MAKALAH TAKSONOMI
VERTEBRATA
(AMPHIBI DAN PISCES)
Dosen Pembimbing:
Kiptyah, MSi
Oleh:
Fathor Rahman
(09620049)
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN
TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
(UIN)
MAULANA MALIK IBRAHIM
2010
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Amphibi merupakan hewan dengan kelembaban kulit yang
tinggi, tidak tertutupi oleh rambut dan mampu hidup di air maupun di darat.
Amphibia berasal dari bahasa Yunani yaitu Amphi yang berarti dua dan Bios yang berarti hidup. Karena itu amphibi diartikan sebagai hewan yang
mempunyai dua bentuk kehidupan yaitu di darat dan di air. Pada umumnya,
amphibia mempunyai siklus hidup awal di perairan dan siklus hidup kedua adalah
di daratan. (Zug, 1993). Saat dewasa hewan amphibi masih memerlukan tempat yang
terdapat air atau lembab untuk hidup. Amphibi selalu hidup berasosiasi
dengan air, tetapi hewan ini menghuni habitat yang cukup beragam mulai dari
yang hidup di bawah permukaan air sampai yang hidup di puncak pepohonan.
Kebanyakkan hewan ini hidup di kawasan berhutan, karena memerlukan
kelembaban untuk melindungi tubuhnya dari kekeringan. Semua amphibi adalah
karnivora,makanannya terutama terdiri dari arthopoda, cacing dan larva serangga
untuk jenis kecil, untuk yang lebih besar dapat memakan binatang yang lebih
kecil seperti ikan kecil, udang, katak kecil, bahkan kadal kecil ataupun ular
kecil. Amfibi tidak memiliki alat fisik untuk mempertahankan diri seperti
taring dan cakar, sebagian besar untuk jenis katak mengandalkan kaki
belakangnya untuk melompat dan menghindari bahaya, alat pertahanan lain yang
cukup efektif adalah kulitnya yang beracun.
Amphibi
berbeda dengan makhluk hidup yang lainnya karena mempunyai kemampuan untuk
melakukan metamorfosis (perubahan bentuk). Perubahan
bentuk ini terjadi mulai ketika masih hidup dalam air sampai kemudian dewasa
yang berpindah kedarat. Spesies katak didunia ini begitu banyak dan beraneka
ragam, namun yang paling sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari adalah
kodok sawah yang habitatnya disawah. Oleh karena itu kami memilih kodok sawah
dalam pembahasan kali ini yang mewakili kelas amphibi.
1.2
Rumusan
Masalah
- Kodok
1.
Bagaimana
bentuk morfologi dan anatomi kodok?
2.
Bagaimana
metamorfisis kodok ?
- Ikan
1.
Bagaimana
morfologi dan anatomi ikan?
2.
Bagaimana tipe sisik ikan?
1.3 Tujuan
A. Kodok
1.
Untuk
mengetahui morfologi dan anatomi pada kodok.
2.
Untuk
mengetahui metamorfisis kodok.
B.
Ikan
1. Untuk mengetahui morfologi dan anatomi ikan
2. Untuk mengetahui tipe sisik
ikan tersebut
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Morfologi Kodok
Kodok adalah
bilateral simetris, dengan bagian sisi kiri dan kanan equal. Bagian tengah
disebut medial, samping/lateral, badan muka depan adalah ujung anterior, bagian
belakang disebutujung posterior, bagian punggung atau dorsal, sedang bagian muka
ventral. Bagian badan terdiri atas kepala/ caput, kerongkongan/ cervik, dada/
thorax atau pectoral, perut atau abdomen, pantat pelvis serta bagian kaudal
pendek (Kastowo, 1982: 32).
Ordo anura atau katak mudah dikenali dari tubuhnya yang seperti
sedang berjongkok, leher tidak jelas. Tubuh katak tersususn dari tiga bagian
(1) kepala (2) badan (3) anggota gerak,kepalanya pipih lebar begitu juga dengan
mulutnya memiliki lidah yang panjang dan lengket yang berfungsi untuk menangkap
mangsa , pangkal lidah terdapat di depan dan ujung lidah di belakang
mulut. Giginya terdapat pada langit-langit mulut yang disebut gigi vormer,
matanya yang besar menonjol di sisi kepala, terdapat du kelopak yaitu atas dan
bawah tetapi sulit digerakkan, sebagai gantinya katak memiliki selaput bening
tipis yang disebut selaput niktitans, pada ujung depan atas mulut erdapat lubang
hidung yang dapat menutup saat menyelam di air. Di bagian sisi
belakang mata terdapat selaput gendang telinga yang disebut membran tympani. Badan katak juga lebar
memiliki dua pasang anggota gerak (kaki), bagian depan lebih kecil dan
pendek dari kaki bagian belakang. Jari kaki depan ada empat
sedangkan jari kaki belakang ada lima, untuk memudahkan berenang pada bagian
diantara jari-jarinya terdapat slaput renang. Kulit katak selalu di basahi oleh
kelenjar kulit yang menghasilkan lendir.
Ordo Anura dibagi menjadi 27 famili, yaitu: Ascaphidae,
Leiopelmatidae, Bombinatoridae, Discoglossidae, Pipidae, Rhinophrynidae,
Megophryidae, Pelodytidae, Pelobatidae ,Allophrynidae,
Bufonidae, Branchycephalidae, Centrolenidae, Heleophrynidae, Hylidae, Leptodactylidae, Myobatrachidae,
Pseudidae, Rhinodermatidae, Sooglossidae,
Arthroleptidae, Dendrobatidae, Hemisotidae, Hyperoliidae, Microhylidae,
Ranidae, Rachoporidae, ( Pough et. al.,1998). Ada 5 Famili yang
terdapat di indonesia yaitu Bufonidae, Megophryidae, Ranidae, Microhylidae dan
Rachoporidae.
Gb. Literature morfologi katak
(Anonim, 2009)
2.1.1.
Morfologi badan dan kepala
Kepala dan badan lebar bersatu, ada dua pasang kaki atau anggota,
tak ada leher dan ekor. Bagian dalam ditutupi dengat kulit basah halus lunak.
Kepala mempunyai mulut tang lebar untuk mengambil makanan, 2 lubang hidung/
nares externa yang kecil dekat ujung hidung yang berfungsi dalam pernapasan, 2
mata yang besar spherik, dibelakangnya 2 lubang pipih tertutup oleh membrane
tympani yang berfungsi sebagai telinga untuk menerima gelombang suara. Tiap
mata mempunyai kelopak mata atas dan bawah, serta di dalamnya mempunyai selaput
mata bening membrane nictitans untuk menutupi mata apabila berada di dalam air.
Di bagian ujung belakang badan dijumpai anus, lubang kecil untuk membuang
sisa-sisa makananyang tak dicerna, urine dan sel-sel kelamin/ telur atau sperma
dari alat reproduksi (Kastowo, 1982 ).
