BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Aves adalah hewan yang paling banyak dikenal orang
karena dapat dilihat di mana-mana, aktif pada siang hari dan unik dalam hal
memiliki bulu sebagai penutup tubuh. Dengan bulu itu tubuh dapat mengatur suhu
dan terbang. Dengan kemampuan terbang itu aves mendiami semua habitat. Warna
dan suara beberapa aves merupakan daya tarik mata dan telinga manusia. banyak
di antaranya mempunyai arti penting dalam ekonomi, sebagian merupakan bahan
makanan sumber protein. Beberapa di antaranya diternakkan. Kata aves berasal
dari kata latin dipakai sebagai nama kelas, sedang ornis dari kata yunani
dipakai dalam ornithology, berarti ilmu yang mempelajari burung-burung.
Firman Allah: Artinya: “Dan
Apakah mereka tidak memperhatikan burung-burung yang mengembangkan dan
mengatupkan sayapnya di atas mereka? tidak ada yang menahannya (di udara)
selain yang Maha Pemurah. Sesungguhnya Dia Maha melihat segala sesuatu.” (Al-Mulk 19).
Ini adalah peristiwa luar biasa yang terjadi setiap
saat, yang kita lalaikan karena terjadi berulang-ulang, padahal ia sebagai
lambang kekuasaan dan keagungan. Maka,
pikirkanlah burung-burung ini, yang mengangkat kedua sayapnya dan
mengembangkannya, kemudian mengatupkannya kembali. Ia membuka dan mengatupkan
kedua sayapnya di udara, terbang melayang-layang dengan mudah dan melakukan
gerakan-gerakan yang kadang-kadang tampak oleh orang yang memandang sebagai
atraksi yang indah dengan berputar-putar dan turun naik (Qutb, 2004).
Renungkanlah
pemandangan ini dan ikutilah setiap jenis burung dengan gerakan-gerakannya yang
khusus sesuai dengan jenisnya, yang tidak membosankan mata memandang dan tidak
menjenuhkan hati merenung. Ini adalh suatu kesenangan yang menebar ketika
memikirkan dan merenungkan ciptaan Allah Sang Maha Pencipta, yang di dalamnya
terkumpul kesempurnaan dan keindahan (Qutb, 2004).
Oleh
karena itu, dalam makalah ini akan dibahas sedikit mengenai Aves, yakni
terfokus pada aspek fertilisasi aves secara fisiologis dan hormonal.
1.2 Rumusan Masalah
1.
Apa saja organ reproduksi pada aves betina?
2.
Apa saja organ reproduksi pada aves jantan?
3.
Apa saja hormone yang berperan dalam sistem reproduksi
aves?
4.
Bagaimana proses pembentukan telur pada aves?
1.3 Tujuan
1.
Untuk mengetahui dan memahami organ reproduksi pada
aves betina.
2.
Untuk mengetahui dan memahami organ reproduksi pada
aves jantan.
3.
Untuk mengetahui dan memahami hormon-hormon yang
berperan dalam sistem reproduksi aves.
4.
Untuk mengetahui dan memahami proses pembentukan
telur.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sistem Reproduksi Aves
Betina
Anatomi
alat reproduksi ayam betina terdiri atas dua bagian utama, yakni ovarium dan
oviduk. Ovarium adalah tempat sisntesis hormon steroid seksual, gametogenesis
dan perkembangan serta pemasakan kuning telur (folikel). Oviduk adalah tempat
menerima kuning telur masak, sekresi putih telur dan pembentukan kerabang
kuning telur (Yuwanta, 2004).
Organ reproduksi ayam betina terdiri
atas indung telur (ovarium) dan saluran
telur (oviduk). Ovarium ayam terletak pada rongga badan sebelah kiri. Pada saat
perkembangan embrionik ovarium dan oviduk sebelah kiri mengalami perkembangan
sempurna sedangkan ovarium dan oviduk sebelah kanan mengalami degenerasi
menjadi rudimen (Hartanto, 2010).
Pada hewan
betina terdapat sepasang ovary, hanya yang dextrum mengalami atrophis (mengecil
dan tidak bekerja lagi). Dari ovary menjulur oviduct panjang berkelok-kelok,
berlubang pada bagian cranial dengan suatu bentuk corong. Lubang oviduct itu
disebut ostium abdominalis (Jasin, 1984).
1.
