid. Dalam oogenesis, sel germa berkembang didalam folikel-folikel telur, dengan tingkatan sebagai berikut:
1.      Folikel primodial, merupakan       folikel  utama  yang    sudah terbentuk ketika lahir. Terdiri atas sebuah oosit yang dilapisi oleh selapis  sel epitel   pipih (Muchtarromah, 2006). Oosit dalam folikel primordial adalah sel bulat dengan garis tengah 25 pm. Intinya yang agak eksentris, besar dan memiliki inti yang besar juga (Tambayang, 1998).
2.      Folikel tumbuh terdiri dari Folikel primer: terdiri dari sebuah I yang dilapisi oleh selapis set folikel (set grarfulose) berbentuk kubus. Antara oosit dan sel-set granulose dipisahkan oleh zona pelucida.
3.      Folikel skunder: terdiri dari sebuah oosit I yang dilapisi oleh beberapa lapis set granulose.
4.      Folikel tersier: volume stratum granulosum yang melapisi oosit I bertambah besar/ banyak. Terdapat beberapa celah (antrum) diantara sel­sel granulose. Jaringan ikat stroma yang terdapat diluar stratum granulose menyusun diri membentuk teca interna dan externa.
5.      Folikel matang (de graaf): berukuran paling besar, antrum menjadi sebuah rongga besar, berisi cairan folikel (liquor foliculli). Oosit dikelilingi oleh sel granulose yang disebut corona radiata, yang dihubungkan dengan sel-sel granulose tepi oleh tangkai penghubung yang disebut kumulus ooforus (Muchtarromah, 2008).
Oosit akan diovulasikan dari folikel de graaf dalam tahap metafase meiosis II. Jika didalam oviduk terjadi penetrasi, maka terjadi penuntasan meiosis II dan oosit II berkembang menjadi zygote (Muchtarromah, 2008).
Image716

Gambar ovarium dan perkembangan folikel didalamnya. (Canbridge, 1998)


1.3  Proses fertilisasi
Peristiwa fertilisasi terjadi di saat sel spermatozoa dilepaskan dan dapat membuahi ovum di ampula tuba fallopii. Sebanyak 300 juta spermatozoa diejakulasikan ke dalam saluran genital wanita. Sekitar 1 juta yang dapat berenang melalui serviks, ratusan yang dapat mencapai tuba fallopi dan hanya 1 yang dapat membuahi sel telur. Sel spermatozoa mempunyai rentang hidup sekitar 48 jam (Cambridge, 1998).
Sebelum membuahi sel telur, spermatozoa harus melewati tahap kapasitasi dan reksi akrosom terlebih dahulu. Kapasitasi merupakan suatu masa penyesuaian di dalam saluran reproduksi wanita, berlangsung sekitar 7 jam. Selama itu suatu selubung glikoprotein dari plasma semen dibuang dari selaput plasma yang membungkus daerah akrosom spermatozoa. Sedangkan reaksi akrosom terjadi setelah penempelan spermatozoa ke zona pelusida. Reaksi tersebut membuat pelepasan enzim-enzim yang diperlukan untuk menembus zona pelusida yang terdapat pada akrosom (Sadler, 1996)
Oosit (ovum) akan mencapai tuba satu jam lebih setelah diovulasikan. Ovum ini dikelilingi oleh korona dari sel-sel kecil dan zona pelusida yang nantinya akan menyaring sel spermatozoa yang ada sehingga hanya satu sel yang dapat menembus ovum. Setelah spermatozoa menembus ovum, ia akan menggabungkan material intinya dan menyimpan komplemen kromosom ganda yang lazim. Kromosomm ini mengandung semua informasi genetic yang nantinya akan diturunkan kepada keturunannya (Canbridge, 1998).
Sel telur yang telah dibuahi akan membentuk zigot yang terus membelah secara mitosis menjadi dua, empat, delapan, enam belas dan seterusnya. Pada saat 32 sel disebut morula, di dalam morula terdapat rongga yang disebut blastosoel yang berisi cairan yang dikeluarkan oleh tuba fallopii, bentuk ini kemudian disebut blastosit. Lapisan terluar blastosit disebut trofoblas merupakan dinding blastosit yang berfungsi untuk menyerap makanan dan merupakan calon tembuni atau ari-ari (plasenta), sedangkan masa di dalamnya disebut simpul embrio (embrionik knot) merupakan calon janin. Blastosit ini bergerak menuju uterus untuk mengadakan implantasi (perlekatan dengan dinding uterus) (Anonymous, 2008).
Pada hari ke-4 atau ke-5 sesudah ovulasi, blastosit sampai di rongga uterus, hormon progesteron merangsang pertumbuhan uterus, dindingnya tebal, lunak, banyak mengandung pembuluh darah, serta mengeluarkan sekret seperti air susu (uterin milk) sebagai makanan embrio.
Enam hari setelah fertilisasi, trofoblas menempel pada dinding uterus (melakukan implantasi) dan melepaskan hormon korionik gonadotropin. Hormon ini melindungi kehamilan dengan cara menstrimulasi produksi hormon estrogen dan progesteron sehingga mencegah terjadinya menstruasi. Trofoblas kemudian menebal beberapa lapis, permukaannya berjonjot dengan tujuan memperluas daerah penyerapan makanan. Embrio telah kuat menempel setelah hari ke-12 dari fertilisasi.
Plasenta atau ari-ari pada janin berbentuk seperti cakram dengn garis tengah 20 cm, dan tebal 2,5 cm. Ukuran ini dicapai pada waktu bayi akan lahir tetapi pada waktu hari 28 setelah fertilisasi, plasenta berukuran kurang dari 1 mm. Plasenta berperan dalam pertukaran gas, makanan dan zat sisa antara ibu dan fetus. Pada sistem hubungan plasenta, darah ibu tidak pernah berhubungan dengan darah janin, meskipun begitu virus dan bakteri dapat melalui penghalang (barier) berupa jaringan ikat dan masuk ke dalam darah janin(Anonymous, 2008)
1.4  Jenis-jenis fertilisasi
Fertilisasi mempunyai beberapa cara yang umum didapati pada makhluk hidup, yaitu :
1.      Fertilisasi eksternal (khas pada hewan-hewan akuatik): gamet-gametnya dikeluarkan dari dalam tubuhnya sebelum fertilisasi.
2        Fertilisasi internal (khas untuk adaptasi dengan kehidupan di darat): sperma dimasukkan ke dalam daerah reproduksi betina yang kemudian disusul dengan fertilisasi. Setelah pembuahan, telur itu membentuk membran fertilisasi untuk merintangi pemasukan sperma lebih lanjut. Kadang-kadang sperma itu diperlukan hanya untuk mengaktivasi telur (Anonymous, 2008).