Kodok bertubuh pendek, gempal atau kurus, berpunggung agak bungkuk. Tubuh kodok menunjukkan
keadaan yang serupa dengan anggota yang lain dalam ordonya yaitu memiliki batas
antara caput dan truncus yang tidak
jelas. Caput berbentuk tumpul, tanpa rostrum yang menonjol, pada dataran
rostrumnya terdapat sepasang lubang hidung yang kecil. Dibagian apex caput terdapat sepasang mata yang berukuran besar dan
menonjol yang masing-masing memiliki Palmebra superior yaitu lipatan kulit tebal pada tepi atas, Palmebra inferior yaitu berupa lipatan kulit tebal pada tepi bawah, Membrane nictitans yaitu berupa lipatan kulit yang transparan terletak pada tepi bawah mata (Radiopoetro, 1996).
2.1.2 Morfologi kaki
Kaki kodok
terdiri atas sepasang kaki depan dan sepasang kaki belakang. Kaki depan terdiri
atas lengan atas (bracium),
lengan bawah (antebrancium), tangan (manus), dan jari-jari (digiti). Pada kaki
belakang terdiri atas paha (femur), betis (crus), kaki (pes)
dan jari-jari (digiti) (Radiopoetro, 1996).
Secara umum
katak jumlah jari tungkai depan biasanya empat jari dan tungkai belakang lima jari. Pada tungkai
belakang memanjang yang berpotensi untuk
melompat. Kadang-kadang dijumpai jari tambahan sebagai prehaluk pada
sisi ventral kaki. Prehaluk ini
pada Spadefoot (katak penggali tanah)
berupa tulang -tulang keras yang digunakan untuk menggali tanah sebagai
tempat bersembunyi (Radiopoetro, 1996).
2.1.3 Morfologi kulit
Kodok umumnya
berkulit halus, lembab, dan licin. Kulit Amphibi berperan penting dalam respirasi dan proteksi. Kulit
terjaga kelembapanya dengan adanya kelenjar mukosa, bahkan pada spesies yang
hidup di air, mukus memberikan minyak pelumas bagi tubuh. Sebagian besar
Amphibi memiliki kelenjar granular dan kelenjar mukus. Keduanya mirip dalam beberapa
hal antara lain, kelenjar glanular memproduksi zat abnoxius
(menjijikkan) atau racun untuk melindungi diri dari musuh. Racun yang terdapat
pada Amphibi bervariasi (Sukiya, 2005).
Sebagian besar
Amphibi contohnya kodok dapat berubah warna kulitnya. Hal ini terjadi karena
perubahan konsetrasi antara pigmen hijau dan hitam. Perubahan ini terjadi
apabila ada musuh. Kulit Amfibi kaya akan kelenjar. Ada dua tipe kelenjar yaitu
kelenjar mukosa dan kelenjar racun. Kelenjar mukosa menghasilkan sekret yang membuat
kulit kodok licin yang melindungi diri ketika ada musuh atau bahaya lingkungan.
(Boolootian, 1979).
Pergantian
kulit pada Amphibi terjadi secara periodik. Proses ini berlangsung dibawah
kontrol hormon. Lapisan luar kulit tidak hanya satu bagian, tetapi dalam
fragmen meskipun tungkai biasanya utuh
dan mengelupas bersamaan (Sukiya, 2005).
Warna tubuh
pada amphibi beraneka ragam. Kodok sawah kulitnya berwarna coklat dan pada
punggungya terdapat warna hijau. Warna tubuh pada amphibi disebabkan oleh pigmen
atau secara struktural atau juga dihasilkan dari keduanya. Pigmen pada Amphibi
terletak pada kromatofora (di dalam kulit). Sel-sel pigmen ini biasanya dinamakan
menurut jenis pigmen yang dikandung. Melanofora mengandung pigmen
coklat, dan hitam, sedangkan lipafora mengandung pigmen merah, kuning
dan orange. Amphibi juga memiliki sel-sel pigmen yang disebut guanafora,
semacam iridosit pada ikan, mengandung kristal guanine yang dapat
memproduksi iridesen atau efek putih terang (Sukiya, 2005).
2.2 Morfologi ikan
Kelompok pisces menunjukkan ukuran tubuh sangat
bervariasi (mamalia seperti sejenis ikan paling besar adalah ikan paus rhineodon
thypu, mencapai panjang lebih dari 16,5m). ikan yang palilng kecil adalah
sepses goby yang ditemukan di Filipina dinamakan pandaka pygnea,
berukuran 0,8cm. ikan umumnya hidup di laut, tetapi ada sekitar 7.000 species
ditemukan hidup di air tawar,
diantaranya yang paling besar adalah paddlefishes, catfish, dan sturgeon Jasin,
1984).
Ikan bandeng adalah salah satu spesies
dari class pisces. Ikan bandeng memiliki ciri-ciri
sebagai berikut, tubuh berbentuk torpedo, seluruh permukaan tubuhnya tertutup
oleh sisik yang bertipe lingkaran yang berwarna keperakan, pada bagian tengah
tubuh terdapat garis memanjang dari bagian penutup insang hingga ke ekor. Sirip
dada dan sirip perut dilengkapi dengan sisik tambahan yang besar, sirip anus
menghadap kebelakang. Selaput bening menutupi mata, mulutnya kecil dan tidak
bergigi, terletak pada bagian depan kepala dan simetris. Ikan bandeng memiliki
dua jenis kelamin yaitu jantan dan betina, bandeng jantan dapat diiketahui dari
lubang ansunya yang hanya dua buah dan ukuran badan agak kecil sedangkan
bandeng betina memiliki lubang anus tiga buah dan ukuran badan lebih besar dari
ikan bandeng jantan (Paranto, 1982).
2.3 Klasifikasi
A.1 Kodok
Berdasarkan
morfologi di atas klasifikasi
dari kodok adalah sebagai berikut:
Kingdom Animalia
Kelas Amphibia
Ordo Annura
Famili Fejervaryadeae
Genus Fejervarya
Spesies Fejervarya limnocharis (Merrem, 1982).
A.2 Ikan
Klasifikasi Bandeng Menurut Forsskal (1775),
adalah sebagai berikut :
Kingdom Animalia
Phyllum
Chordats
Kelas
Actinopterygii
Ordo Gonorynchiformes
Familia Chanidae
Genus Chanos
Spesies Chanos
Nama
jenis Chanos
chanos
(Forsskal, 1775)
2.3 Anatomi
2.3.1 Sistem rangka kodok
Amphibi memiliki sistem rangka yang
lebih tebal dan luas secara proporsional, apabila dibandingkan dengan pisces.