Ovarium
Ovarium
pada unggas dinamakan folikel. Bentuk ovarium seperti buah anggur dan terletak
pada rongga perut berdekatan dengan ginjal kiri dan bergantung pada ligamentum
meso-ovarium. Besar ovarium pada saat ayam menetas 0.3 g kemudian mencapai
panjang 1.5 cm pada ayam betina umur 12 minggu dan mempunyai berat 60 g pada
tiga minggu sebelum dewasa kelamin (Yuwanta, 2004).
Ovarium ayam betina
biasanya terdiri dari 5-6 folikel yang sedang berkembang, berwarna kuning besar
(yolk) dan sejumlah besar folikel putih kecil yang menunjukkan sebagai kuning
telur yang belum dewasa
(Suprijatna, 2005).
Ayam yang belum dewasa memiliki ovarium
dan oviduk kecil yang belum berkembang
sempurna. Pertumbuahan kelenjar telur dirangsang oleh Follicle Stimulating Hormon (FSH) yang
dihasilkan oleh kelenjar pituitari anterior.
Hormon
ini menyebabkan ovarium berkembang dan folikel mengalami pertumbuhan. Produksi FSH secara normal
dirangsang oleh peningkatan
periode pencahayaan. Secara alami, peningkatan FSH disebabkan oleh pertambahan periode siang hari
pada musim semi (Hartanto,
2010).
Ovarium
ayam dewasa menskresikan hormon estrogen dan progesteron. Hormon estrogen
menyebabkan terjadinya 1) perkembangan
oviduk; 2) peningkatan kadar kalsium darah, protein, lemak, vitamin dan bahan-bahan lain yang
diperlukan dalam proses pembentukan telur;
3)
merangsang peregangan tulang pulbis untuk mempersiapkan ayam betina dalam proses bertelur (Suprijatna, 2005).
Hormon
progesteron berfungsi sebagai releasing factor di hipotalamus yang menyebabkan pembesaran
Luteinizing hormon (LH) dari pituitari anterior. LH
berfungsi merangsang sel-sel granulosa dan sel-sel techa pada folikel yang masak untuk memproduksi estrogen.
Kadar estrogen yang tinggi menyebabkan produksi LH semakin tinggi. Tingginya
kadar LH menyebabkan terjadinya proses ovulasi pada folikel yang masak. Ovarium pada ayam dibagi dalam dua
bagian, yaitu cortex pada bagian
luar
dan medulla pada bagian dalam. Cortex mengandung folikel yang
sedang tumbuh. Jumlah sel telur dapat mencapai 12.000 buah. Ovarium ayam
biasanya terdiri dari 5-6 folikel yang sedang tumbuh, berwarna kuning(yolk)
dan sejumlah besar folikel putih kecil yang menunjukkan sebagai folikel yolk
yang belum masak (Partodihardjo, 1992).
Gambar 2.1 Bagan sistem reproduksi ayam betina
(Hartanto, 2010).
2.
Oviduk
Oviduk
merupakan saluran tempat disekresikan albumen, membran kerabang dan pembentukan kerabang.
Oviduk memiliki sistem penyediaan darah
yang
baik dan memiliki dinding-dinding otot yang hampir selalu bergerak selama proses pembentukan telur. Oviduk
pada ayam yang belum dewasa berukuran kecil
dan
meningkat saat memasuki periode produktif. Ukuran oviduk mengalami perubahan sejalan dengan aktivitas
reproduksi (Suprijatna,
2005).
Oviduk
pada ayam identik dengan rahim atau uterus pada mamalia. Rahim pada mamalia merupakan tempat
perkembangan embrio sedangkan oviduk pada
ayam
merupakan tempat pembentukan telur. Oviduk juga berfungsi tempat penyimpanan sperma sementara (Hartanto, 2010).
Dinding
oviduct selanjutnya tersusun aatas musculus dan epithelium yang bersifat
glandulair, yang member sekresi yang kelak membungkus telur, yakni albumen
sebagai putih telur, membrane tipis di sebelah luar albumen dan cangkok yang
berbahan zat kapur yang dibuat oleh kelenjar disebelah caudal. Uterus yang
sebenarnya belum ada (Jasin, 1984).
Ukuran oviduk bervariasi tergantung pada
tingkat daur reproduksi setiap spesies
unggas. Perubahan ukuran dipengaruhi oleh tingkat hormon gonadotropin yang disekresikan oleh pituitari anterior
serta produksi hormon estrogen dari
ovarium. Oviduk pada ayam dibagi dalam 5
bagian yaitu infundibulum,
magnum, isthmus, uterus dan vagina (Hartanto, 2010).