2.1  Fertilisasi in vitro
Fertilisasi in vitro merupakan suatu metode untuk membuahkan suatu kehidupan baru dalam sebuah cawan petri. Anak-anak yang dibuahkan melalui fertilisasi in vitro terkadang lebih dikenal sebagai “bayi tabung”. Beberapa telur diambil dari ovarium perempuan setelah ia meminum obat-obatan fertilitas yang mengakibatkan matangnya banyak telur sekaligus. Sperma  diambil dari laki-laki, biasanya melalui masturbasi. Telur dan sperma akhirnya disatukan dalam sebuah cawan kaca, di mana pembuahan terjadi dan kehidupan baru dibiarkan berkembang selama beberapa hari. Dalam kasus yang paling sederhana, embrio-embrio kemudian ditransfer ke dalam rahim ibu dengan harapan bahwa satu akan bertahan hidup dan berkembang hingga saat persalinan. (John M. Haas, 2008)

2.2  Variasi dalam reproduksi
Terdapat beberapa jenis variasi reproduksi yang ada pada makhluk hidup. Antara lain :
1.      Metagenesis, yaitu, pergantian generasi hasil reproduksi seksual dengan reproduksi aseksual.
2.      Hemafroditisme, merupakan kondisi bila satu individu mempunyai dan dapat memproduksi sel kelamin jantan dan kelamin betina. Hemafroditisme disebabkan kegagalan differensiasi gonad.
3.      Partenogenesis, pada beberapa jenis insecta, telur dapat tumbuh menjadi individu baru tanpa adanya peran dari pejantan.
4.      Paedogenesis, merupakan reproduksi yang terjadi pada hewan muda yang belum dewasa secara seksual/pada fase larva. Seperti redia pada larva cacing fasciola hepatica yang dapat menghasilkan redia dan serkaria secara paedogenesis. Generasi baru yang terbentuk berasal dari sel somatik.
(Brotowidjoyo, 1989)


BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan diatas, dapat diambil kesimpilan sebagai berikut :
1.      Proses spermatogenesis berlangsung mulai dari dinding tepi sampai ke lumen sel pada tubulus seminiferus.
2.      Perkembangan spermatogenesis terbagi menjadi beberapa tahap, yaitu spermatogonium, spermatosit I, spermatosit II, spermatid dan akhirnya menjadi spermatozoa.
3.      Sedangkan proses oogenesis terjadi pada ovarium pada bagian korteks.
4.      Proses oogenesis juga terbagi menjadi beberapa tahap yaitu, folikel primodial, folikel primer, folikel sekunder, folikel tersier dan folikel de graff (matang).
5.      Peristiwa fertilisasi terjadi di saat sel spermatozoa dilepaskan dan dapat membuahi ovum di ampula tuba fallopii.
6.      Proses fertilisasi, dapat terjadi secara internal dan eksternal.
7.      Fertilisasi in vitro merupakan suatu metode untuk membuahkan suatu kehidupan baru dalam sebuah cawan petri (pembuatan bayi tabung).
8.      Terdapat beberapa jenis variasi reproduksi yang ada pada makhluk hidup. Antara lain: Metagenesis, Hemafroditisme, Partenogenesis dan Paedogenesis,

  
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous, 2008. Diakses dari http://id.wikipedia.org/wiki/Pembuahan.                pada tanggal 27 mei 2008.
Anonymous, 2008. Diakses dari http://Harunyahya.merenungi penciptaan.html.      pada tanggal 27 mei 2008.
Anonymous, 2008. Diakses dari http://Biologi kehamilan dan persalinan.html.        pada tanggal 27 mei 2008.

Brotowidjoyo, Mukayat Djarubito. 1989. Zoologi dasar. Yogyakarta : UGM         Press.

Cambridde, 1998. Anatomi Fisiologi Tubuh Manusia dan Sistem Reproduksi.  Jakarta : EGC

Junqueira, Carlos R dkk. 1992. Histologi dasar. Alih bahasa : Jan Tambayang.
Jakarta : Mutiara Sumber Widya.

Muchtaromah, Bayyinatul, Dr. Drh. Msi. Panduan Praktikum Struktur
Perkembangan Hewan II. Malang : UIN Press.

Partodiharjo Suebadi. 1992. Ilmu Reproduksi Hewan. Jakarta : Mutiara Sumber Widya.
Sadler, T.W, 1996. Embriologi Kedokteran Langman. Jakarta :EGC

Toelihere Mozes. 1981. Fisiologi Reproduksi Pada Ternak. Bandung : Angkasa
Yatim Wildan. 1994. Reproduksi & Embryologi. Bandung : Tarsito.

0 komentar:

Posting Komentar