Tengkorak Amphibi mempunyai tulang-tulang premaksila, nasal, frontal, parietal,
dan skuamosa. Pada permukaan dorsal dari tubuh annura tidak tertutup tulang
seluruhnya. Bagian kondrokronium belum mengeras, hanya daerah oksipital dan
eksoksipital yang mengeras, dan masing-masing memiliki kondila bertemu dengan
vertebra pertama. Amphibi tidak memiliki langit-langit (palatum
skunder), akibatnya nares
internal lebih maju di dalam
langit-langit mulut. Di bagian ventral
otak tertutup oleh tulang dermal dinamakan parasfenoid. Gigi terletak
pada premaksila, maksila, palatine, vomer, parasfenoid, dan tulang dental. Ada beberapa Amphibi yang
tidak memiliki gigi, atau gigi pada rahang bawah mereduksi (Sukiya, 2005).
Gambar 2: Sistem rangka kodok
diambil dari
www. wikipedia.com
Jumlah ruas tulang belakang Amphibi
bervariasi dari 10 ruas pada Salientia 200 ruas pada Gymnophiona. Tengkorak
bersendi dengan tulang tengkuk, jumlah vertebra kaudal bervariasi. Pada
Salientia, satu elemen vertebra mengalami elongasi (memanjang), yang
dinamakan urostile memanjang dari sacrum menuju ke ujung posterior
pelvis. Tulang iga pendek dan kurang berkembang, sehingga tidak berhubungan
dengan sternum seperti yang terjadi pada Reptil, Aves, atau pada Mamalia.
Sebagian besar Amphibi mempunyai 2 pasang tungkai dengan 4 jari pada kaki
depan, dan 5 jari pada kaki belakang. Jumlah jari kaki mungkin ada yang
berkurang sebanyak 2 jari, tungkai belakang berkurang seperti pada Salamander,
dan pasangan tungkai tidak ada pada caecillia. Tungkai biasanya tidak mempunyai
kuku, tetapi semacam tanduk pada jari-jarinya (Sukiya, 2005).
Berdasarkan strukturnya sistem
rangka pada ikan di bagi menjadi 2 macam yaitu rangka tulang rawan, pada
ikan-ikan Elasmobranchii (cucut dll), rangka tulang benar, pada ikan-ikan
Teleostei (pada umumnya ikan-ikan). Sedangkan berdasarkan letaknya sistem
rangka ikan adalh tulang tengkorak, tulang punggung, tulang rusuk. Disebut
rangka Visceral (tulang penyokong insang) dan disebut rangka Appendicular (
tulang penyokong sirip). Adapun Tulang-tulang penutup insang antara lain operculum,
sub operculum (di bawah), pre operculum (di depan), interculum (diantara). Adapun fungsi rangka pada
ikan adalh sebaga, penegak tubuh, tempat melekatnya otot, pelindung organ-organ
dalam dan membentuk eritrosit (Sukiya, 2005).
2.3.3 Sistem otot kodok
Sistem otot Amphibi, seperti sistem-sistem otot pada
organ yang lain sebagai transisi antara ikan dan reptil. Sistem otot ikan
terpusat pada gerakan tubuh ke lateral, membuka
dan menutup mulut serta gill
apertura (operculum atau penutup lubang/celah insang), dan gerakan sirip
yang relatif sederhana. Ada perbedaan antara ikan dengan amphibi, yaitu sekat horizontal pada amphibi membagi
otot dorsal dan ventral (Sukiya, 2005).
Bagian otot dorsal (epaksial) yaitu mempengaruhi gerakan
kepala, dan pada bagian ventral yaitu menjadi bukti dalam pembagian otot-oto
setiap segmen tubuh Amphibi. Otot hipaksial terbagi menjadi beberapa lapisan
diantaranya: otot oblique eksternal, otot oblique internal, otot tranversus,
sedangkan otot dermal sangat kurang. Ada beberapa gerakan pada amphibi:
berenang, berjalan, meloncat, dan memanjat dari kesekian gerakan ini melibatkan
perkembangan beberapa tipe otot, yang terletak dalam tungkai itu sendiri dan
berupa otot intrinsic (Sukiya, 2005).
Gambar 3: Sistem otot pada kodok bagian
dorsal dan ventral (Boolootian,1979:249-250)
2.3.4
Sistem Otot Ikan
Sistem otot pada ikan jenisnya bergaris, polos
dan jantung. Adapun sistem kerjanya di bawah rangsang saraf dan tidak di bawah
rangsang saraf. Sistem otot ikan berfungsi untuk pergerakan tubuh, sirip-sirip,
rongga mulut, dan organ-organ dalam. Pada ikan ada modifikasi urat daging,
menjadi organ listrik pada 250 spesies ikan terutama ikan-ikan laut, di
daerah tropis dan sub-tropis. Fungsinya untuk pertahanan diri (voltase listrik
yg dihasilkan tinggi) dan untuk mencari makan (voltase rendah).
2.3.5 Sistem pencernaan kodok
Alat
pencernaan makanan diawali oleh cavum oris yang diakhiri oleh anus. Mangsa yang berupa hewan kecil yang ditangkap untuk dimakan akan
dibasahi oleh air liur. Katak sedikit mempunyai kelenjar ludah. Dari cavum oris
makanan akan melewati pharynx, oesophagus yang menghasilkan
sekresi alkalin (basis) dan mendorong makanan masuk dalam ventriculus
yang besar, ventriculus yang besar itu disebut cardiac ,sedangkan
bagian posterior mengecil dan berakhir dengan pyloris. Kontraksi dinding
otot ventriculus dapat meremas makanan sampai menjadi hancur dan
dicampur dengan sekresi ventriculus yang mengandung enzim atau fermen,
yang merupakan katalisator (Jasin,1984).
Di dalam mulut terdapat banyak
gigi-gigi kecil disepanjang rahang atas, dan ada gigi vomerin pada
langit-langit mulut. Lidah berotot, biofurkat (cabang dua) pada
ujungnya, dan bertaut pada bagian anterior mulut (Brotowidjoyo,1989).
Lidah katak
berfungsi untuk menangkap mangsa. Sebagian besar Amphibi mempunyai lidah yang dapat dijulurkan keluar
seperti pada katak dan kodok, kemudian lidah digulung kebelakang jika tidak
digunakan (Sukiya, 2005).
Enzim yang dihasilkan oleh ventriculus
dan intestinum terdiri dari: pepsin, tripsin, erepsin
untuk protein, lipase untuk lemak. Disamping itu ventriculus
menghasilkan asam klorida untuk mengasamkan bahan makanan. Gerakan yang
menyebabkan bahan makanan masuk kedalam saluran disebut gerak peristaltis.
Beberapa penyerapan zat makanan terjadi di ventriculus terutama terjadi
di intestinum. Makanan masuk kedalam intestinum dari ventriculus
melalui klep pyloris (Jasin,1984).