1.
Infundibulum atau Papilon
Infundibulum terdiri atas corong atau
fibria dengan panjang ± 9 cm yang
berfungsi
menerima folikel yolk yang telah diovulasikan. Bagian kalasiferous merupakan tempat terbentuknya
kalaza. Dalam keadaan normal infundibulum
tidak
aktif, dan aktif ketika folikel yolk diovulasikan (Suprijatna, 2005).
Panjang infundibulum adalah 9 cm dan fungsi utama
infundibulum hanya menangkap ovum yang masak. Bagian ini sangat tipis dan
mensekresikan sumber protein yang mengelilingi membrane vitelina. Kuning telur
berada pada bagian ini berkisar 15-30 menit. Perbatasan antara infundibulum dan
magnum dinamakan sarang spermatozoa yang merupakan terminal akhir dari lalu lintas spermatozoa
sebelum terjadi pembuahan (Yuwanta, 2004).
2. Magnum
Magnum
merupakan bagian yang terpanjang dari oviduk (33 cm). magnum tersusun dari
galndula tubuler yang sangat sensible. Sintesis dan sekresi putih telur terjadi
di sini. Mukosa dari magnum tersusun dari sel gobelet. Sel gobelet
mensekresikan putih telur kental dan cair. Kuning telur berada di magnum untuk
dibungkus dengan putih telur selama 3.5 jam ( Yuwanta, 2004).
3. Isthmus
Isthmus mensekresikan membran atau selaput telur.
Panjang saluran isthmus adalah 10 cm dan telur berada di sini sekitar 1 jam 15
menit sampai 1,5 jam. Isthmus bagian depan yang berdekatan dengan magnum
berwarna putih, sedangkan 4 cm terakhir dari isthmus mengandung banyak pembuluh
darah sehingga memberikan warna merah (Yuwanta, 2004).
Isthmus merupakan bagian oviduk dengan
panjang ± 10 cm yang tersusun atas
kelenjar dengan jumlah sedikit. Isthmus berfungsi mensekresikan selaput telur atau membran kerabang (Hartanto, 2010).
4. Uterus
Uterus
disebut juga glandula kerabang telur, panjangnya 10 cm. pada bagian ini terjadi
dua fenomena, yaitu hidratasi putih telur atau plumping, kemudian terbentuk
kerabang telur. Warna
kerabang telur yang terdiri atas sel phorphirin akan terbentuk di bagian ini
pada akhir meineralisasi kerabang telur. Lama mineralisasi antara 20-21 jam
(Yuwanta, 2004).
5. Vagina
Panjang vagina pada ayam ± 7 cm. Vagina
merupakan bagian akhir dari saluran
oviduk yang bermuara pada kloaka. Vagina merupakan tempat telur ditahan untuk sementara dan
dikeluarkan apabila sudah sempurna. Perjalanan folikel yolk pada saluran reproduksi dalam proses pembentukan telur disajikan pada
tabel berikut (Suprijatna,
2005):
Tabel
2.1
Perkiraan panjang bagian oviduk dan waktu pembentukan telur (Suprijatna, 2005)
Bagian oviduk
|
Perkiraan
panjang (cm)
|
Perjalanan
yolk (jam)
|
Infundibulum
|
±
11,0
|
0,25
|
Magnum
|
±
33,6
|
3,0
|
Isthmus
|
±
10,6
|
1,25
|
Uterus
|
±
10,1
|
20,75
|
Vagina
|
±
6,9
|
-
|
Pada vagina hampir tidak terdapat sekresi di dalam
pembentukan telur, kecuali pembentukan kutikula. Telur melewati vagina dengan
capat, yaitu sekitar tiga menit, kemudian dikeluarkan (oviposition) dan 30
menit setelah peneluran akan kembali terjadi ovulasi (Yuwanta, 2004).
6.
Kloaka
Kloaka merupakan bagian ujung luar dari oviduk tempat
dikeluarkannya telur. Total wajtu yang diperlukan dalam pembentukan sebutir
telur adalah 25-26 jam. Inilah mengapa seekor ayam tidak mampu bertelur lebih
dari sebutir per harinya. Di samping itu, saluran reproduksi ayam betina
bersifat tunggal. Artinya, hanya oviduk bagian kiri yang mampu berkembang.