Kelenjar pencernakan yang besar ialah
hepar dan pancreaticum yang memberikan sekresinya pada intestinum,
kecuali itu intestinum menghasilkan sekresi sendiri. Hepar yang besar terdiri
atas beberapa lobus dan bilus (zat empedu) yang dihasilkan akan ditampung
sementara dalam vesica felea, yang kemudian akan dituangkan dalam
intestinum melalui ductus cystecus dahulu kemudian melalui ductus
cholydocus yang merupakan saluran gabungan dengan saluran yang dari
pangkreas. Fungsi bilus untuk mengemulsikan zat lemak. Bahan makanan yang
merupakan sisa didalam intestuinum major menjadi feces dan selanjutnya
dikeluarkan melalui anus (Jasin,1984).
2.3.6
Sistem pencernaan ikan
Sistem pencernaan adalah proses
penyederhanaan makanan melaului cara fisik dan kimia, sehingga menjadi
sari-sari makanan yang mudah diserap di dalam usus, kemudian diedarkan ke
seluruh organ tubuh melalui sistem peredaran darah. Organ-organ saluran
pencernaan pada ikan terdiri dari (dari arah depan/anterior ke arah belakang/posterior)
berturut-turut: hati, empedu, pankreas lambung esophagus mulut/rongga mulut usus(pilorus dan pilorik saeka). Organ-organ
tambahan berupa kelenjar hati, kelenjar empedu, dan kelenjar pancreas dan
organ-organ pelengkap diantaranya sungut, gigi, tapis insang. Menurut jenis
makanannya, ikan tergolong menjadi karnivor (makan ikan lain, kepiting,
serangga, dsb), herbivor (makan plankton, tanaman air, dsb), dan omnivor
(makannya campuran). Jenis makanan ikan dan cara makannya dapat dibagi menurut
bentuk mulut, posisi mulut, tipe gigi dari ikan adalah canin, incisor, dan tulang-tulang
tapis insang : rapat, panjang, halus, perbandingan antara panjang usus dengan
panjang tubuhnya. Untuk efektivitas sistem pencernaan, terdapat
modifikasi-modifikasi pada lambung (misalkan belanak) dan pada usus (misal pada
ikan hiu). Dengan mengetahui jenis makanan alami dan cara makannya, dapat
diterapkan pada usaha budidaya ikan.
2.3.7
Sistem
ekskresi kodok
Sistem ekskresi sebagai sistem pembuangan zat-zat
yang tidak berguna dilakukan oleh kulit, paru-paru dan beberapa zat yang tidak
berguna dilepaskan oleh hati berupa empedu dan yang terpenting dilakukan oleh
ren. Ren yang berbentuk bulat panjang, berwarna coklat terpisah dari coelom
dibawah vertebrae. Pemisah ini disebut retroperitoneal. Ren merupakan alat filter selektif untuk
membuang sisa-sisa zat organis dan garam-garam mineral dari pembuluh darah
(Jasin,1984).
Proses filtrasi terjadi pada capsula
renalis. Sebuah kapsula renalis terdiri atas: pembuluh darah kecil
yang berlekuk-lekuk yang disebut glomerulus, Dinding ganda yang
berbentuk mangkokan yang yang disebut capsul bowman, Tubulus
uriniferus yang merupakan pembuluh lanjutan darah arteri, Tubukus
itu akan menyalurkan isinya pada pembuluh pengumpul yang disebut ductus Wolfian
atau urether, yang merupakan yang merupakan pembuluh sepanjang
dorsal menuju ke vesica urinaria sebagai penyimpan sementara. Akhirnya
urin sebagai bahan sampah dibuang ke kloaka dan selanjutkan dikeluarkan dari
tubuh (Jasin,1984).
2.3.8
Sistem eksresi ikan
Sistem ekskresi pada ikan
bandeng melalui beberapa organ antaralain dapat melalui kulit, ginjal, dan
saluran pencernaan atau anus yang terletak di depan pina analis. Sedangkan pada
sisitem keseimbangan tubuh pada ikan ini yaitu sirip baik pina analis, ataupun
pina dorsalis keduanya itu sangat berfungsi untuk proses keseimbangan tubuh
pada ikan tersebut. Pada ikan mas juga sama alat keseimbangan berupa pina
dorsalis dan pina analis (Jasin, 1984).
Sistem ekskresi yaitu
sistem pembuangan proses metabolisme tubuh (berupa gas, cairan, dan padatan)
melalui kulit, ginjal, dan saluran pencernaan). Sistem Osmoregulasi : sistem
pengaturan keseimbangan tekanan osmotik cairan tubuh (air dan darah) dengan
tekanan osmotik habitat (perairan). Organ-organ dalam sistem ekskresi : kulit, saluran
pencernaan, dan ginjal. Organ-organ sistem osmoregulasi : kulit, ginjal,
insang, lapisan tipis mulut. Ginjal : teletak di atas rongga perut, di luar
peritonium, di bawah tulang punggung dan aorta dorsalis, sebanyak satu pasang,
berwarna merah, memanjang.
Ginjal memiliki beberapa fungsi antara lain, Boolotion (1979) :
1. menyaring
sisa-sisa proses metabolisme untuk dibuang, zat-zat yang diperlukan tubuh
diedarkan lagi melalui darah
2. mengatur
kekentalan urin yang dibuang untuk menjaga keseimbangan tekanan
osmotikcairantubuh. Tekanan osmotik cairan tubuh berbeda antara
ikan-ikan bertulang benar (Teleostei) yang hidup di laut dengan yang hidup di
perairan tawar, demikian juga dengan ikan-ikan bertulang rawan
(Elasmobranchii), sehingga struktur dan jumlah ginjalnya juga berbeda, demikian
juga dengan sistem osmoregulasinya.
2.3.9
Sistem
sirkulasi kodok
Ampibi mempunyai problem untuk
mengisi jantung yang menerina darah
oksigen dari paru-paru dan darah deoksi yang tidak mengandung
oksigen dari tubuh (tapi hanya sebagian). Untuk mencegah banyaknya percampuran
dua jenis darah tersebut, bahwa ampibi tidak mengembangkan kearah sistem
sirkulasi transisional. Jantung mempunyai sekat interatrial, kantong ventrikuler,
dan pembagian konus arteriosus dalam pembuluh sistemik dan pembuluh
pulmonari. Darah dari tubuh masuk ke atrium kanan dari sinus
vensus kemudian masuk ke sisi kanan ventrikel,
kemudian dipompa ke paru-paru (Sukiya, 2005).
Kebanyakan
pada Amphibi pasangan arkus aorta pertama, kedua dan kelima hilang. Arkus aorta ketiga pada sisi dasar carotid
internal, dan arkus aorta ke empat merupakan system arkus yang
menuju ke posterior berupa dorsal aorta. Bagian proksimal dari pasangan
keenam arkus aorta cabang dari arteri pulmokutaneus, membawa darah ke paru-paru
dan kulit di mana aersi terjadi (Sukiya, 2005).
Darah yang mengandung oksigen dari
paru-paru masuk ke atrium kiri, lewat vena pulmonalis kemudian
menuju sisi kiri ventrikel kemudian dipompa keseluruh tubuh. Peristiwa ini tidak terjadi pada Salamander
yang tidak mempunyai paru-paru sebab celah interatrial tidak lengkap dan
vena pulmonalis tidak ada (Sukiya, 2005).
2.3.9 Sitem sirkulasi ikan
Sistem sirkulasi adalah sistem yang
berfungsi untuk mengangkut dan mengedarkan O2 dari perairan ke sel-sel tubuh
yang membutuhkan, juga mengangkut enzim, zat-zat nutrisi, garam-garam, hormon,
dan anti bodi serta mengangkut CO2 dari dalam usus, kelenjar-kelenjar, insang,
dan sebagainya, keluar tubuh. Organ-organ : jantung, pembuluh nadi (aorta,
arteri) dan pembuluh balik (vena), dan kapiler-kapiler darah. Bahan yang
diedarkan : darah (plasma darah dan butir-butir darah). Fungsi jantung ikan untuk
memompa darah ke seluruh bagian tubuh. Beda jantung ikan dengan jantung hewan
ada alat pacu jantung yg memungkinkan jantung terus berdenyutà lain walaupun otak
sudah rusak. Bagian-bagian jantung : Atrium, berdinding tipis, Ventrikal,
berdinding tebal, sebagai pemompa darah, Bulbus arteriosus. Sebelum atrium,
terdapat sinus venosus (SV) yang mengumpulkan darah berkadar CO2 tinggi,
berasal dari organ-organ tertentu. Darah dari SV masuk ke dalam atrium melalui
katup sinuautrial, dari atrium darah masuk ke dalam ventricle melalui katup
atrioventricular. Dari ventrikel darah ditekan dengan daya pompa padanya,
menuju ke arah aorta ventralis, menuju ke insang. Di insang terjadi pertukaran
O2 dengan CO2 (pada sistem pernafasan) dan seterusnya darah dengan kandungan O2
tinggi à diedarkan ke daerah
kepala, ke bagian dorsal, ke ventral, dan ekor kembali ke jantung dan
seterusnya setelah mengedarkan nutrisi.
2.3.10
Sistem
respirasi kodok
Katak dalam daur hidupnya mengalami metamorfosis
atauperubahan bentuk. Pada katak, oksigen berdifusi lewat selaput rongga mulut,
kulit, dan paru-paru. Kecuali pada fase berudu bernapas dengan insang karena
hidupnya di air. Selaput rongga mulut dapat berfungsi sebagai alat pernapasan
karena tipis dan banyak terdapat kapiler yang bermuara di tempat itu. Pada saat
terjadi gerakan rongga mulut dan faring, Iubang hidung terbuka dan glotis
tertutup sehingga udara berada di rongga mulut dan berdifusi masuk melalui
selaput rongga mulut yang tipis. Selain bernapas dengan selaput rongga mulut,
katak bernapas pula dengan kulit, ini dimungkinkan karena kulitnya selalu dalam
keadaan basah dan mengandung banyak kapiler sehingga gas pernapasan mudah
berdifusi. Oksigen yang masuk lewat kulit akan melewati vena kulit (vena
kutanea) kemudian dibawa ke jantung untuk diedarkan ke seluruh tubuh.
Sebaliknya karbon dioksida dari jaringan akan di bawa ke jantung, dari jantung
dipompa ke kulit dan paru-paru lewat arteri kulit pare-paru (arteri pulmo
kutanea). Dengan demikian pertukaran oksigen dan karbon dioksida dapat terjadi
di kulit. Selain bernapas dengan selaput rongga mulut dan kulit, katak bernapas
juga dengan paruparu walaupun paru-parunya belum sebaik paru-paru mamalia.
Katak mempunyai sepasang paru-paru yang berbentuk gelembung tempat bermuaranya
kapiler darah. Permukaan paru-paru diperbesar oleh adanya bentuk- bentuk
seperti kantung sehingga gas pernapasan dapat berdifusi. Paru-paru dengan
rongga mulut dihubungkan oleh bronkus yang pendek. Dalam paru-paru terjadi
mekanisme inspirasi dan ekspirasi yang keduanya terjadi saat mulut tertutup.
Fase inspirasi adalah saat udara (kaya oksigen) yang masuk lewat selaput rongga
mulut dan kulit berdifusi pada gelembung-gelembung di paru-paru.
Pada kodok,
oksigen berdifusi melalui kulit, dan paru-paru. Kecuali pada fase berudu
bernapas dengan insang karena hidupnya di air. Selaput rongga mulut dapat
berfungsi sebagai alat pernapasan karena tipis dan banyak terdapat kapiler yang
bermuara di tempat itu. Pada saat terjadi gerakan rongga mulut dan faring,
Iubang hidung terbuka dan glotis tertutup sehingga udara berada di
rongga mulut dan berdifusi masuk melalui selaput rongga mulut yang tipis.
Selain bernapas dengan selaput rongga mulut, katak bernapas pula dengan kulit,
ini dimungkinkan karna kulitnya selalu dalam keadaan basah dan mengandung
banyak kapiler sehingga gas pernapasan mudah berdifusi (Godknecht, 2004).
Oksigen
yang masuk lewat kulit akan melewati vena kulit (vena kutanea) kemudian
dibawa ke jantung untuk diedarkan ke seluruh tubuh. Sebaliknya karbon dioksida
dari jaringan akan di bawa ke jantung, dari jantung dipompa ke kulit dan
paru-paru lewat arteri kulit paru-paru (arteri pulmo kutanea). Dengan
demikian pertukaran oksigen dan karbon dioksida dapat terjadi di kulit. Selain
bernapas dengan selaput rongga mulut dan kulit, katak bernapas juga dengan
paru-paru walaupun paru-parunya belum sebaik paru-paru mamalia (Godknecht, 2004).
Mekanisme inspirasi
adalah sebagai berikut. Otot Sternohioideus
berkonstraksi sehingga rongga mulut membesar, akibatnya oksigen masuk melalui
koane. Setelah itu koane menutup dan otot rahang bawah dan otot geniohioideus
berkontraksi sehingga rongga mulut mengecil. Mengecilnya rongga mulut mendorong
oksigen masuk ke paru-paru lewat celah-celah. Dalam paru-paru terjadi
pertukaran gas, oksigen diikat oleh darah yang berada dalam kapiler dinding
paru-paru dan sebaliknya, karbon dioksida dilepaskan ke lingkungan, sedangkan Mekanisme ekspirasi adalah sebagai berikut.
Otot-otot perut dan sternohioideus berkontraksi sehingga udara dalam paru-paru
tertekan keluar dan masuk ke dalam rongga mulut. Celah tekak menutup dan
sebaliknya koane membuka. Bersamaan dengan itu, otot rahang bawah berkontraksi
yang juga diikuti dengan berkontraksinya geniohioideus sehingga rongga mulut
mengecil. Dengan mengecilnya rongga mulut maka udara yang kaya karbon dioksida
keluar.