Padahal, ketika ada benda asing seperti yolk dan gumpalan darah, ovulasi tidak
dapat terjadi. Proses pengeluaran telur ini diatur oleh hormone oksitosin dari
pituitarian bagian belakang (pituitaria pors posterior). Secara garis besar,
mekanisme pembentukan telur dapat dilihat pada table berikut (Yuwanta, 2004):
2.2 Sistem
Reproduksi Aves Jantan
Sistem reproduksi ayam jantan terdiri
dari dua testis yang terletak pada dorsal area rongga tubuh, dekat bagian akhir
anterior ginjal. Testis tidak pernah turun ke dalam skrotum eksternal seperti
pada mamalia. Bentuknya elipsoid dan berwarna kuning terang, sering pula
berwarna kemerahan jkarena banyaknya cabang-cabang pembuluh darah pada
permukaannya (Suprijatna,
2005).
Pada hewan jantan terdapat sepasang testis yang bulat,
berwarna putih, melekat di sebelah anterior dari ren dengan satu alat
penggantung. Testis sebalah kanan lebih kecil dari pada bagian kiri. Dari
masing-masing testis terjulur saluran vas deferensia sejajar dengan ureter yang
berasal dari ren. Di dalam kloaka pada beberapa spesies memiliki penis sebagai
alat untuk menuangkan sperma ke kloaka hewan betina (Jasin, 1984).
1.
Testis
Testis ayam jantan terletak di rongga badan dekat
tulang belakang, melekat pada bagian dorsal dari rongga abdomen dan dibatasi
oleh ligamentum mesotchium, berdekatan dengan aorta dan vena cava, atau di
belakang paru-paru bagian depan dari ginjal. Meskipun dekat dengan rongga
udara, temperature testis selalu 41-43 Ckarena spermatogenesis (pembuatan
sperma) akan terjadi pada temperature tersebut (Yuwanta, 2004).
Testis ayam berbentuk biji buah buncis dengan warna
putih krem. Testis terbungkus oleh dua lapisan tipis transparan, lapisan
albughin yang lunak. Bagian dalam testis terdiri atas tubuli seminiferi (85-95%
dari volume testis), yang merupakan tempat terjadinya spermatogenesis, dan
jaringan inertitial yang terdiri atas sel glanduler (sel leydig) tempet
disekresikannya hormone steroid, androgen, dan testosterone. Besarnya testis
bergantung pada umur, strain, musim dan pakan
(Yuwanta, 2004).
Testis terdiri
dari sejumlah besar saluran kecil yang bergulung-gulung dan dari
lapisan-lapisannya dihasilkan sperma. Saluran tubulus seminiferus akhirnya
menuju ke ductus deferent, yaitu
sebuah saluran yang berfungs mengalirkan sperma keluar dari tubuh.
Masing-masing ductus deferent bermuara ke dalam sebuah papila kecil yang
bersama berperan sebagai organ intromittent.
Papila terletak di dinding dorsal kloaka (Suprijatna, 2005).
2.
Saluran deferens
Saluran degerens dibagi menjadi dua bagian, yaitu
bagian atas yang merupakan muara sperma dari testis, serta bagian bawah yang
merupakan perpanjungan dari saluran epididimis dan dinamakan saluran deferens.
Saluran deferens ini akhirnya bermuara di kloaka pada daerah proktodeum yang
bersebelahan dengan urodeum dan koprodeum. Di dalam saluran deferens, sperma
mengalami pemasakan dan penyimpanan sebelum diejakulasikan. Pemasakan dan
penyimpanan sperma terjadi pada 65% bagiandistal saluran deferens (Yuwanta, 2004).
3.
Vesikula seminalis
Pada sebagian aves memiliki vesicula seminalis yang
merupakan gelembung kecil bersifat kelenjar sebagai tempat menampung sementara
sperma sebelum dituangkan melalui papil yang terletak pada kloaka
4.
Alat kopulasi
Alat kopulasi pada ayam berupa papilla (penis) yang
mengalami rudimenter, kecuali pada itik berbentuk spiral yang panjangnya 12-18
cm. pada papilla ini juga diproduksi cairan transparan yang bercampur dengan
sperma saat terjadinya kopulasi (Yuwanta, 2004).
Mekanisme spermatogenesis
Spermatogenesis
adalah pembentukan sel sperma yang terjadi di epithelium (tubuli ) seminiferi
di bawah control hormone gonadotropin dari hipofisis (pituitaria bagian depan).
Tubuli seminiferi ini terdiri atas sel sertoli dan sel germinalis.
Spermatogenesis terjadi dalam tiga fase, yaitu fase spermatogenial, fase
meiosis dan fase spermiogenesis yang membutuhkan waktu 13-14 hari (Yuwanta,
2004).
Spermatozoa
menunjukkan bagian ujung kepala jyang panjang diikuti oleh satu ekor yan
gpanjang. pH semen sekitar 7,0-7,4. Volume ejakulasi selama satu kali
perkawinan mencapai 1,0 ml pada permulaan hari itu dan berkurang sedikit dari
1,0 ml setelah beberapa kali perkawinan (Suprijatna, 2005).
2.3 Hormon Reproduksi Aves
Hormon
yang mempengaruhi proses reproduksi pada ayam betina terutama dipengaruhi oleh hormon
yang dihasilkan dari kelenjar pituitari dan
ovarium.
Kelenjar pituitari dibagi dalam dua lobus yaitu pituitari anterior (adenohipofisa) dan
pituitari posterior (neurohipofisa). Pituitari anterior menghasilkan hormon reproduksi
meliputi 1) Follicle Stimulating Hormon (FSH), 2)
Luteinizing hormon (LH), 3) Luteotropic hormon (prolaktin/LTH) dan hormon metabolisme meliputi 1) Growth hormon (GH), 2)
Adrenocorticitropin (ACTH), 3)
Tyrotropin (TSH), 4) Melatonin (MSH). Pituitari posterior menghasilkan hormon oxytocin dan vasopressin.
Ovarium menghasilkan hormon estrogen,
progesteron
dan androgen (Yuwanta,
2004).
Follicle
Stimulating Hormon (FSH) adalah hormon gonadotropin yang menunjang aktivitas gonad
(Partodiharjo, 1992). Fungsi hormon FSH adalah menstimulasi
pertumbuhan folikel ovarium dan mengaktifkan kerja ovarium untuk mempersiapkan ayam betina
bereproduksi (Jull, 1951). Hormon FSH
mempunyai
berat molekul antara 30.000-67.000 Dalton. FSH memiliki sifat larut dalam air dan molekul cukup stabil
pada pH 4-11. Titik isoelektrik FSH pada pH 4,8. Pada umumnya FSH mengandung
fruktosa, heksosa, heksosamin, dan asam sialat. Asam sialat berperan penting
untuk fungsi biologi FSH, jika asam sialat
dihancurkan
atau lepas dari rangkaian asam amino maka FSH kehilangan daya kerja (Partodiharjo, 1992).
Luteinizing
hormon (LH) adalah hormon gonadotropin yang perperan dalam proses ovulasi folikel yolk
yang telah masak. Hormon LH merobek
membran
vetilen folikel pada bagian stigma sehingga ovum bisa diovulasikan dari ovarium (Suprijatna, 2005).
Hormon
LH memilki berat molekul
sekitar 32.000 Dalton dengan jumlah asam amino kurang lebih 216.Molekul LH
terdiri atas 2 sub unit yaitu sub unit alfa dengan jumlah asam amino sedikit (96 buah) dan sub unit beta
mempunyai asam amino banyak (120 buah).
Hormon
LH mengandung sedikit asam sialat (Partodiharjo, 1992).
Luteotropic
hormon (prolaktin/LTH) adalah hormon yang dihasilkan dari pituitari anterior yang berpengaruh
negatif terhadap kerja hormon gonadotropin.
Hormon
prolaktin menyebabkan sifat mengeram dan berhentinya produksi telur (Suprijatna, 2005).
Hormon
prolaktin pada ayam
secara alami disekresi pada akhir periode bertelur. Mekanisme terjadinya mengeram
diawali dari hasil akhir aktivitas hormon
endokrin yang merupakan mediator
untuk sekresi vasoactive intestinal polypeptide (VIP)
yang merupaka 28 asam amino neuropeptide. VIP dihasilkan dari bagian utama hipotalamus yang mengaktifkan
sekresi prolaktin dari pituitari anterior.
Hormon
prolaktin mempertahankan kebiasaan mengeram dengan adanya aksi gen reseptor prolaktin (Hartanto, 2010). Hormon prolaktin pada
merpati menyebabkan sekresi
susu tembolok (Yuwanta, 2004). Hormon prolaktin terdiri dari 198 asam amino yang memilki berat
molekul sekitar 23.300 Dalton dengan titik
isoeletrik
pada pH 5,7 (Partodiharjo, 1992).