Gambr 4 sistem
mekanisme respirasi pada kodok
2.3.11 Sistem respirasi ikan
Pernafasan yaitu pertukaran CO2
(sisa-sisa proses metabolisme tubuh yg harus dibuang) dengan O2 (berasal dari
perairan, dibutuhkan tubuh untuk proses metabolisme dsb). Organ-organ
pernafasan : mengambil O2 dari perairan, terutama insang, organ tambahan
mengambil O2 dari udara paru-paru, labirin. pada embrio dan larva kulit dan kantung kuning telur Insang,
bagian-bagiannya :
Bagian-bagian insang memiliki fungsi antara lain, Jasin
(1984) :
1. Tulang
lengkung insang sebagai tempat melakeatnya tulang tapis insang dan daun insang,
mempunyai banyak saluran-saluran darah dan saluran syaraf
2. Tulang tapis insang, berfungsi dalam sistem pencernaan untuk mencegah
keluarnya organisme makanan melalui celah insang
3. Daun insang,
berfungsi sebagai dalam sistem pernafasan dan peredaran darah, tempat
terjadinya pertukaran gas O2 dengan CO2. Mekanisme pernafasan : Pertukaran gas
CO2 dan O2 terjadi secara difusi ketika air dari habitat yang masuk melalui
mulut, terdorong ke arah daerah insang. O2 yang banyak dikandung di dalam air
akan diikat oleh hemoglobin darah, sedangkan CO2 yang dikandung di dalam darah
akan dikeluarkan ke perairan. Darah yang sudah banyak mengandung O2 kemudian
diedarkan kembali ke seluruh organ tubuh dan seterusnya.
2.3.12
Reproduksi kodok
Reproduksi pada katak yaitu dengan cara fertilisasi eksternal, katak
jantan menjepit katak betina ketika perkawinan (yaitu ketika telur dilepaskan
dan sperma disemprotkan) (Brotowijdoyo.1989: 201).
Pada saat bereproduksi katak dewasa akan mencari
lingkungan yang berair. Disana mereka meletakkan telurnya untuk dibuahi secara
eksternal. Telur tersebut berkembang menjadi larva dan
mencari nutrisi
yang dibutuhkan dari lingkungannya, kemudian berkembang menjadi dewasa dengan
bentuk tubuh yang memungkinkannya hidup di darat, sebuah proses yang dikenal
dengan metamorfosis.
Tidak seperti telur reptil dan burung, telur katak tidak
memiliki cangkang dan selaput embrio. Sebaliknya telur katak
hanya dilindungi oleh kapsul mukoid yang sangat permeabel
sehingga telur katak harus berkembang di lingkungan yang sangat lembab atau
berair.
a.
Sistem Reproduksi Jantan
Berupa sepasang testis berbentuk oval
berwaran keputih-putihan, terletak disebelah anterior. Disebelah cranial testis
melekatlah corpus adiposum, sedang disebelah testis terdapat
saluran-saluran halus yang disebut : vasa
defferensia yang bermuara pada saluran kencing, kemudian menuju ke cloaca, dan vesicula seminalis, sebagai tempat penampungan spermatozoa sementara (Jasin,1984).
Gambar 5: sistem reproduksi kodok jantan dan betina (Boolootian, 1979)
kencing dan berakhir divesikula
seminalis yang merupakan tempat penyimpanan sperma
(Boolootian, 1979).
b.
Sistem Reproduksi Betina
Terdiri atas sepasang ovarium di bagian dorsal
coelom terdapat corpus adiposum yang berwarna kekuning-kuningan.
Suatu saluran yang berkelok-kelok dengan ujung terbuka sehingga tidak
berhubungan dengan ovarium. Pada sebelah posterior saluran ini melebar dengan
dinding yang tipis atau uterus. Selanjutnya ovum menuju ke cloaca pada suatu papillae
(Jasin Maskoeri.1984).
Perkawinan, Kodok kawin pada
waktu-waktu tertentu, misalnya pada saat menjelang hujan. Kodok jantan
akan berbunyi untuk memanggil betinanya,
dari tepian atau tengah perairan. Di mana beberapa hewan jantan berkumpul
berdekatan dan berbunyi bersahut-sahutan. Pembuahan pada
kodok dilakukan di luar tubuh. Kodok jantan akan melekat di punggung betinanya dan
memeluk erat ketiak si betina dari belakang. Sambil berenang di air, kaki
belakang kodok jantan akan memijat perut kodok betina dan merangsang
pengeluaran telur. Pada saat yang bersamaan kodok jantan akan melepaskan spermanya
ke air, sehingga bisa membuahi telur-telur yang dikeluarkan si betina (Gravenhorst,
1829).
Gambar 08: Organ reproduksi pada kodok
betina (Boolootian,1979: 261)
Embrio, Kodok dan katak
mengawali hidupnya sebagai telur yang diletakkan induknya di air,
atau sarang busa. Sekali bertelur katak bisa menghasilkan 5000-20000 telur.
Telur-telur kodok menetas menjadi berudu
atau kecebong, bernafas dengan insang dan hidup di air.
Perlahan-lahan akan tumbuh kaki belakang, yang kemudian diikuti dengan
tumbuhnya kaki depan, menghilangnya ekor dan bergantinya insang dengan paru-paru.
Kemudian berudu ini akan
melompat ke darat sebagai kodok (Gravenhorst, 1829).
2.3.13 Reproduksi ikan
Sistem reproduksi adalah sistem
untuk mempertahankan/melestarikan spesies dengan menghasilkan keturunan yang
fertil. Embriologi adalah urutan proses perkembangan dari zygot (hasil
pembuahan sel telur oleh sel sperma) sampai menjadi anak ikan dan seterusnya.
Organ-organ reproduksi : Organ kelamin (gonad) : menghasilkan sel-sel kelamin
(gamet) menghasilkan spermatozoa Gonad jantan : testes, biasanya sepasang, kiri
dan kanan menghasilkan telur. Gonad betina : ovary atau ovarium (Barnes, 1984).
2.3.14 Sistem saraf kodok
Sistem saraf pada
amfibi terdiri atas sistem saraf sentral dan sistem saraf periforium.
Sistem saraf sentral terdiri dari : encephalon (otak) dan medulla
spinalis. Enchephalon terdapat pada kotak otak (cranium).
Pada sebelah dorsal akan tampak dua lobus olfactorium menuju saccus
nasalis, dua haemisperium cerebri atau cerebrum kanan kiri
yang berbentuk ooid yang dihubungkan dengan comisure anterior,
sedangkan bagian anteriornya dergabung dengan dienchepalon medialis.
Dibagian belakang ini terdapat dua bulatan lobus opticus yang ditumpuk
otak tengah tengah (mesenchepalon) sebelah bawahnya merupakan cerebreum
(otak kecil). Dibelakang terdapat bagian terbuka sebelah atas yakni medulla
oblongata yang berhubungan dengan medulla spinalis dan berakhir
disebelah felium terminale (Jasin, 1984).