Hormon
oxytocin adalah hormon yang disekresi dari pituitari posterior.Hormon oxytocin
perperan terhadap proses peneluran (ovoposition) yaitu menstimulasi kontraksi oviduk untuk
menggerakkan telur keluar dari oviduk
(Suprijatna, 2005). Injeksi hormon oxytocin secara intravena mampu
menpercepat proses peneluran dan
menstimulasi
ayam untuk bertelur.
Hormon
estrogen adalah hormon steroid yang dihasilkan ovarium, tersusun atas 18 atom karbon dengan
inti steroid cyclopentano perhydro
phenanthren
(Partodiharjo, 1992). Hormon estrogen berperan dalam proses pertumbuhan dan perkembangan
folikel serta menstimulasi pelepasan LH (Hartanto, 2010). Fungsi hormon
estrogen yang lain meliputi 1) mempengaruhi perkembangan karakter seksual
sekunder betina, 2) mempengaruhi pigmentasi bulu spesifik bagi ayam betina, 3)
mempengaruhi perkembangan oviduk untuk persiapan bertelur, 4) mempengaruhi
perkembangan tulang pulbis dan kloaka sehingga mempermudah proses bertelur, 5)
meningkatkan metabolisme kalsium untuk pembentukan kerabang telur, 6)
meningkatkan metabolisme lemak untuk pertumbuhan yolk, 7) mempengaruhi
tingkah laku kawin dan mengeram (Yuwanta, 2004).
Hormon
progesteron dihasilkan dari epiteliun supervisial ovum. Hormon progesteron berfungsi menstimulasi
hipotalamus untuk mengaktifkan factor releasing hormone agar
memacu sekresi LH dari pituitari anterior. Fungi yang lain yaitu bersama androgen
mengatur perkembangan oviduk untuk sekresi
albumen
dari magnum (Yuwanta, 2004). Pemberian progesteron dengan dosis tinggi akan
mengakibatkan folikel atresia, ovulasi
terhambat dan insting keibuan.
Progesteron, yang
bekerja terhadap hormon releasing factor pada hipothalamus, menyebabkan
terlepasnya luteinizing jhormone(LH) dari pituitari anterior yang selanjutnya
menyebabkan terlepasnya sebuah yolk yang telah masak dari ovarium. Progesteron
juga penting untuk menjalankan fungsi oviduk. Ketika yolk turun melalui oviduk,
bahan-bahan telur lainnya dibentuk di sini. Pengeluaran telur dari oviduk
kemungkinan juga dipengaruhi oleh kontrol hormonal. Injeksi ikstrak pituitari
posterior akan menyebabkan pengeluaran sebuah telur dari juterus. Namun,
penghilangan pituitari posterior tidak menghilangkan kemampuan pengeluaran
telur (oviposisi)
(Suprijatna, 2005).
Hormon
androgen pada ayam betina berperan dalam pertumbuhan jengger, sifat bertarung dan membantu
sekresi albumen dari magnum (hartanto,
2010). Sekresi hormon-hormon pada ayam dipengaruhi
oleh cahaya. Cahaya berhubungan dengan waktu biologi (circadian clock)
yang diatur oleh kelenjar pineal dalam mensekresikan melatonin yang mampu
mengatur aktivitas harian ayam. Kelenjar
pineal
menghasilkan hormon melatonin yang disekresikan pada malam hari sehingga tidak ada aktivitas pada
malam hari. Hormon melatonin berperan dalam
mengatur
ritme harian dan fungsi fisiologis bagian-bagian lain (Yuwanta, 2004).
Cahaya alami dan buatan menyebabkan proses peneluran
terjadi lebih awal. Hasil produksi optimal pada ayam
dapat dicapai dengan pencahayaan secara kontinyu selama 12-14 jam. Cahaya berwarna merah dan orange
mempunyai pengaruh stimulasi yang lebih
kuat
terhadap hipofisis dan gonad. Gambaran mekanisme kerja hormon dan organ target pada ayam betina disajikan
pada gambar 2.4 (Hartanto,
2010).
Gambar
2.2
Bagan mekanisme kerja homon reproduksi pada ayam betina (Hartanto, 2010).
2.4 Pembentukan
Telur
Telur ayam
terdiri dari sebuah sel reproduktif seperti pada mamalia. Pada ayam, sel
tersebut dikelilingi oleh kuning telur (yolk), albumen, membran kerabang, kerabang,
dan kutiula. Ovarium bertanggung jawab terhadap pembentukan kuning telur,
sedangkan bagian telur lainnya berasal dari oviduk (Suprijatna, 2005).
A.
Ovarium
1.
Pembentukan
kuning telur (yolk)
Kuning
telur (yolk) bukan sel reproduktif sejati, tetapi merupakan sumber bahan
pakan bagi sel kecil (balstoderm) dan selanjutnya digunakan oleh embrio untuk
menunjang pertumbuhannya (Suprijatna, 2005).
Apabila
ayam dara mencapai dewasa kelamin, ovarium dan oviduk mengalami
perubahan-perubahan sekitar 11 hari sebelum ayam dara bertelur pertama, yaitu
jkelenjar pituitari anterior memprosuksi folicle stimulating hormon (FSH).
Akibatnya, ukuran folikel ovarium bertambah. Ovarium yang aktif mulai
mengasilkan hormon estrogen, progesteron, dan testosteron (sex steroid).
Tingkat estrogen plasma darah yang tinggi memulai perkembangna tulang medulair,
merangsang protein yolk, dan pembetnukkan lemak oleh hait. Jsementara ukuran
joviduk bertambah besar sehingga memungkinkan memproduksi protein albume,
membran kerabang, kalsium karbonat kerabang, dan kutikula (Suprijatna, 2005).
Yolk
pertama menjadi dewasa karena sebagian besar bahan yolk yang diproduksi di hati
dialirkan oleh darah langsung ke yolk. Satu atau dua hari kemudian, yolk kedua
mulai berkembang, dan seterusnya, sampai pada saat telur pertama dikeluarkan
sekitar 5-10 yolk sedang dalam proses perkembangan. Setiap yolk menjadi dewasa
membutuhkan waktu 10-11 hari. Pada awalnya, penimbunan bahan yolk sangat lambat
dan warnanya terang. Akhirnya, ovum mencapai diameter 6 mm pada saat
pertumbuhannya mencapai tingkat yang terbesar dan diameter bertambah sekitar 4
mm setipa hari. Selam periode yang singkat, sekitar 7 hari sebelum ovulasi
95-99 %, material yolk jditambahkan
(Suprijatna, 2005).
Bahan
pewarna yolk adalah xanthophyl, suatu pigmen karoten dari pakan yang dimakan
ayam. Pigmen tersebut ditransfer ke dalam aliran darah dan yolk. Akibatnya,
pigmen lebih banyak ditimbun di dalam yolk selama ayam makan daripada selama
waktu gelap bila ayam tidak makan. Hal ini mengakibatkan timbulnya lapisan
terang dan gelap pada bahan yolk, tergantung pada pigmen yang tersedia dalam
pakan. Sekitar 7-11 lingkaran atau lapisan dibentuk oleh setipa butir yolk.
Pembentukan yolk agak seragam. Total ketebalan keduanya, bagian gelap maupun
terang, selama penimbunan 24 jam adalah sekitar 1,5-2,0 mm (Suprijatna, 2005).
Yolk
tersusun atas lemak (lipida) dan protein yang bergabung membentuk lipoprotein.
Sepertiga bagian gabungan tersebut adalah fraksi yang rendah densitasnya (low
density fraction, LDF)
dan diketahui disintesis oleh hati melalui kerja estrogen. Pada ayam betina
yang sedang produksi LDF tidak tampak pada plasma darah sebagai partikel utuh
untuk penimbunan secara langsung pada folikel ovarium yang sedang berkembang
(Suprijatna, 2005).
Bahan
yolk diletakkan berdekatan dengan
germinal disk yang selanjutnya diletakkan pada permukaan masa yolk yang
globular. Ketika telur dikeluarkan telur berputar sehingga germinal disk naik
kepermukaan (Suprijatna, 2005).
Proses
pertumbuhan folikel yolk dan lipogenesis terbagi dalam tiga fase yaitu fase lambat, menengah dan
cepat. Fase pertumbuhan lambat terjadi pada
anak
ayam ketika menetas, ovum sudah terbentuk dengan diameter 0,5 mm. Ovum mengandung protein granula
atau cairan perivitelin yang terbungkus oleh
epithelium
follicular, kemudian berkembang sesuai dengan
pertumbuhan ayam hingga
mencapai 1 mm pada umur 6 minggu. Pada saat ayam mencapai dewasa kelamin, ovum
sudah berbentuk folikel yang merupakan akumulsi dari lipida dan protein
berkembang menjadi folikel yolk (Yuwanta, 2004).