Diencephalon mempunyai badan sebuah dorsal
yang disebut glandula pinealis dan dibawahnya terdapat opticus dan
selanjutnya infundubulum tumbuh
keluar sebagai hypophysise pada posteriornya. Didalam otak terdapat
rongga yang disebut ventriculus. Rongga tersebut diisi oleh cairan cerebropinalis.
Pertukaran zat metabilosme dilakukan oleh pembuluh darah arteri dan venulae
yang meliputi jaringan permukaan otot. Otak medula spinalis
dibungkus 2 membran tebal yaitu duramater dan piamater
(Jasin, 1984).
Sistem nervous
periferum terdiri atas nervi cranialis dan nervi spinalis. Nervi
spinalis berpusat diotak pada lobus. Jumlah 10 pasang akan
menberikan persarafan pada alat sensori, otot daging dan otot lainnya. Fungsi
otak dapat diketahui dari lobus-lobusnya yaitu lubus olfactorium menanggapi
rangsangan kimiawi yang larut dalan air dan udara. Heames pharium cerebri
merupakan daerah menyimpan ingatan., intelejensi, dan mengontrol kebebasan. Dienchephalon
berhubungan dengan mata dan keseimbangan. Sedangkan medulla oblongata mengendalikan
sebagian besar aktivitas tubuh. (Jasin, 1984).
Sistem saraf vertebrata lebih
komplek daripada hewan yang lain. Otak kodok terdiri dari 2 bagian besar yaitu
lobus olfactory, 2 hemispheres cerebral, sebuad dienchephalon, 2 lobus optic,
sebuah cerebellum, dan medula oblongata ( Bolootian, 1979).
2.3.14 Sitem saraf dan hormon ikan
Kedua sistem ini dapat dikatakan
sebagai sistem koordinasi untuk mengantisipasi perubahan kondisi lingkungan dan
perubahan status kehidupan (reproduksi dsb). Perubahan lingkungan akan
diinformasikan ke sistem saraf (saraf pusat dsb), saraf akan merangsang
kelenjar endokrin hormon dikirim ke untuk mengeluarkan hormon-hormon yang dibutuhkan akan
merangsang organ target dan aktivitas
metabolisme jaringan-jaringan a.l untuk bergerak. Sistem saraf terdiri dari Radiopetro (1996) :
a.
sistem cerebro spinal
b.
sistem saraf pusat : otak
dan tulang punggung
c.
sistem saraf tepi
d.
sistem otonomi : simpati
dan parasimpati
e.
organ-organ khusus : hidung, telinga, mata, LL
Keistimewaan mendeteksi kondisi sistem saraf pada ikan : sistem saraf
pada LL lingkungan (pH, suhu, dsb) karena mengandung ujung-ujung sel saraf dan
sel darah.
Sistem Hormon : Hormon dihasilkan
oleh kelenjar-kelenjar hormon a.l hormon pertumbuhan, hormon reproduksi, hormon
ekskresi & osmoregulasi. Menurut hasil kelenjar hormon :
a.
endo hormon : yang
bekerja di dalam tubuh, seperti hormon-hormon di atas
b.
ekto hormon : yang
bekerja di luar tubuh, seperti fenomen : merangsang jenis kelamin lain mendekat
untuk berpijah.
2.3.15 Organ
sensoris kodok
Perubahan
yang terjadi pada lingkungan hewan merupakan rangsangan bagi organon
acsesori atau reseptor tubuh. Organ ini mempunyai hubungan dengan nervous
sensoris yang menbawa rangsangan ke pusat otak ( lobus pada otak).
Tiap-tiap rangsangan akan merangsang organon sensoria tertentu.
Organon visus akan menerima rangsangan yang berupa gelombang sinar. Sedangkan
reseptor kulit menerima rangsangan yang berupa sentuhan. Pada lingua terdapat
papil-papil yang berupa tonjolan yang berisi reseptor perasa yang peka terhadap
zat-zat kimia yang larut dalam air. Saccus nasalis yang mengandung 2
reseptor yang peka terhadap rangsangan berupa gas. Telinga pada Amphibi
terdapat aorganon auditorius dan alat keseimbangan tubuh (Jasin, 1984).
2.3.16
Organ
sensoris ikan
Organ sensori atau indera pada ikan
bandeng meliputi mata yang mana mata pada ikan ini besar dan tidak memiliki kelopak
mata, mata pada ikan bandeng hanya dapat melihat benda-benda yang jaraknya
sangat dekat. Didalam rongga olfactory yang mana rongga ini terletak disebelah
dorsal moncong yang mana seel ini mengandung sel-sel yang sangat peka terhadap
zat kimia yang larut dalam air. Indra perasa pada ikan terdapat didalam dan
disekitar mulut. Linea lateralis berisi sel-sel yang peka terhadap getaran
tekanan air yang berupa gelombang, yang terakhir yaitu telingga yang mana dalam
telingga ini terdapat saluran setengan lingkaran dan terdapat sebuah otolith
yang juga berfungsi sebagai alat keseimbangan (Sukiya, 2005).
2.3.17
Kelenjar endokrin
Kodok
memiliki beberapa kelenjar endokrin yang menghasilkan hormon. Fungsi hormon
adalah mengatur tugas-tugas tubuh, mengontrol pertumbuhan, dan mengaktifkan
beberapa macam jaringan yang berpengaruh terhadap tingkah laku. Pada dasar otak
terdapat kelenjar hipophysa yang menghasilkan hormon pertumbuhan. Fungsi hormon
ini adalah mengontrol pertumbuhan. Bila kelenjar hipophysa seekor berudu
diambil maka berudu tersebut tidak akan
tumbuh menjadi kodok (Jasin, 1984).
Kelenjar
berikutnya adalah kelenjar pituataria yang menghasilkan hormon yang
berfungsi untukn merangsang gonad untuk menghasilkan sel kelamin.
Glandulae thyroida terdapat dibelakang tulang rawan yang menghasilkan
hormon thryroid yang berfungsi mengatuir metabolisme secara umum. Pada
pancreas terdapat kelenjar yang menghasilkan hormon insulin yang berfungsi
mengatur metabolisme zat gula. Glandulae supra renalis menghasilkan
hormon adrenalin yang berfungsi utntuk mengubah glikogen menjadi glukosa.
(Jasin, 1984).
2.4
Metamorfosis Katak
Katak melakukan persenyawaan luar yaitu di dalam air.
Telur yang disenyawakan (zigot) kemudian mengalami pebelahan menjadi
satu blastula kemudian pembentukan gastrula dan usus primitive
mulai terbentuk. Gastrula berubah menjadi neurula yang
menempatkan sistem saraf primitive. Perkembangan selanjutnya membentukan larva
atau berudu. Berudu mempunyai insang luar untuk bernafas dalam air, mulut dan
kloaka serta ekor. Berudu mendapat makanan dari tumbuhan akuatik. Kemudian insang luar digantikan oleh
insang dalam dan anggota-anggota depan serta belakang mula berkembang (Bolkay,
1915).
Gambar 11: Metamorfosis kodok (Boolootian,1979: 262)
Selepas kira-kira 3 bulan , berudu melakukan
proses metamorfosis untuk menjadi katak dewasa yang diawali oleh hormon tiroksina.
Selama proses
metamorfosis, anggota belakang berkembang diikuti oleh anggota depan, insang
dan ekor menjadi pendek. Mulut bertambah lebar, lidah terbentuk, membran
timpanum serta kelopak mata muncul dan bentuk kanta mata berubah,dan
perubahan biokimia juga terbentuk dalam badan (Bolkay, 1915).
2.5 Sirip Ikan
Pada permukaan
tubuh dari ikan ini berlendir yang menghasilkan mucus, dan pada permukaan dari
badan ikan ini tertutupi oleh sisik yang mana pada sisik bagian ekor mempunyai
tipe ganoid yang artinya sisik ini berbentuk belah ketupat, dengan sisik yang
tertanam dalam saku dermis. Permukaan sebelah luar dilapisi oleh zat ganoine
dan mengandung duri-duri yang halus.
Pada bagian pina dorsalis, terdapat 6 tulang keras dan 7 tulang lunak.
Dari cirri-ciri morfologi ikan yang kami amati ini menunjukkan cirri-ciri ikan
tulang keras (Osteichtyes).
Ikan yang kami amati adalah ikan bandeng yang ternasuk ikan tulang keras yang
hidup di air tawar. Kami mengatakan ikan bandeng ini ikan tulang keras
dikarenakan dari cirri-ciri morfologi ikan ini yang mana pada pisa dorsalis
dari ikan ini kami temukan adanya sejumlah tulang keras.
BAB III
KESIMPULAN
Berdasarkan penjelasan diatas tentangmorfologi dan
anatomi pada kedua spesies pada class amphibi dan pisces, maka dapat kami
simpulkan bahwa:
- Amphibi merupakan hewan yang hidup didua alam yaitu ketika masih belum dewasa hidup d iari dan setelah dewasa berpindah kedarat.
- Ciri umum dari kodok sawah adalah kulitnya basah dan berkelenjar, skeleton berupa tulang keras, dan memiliki 2 pasang kaki.
- Anatomi kodok sawah meliputi;
- Sistem rangka pada kodok tersusun atas endoskelaton yang disokong oleh bagian-bagian yang lunak.
1.
Otot
dibagi menjadi otot lateral, dorsal, dan ventral.
2.
Sistem
pencerbnaan meliputi mulut, faring, oesophagyus, ventrikulus, intenstium, dan
berakhit dianus.
3.
Organ
sirkulasi terdiri dari cor, arteri, kapilar, vena, duktus limpatis, darah, dan
cairan limpa.
4.
Sistem
reproduksi pada jantan terdiri dari
sepasang testis, vas deferent, urether, vesicular semionalis, dan kloaka.
5.
Kelenjar
endokrin terdiri dari kelenjar hipophysa, kelenjar pituitaria, kelenjar
thriroidae, kelenjar pancreas, dan glandulae adrenalis.
6.
Sistem
saraf terdiri dari saraf pusat dan saraf periforium
7.
Alat-alat
indra meliuti organon visus, papil-papil pada lingua, saccus nasalis, dan
organon auditoria.
- Proses metamorfosis meliputi telur – larva – berudu - kodok berekor - katak dewasa.
- Sistem rangka pada ikan di bagi menjadi 2 macam yaitu rangka tulang rawan, pada ikan-ikan Elasmobranchii (cucut dll), rangka tulang benar, pada ikan-ikan Teleostei (pada umumnya ikan-ikan). Sedangkan berdasarkan letaknya sistem rangka ikan adalh tulang tengkorak, tulang punggung, tulang rusuk.
g. seluruh permukaan tubuhnya tertutup oleh
sisik yang bertipe lingkaran yang berwarna keperakan, pada bagian tengah tubuh
terdapat garis memanjang dari bagian penutup insang hingga ke ekor.
h.
Sistem otot pada ikan jenisnya bergaris, polos dan jantung. Adapun
sistem kerjanya di bawah rangsang saraf dan tidak di bawah rangsang saraf.
Sistem otot ikan berfungsi untuk pergerakan tubuh, sirip-sirip, rongga mulut,
dan organ-organ dalam.
i.
Jenis makanan ikan dan cara makannya dapat dibagi menurut bentuk
mulut, posisi mulut, tipe gigi dari ikan adalah canin, incisor, dan
tulang-tulang tapis insang : rapat, panjang, halus, perbandingan antara panjang
usus dengan panjang tubuhnya.
j.
Sistem ekskresi yaitu
sistem pembuangan proses metabolisme tubuh (berupa gas, cairan, dan padatan)
melalui kulit, ginjal, dan saluran pencernaan).
k.
Organ-organ system sirkulasi pada ikan meliputi : jantung, pembuluh nadi (aorta, arteri) dan
pembuluh balik (vena), dan kapiler-kapiler darah. Bahan yang diedarkan : darah
(plasma darah dan butir-butir darah)
l.
Organ-organ pernafasan pada pisces : mengambil O2 dari perairan,
terutama insang, organ tambahan mengambil O2 dari udara paru-paru, labirin.
pada embrio dan larva kulit dan kantung kuning telur Insang.
m. Organ-organ reproduksi pada
ikan : Organ kelamin (gonad) : menghasilkan sel-sel kelamin (gamet)
menghasilkan spermatozoa Gonad jantan : testes, biasanya sepasang, kiri dan
kanan menghasilkan telur.
Gonad betina :
ovary atau ovarium
DAFTAR PUSTAKA
Bolkay. 1915. Kodok Sawah. http://id.wikipedia.org/wiki/Kodok_Sawah
#Pranala_luar. Diakses pada
tanggal 12 Maret 2010 pukul 10.00 Wib.
Boolootian, R.A,1979. Zoologi an introduction to the study of
animals. London: Collier Macmillian Publishers.
Brotowijoyo. 1990. Zoologi Dasar. Jakarta: Erlangga
Godknecht. 2004. Charcarinus. www.animaldiversity.com. Diakses pada tanggal 12 maret 2010 pukul 10.00 Wib.
Jasin,Maskoeri. 1984. Sistematika Hewan Avertebrata Dan Vertebrata. Surabaya: Sinar Wijaya
Merrem. 1982.
katak dan Kodok. http://id.wikipedia.org/wiki/Kodok_dan_katak#Pranala_luar. Diakses pada
tanggal 12 maret 2010 pukul 10 wib
Radiopoetro. 1988. Zoologi. Jakarta: Erlangga
Sukiya. 2005. Biologi Vertebrata. Malang: UM Press
0 komentar:
Posting Komentar