Gambar
2.2
Morfologi folikel yolk pada ayam (Hartanto, 2010)
Fase
pertumbuhan menengah terjadi proses seleksi ovum ukuran 1-3 mm yang berlangsung selama 50 hari,
kemudian dilanjutkan selama 10 hari untuk
mendapatkan
ukuran ovum kira-kira 35mm. Pada fase perkembangan cepat terjadi proses deposisi lemak dan protein.
Fase menengah dan cepat menyebabkan
terbentuknya
latebra yang berfungsi sebagai pengatur keseimbangan kuning telur selama proses pembentukan telur
(Yuwanta, 2004). Perbandingan ketiga fase
tersebut
disajikan pada tabel 2.2.
Ovum
dalam pertumbuhannya dibungkus oleh membran tipis disebut membran vitelin. Bagian luar
dibungkus jaringan ikat yang disebut folikel yang yang
terikat dengan ovarium dengan perantara folikel stalk. Folikel mempunyai banyak vaskularisasi yang berfungsi
untuk mentransfer sari-sari makanan guna
menunjang
pertumbuhan ovum (Hartanto,
2010).
Tabel 2.4 Fase
pertumbuhan folikel (Yuwanta, 2004)
Keterangan
|
Fase
pertumbuhan
|
||
Lambat
|
Medium
|
Cepat
|
|
Lama
(bulan)
|
4-5
|
2
|
0,5
|
Diameter
(mm)
|
<1
|
2-8
|
8-40
|
Berat
(g)
|
0,001
|
0,01-0,3
|
20
|
Jumlah
ovum
|
>1000
|
6-40
|
5-8
|
Warna
disekresikan
|
Putih
|
Kuning
pucat
|
Kuning
|
Disekresikan
|
Protein
|
Protein
|
Protein
dan lemak
|
Folikel
dikelilingi oleh pembuluh darah, kecuali pada bagian stigma. Melalui pembuluh darah ovarium
mendapat suplai makanan dari aorta dorsalis. Material kimiawi yang diangkut
melalui sistem vaskularisasi ke dalam ovarium melalui
beberapa lapisan yaitu theca layer, lamina basalis dan perivitellin.
Theca layer
merupakan
lapisan terluar yang bersifat permiabel sehingga cairan plasma dapat menembus ke jaringan. Lapisan
kedua berupa lamina basalis yang berfungsi sebagai
filter untuk menyaring komponen cairan plasma yang lebih besar. Lapisan ketiga yaitu perivitellin yang
berupa material protein (Yuwanta, 2004). Secara anatomi
struktur folikel yolk disajikan pada gambar 2.3.
Oosit
di dalam membran plasma berikatan dengan sejumlah reseptor yangakan membentuk endocitic
sehingga terbentuk material penyusun kuning telur. Sebagian besar penyusun kuning
telur adalah material glandular berupa high density lipoprotein (HDL)
dan lipovitelin. Senyawa ini dengan ion kuat dan pH tinggi akan membentuk kompleks
fosfoprotein, fosvitin, ion kalsium, dan ion besi. Senyawa-senyawa ini membentuk vitelogenin
yang merupakan prekusor protein
yang
disintesis di dalam hati sebagai respon terhadap estradiol (Yuwanta, 2004).
Gambar 2.3 Bagan penampang melintang folikel yolk
(Yuwanta,
2004)
2. Ovulasi
Saat ova dewasa
akan dilepaskan dari ovarium masuk ke dalam oviduk dengan suatu proses yang
dikenal sebagai ovulasi. Setiap ovum menggantung pada ovarium dengan sebuah
tangkai kecil yang terdiri dari arteri yang memasok darah pada yolk yang sedang
berkembang. Arteri mempunyai banyak cabang-cabang pada permukaan membrane yolk.
Sementara folikel kelihatan sangat vascular, kecuali pada stigma sebuah pita
kecil yang mengelilingi yolk hampir tanpa pembuluh darah (Suprijatna, 2005).
Apabila ovum dewasa
hormone progesterone dihasilkan oleh ovarium, memacuk hipotalamus untuk
melepaskan Luteinising Hormone (LH) dari pituitary anterior. Hal ini
mengakibatkan folikel yang telah dewasa pecah pada lokasi stigma untuk
melepaskan ovum dari ovarium. Selanjutnya yolk dikelilingi oleh membrane
viteline (membrane yolk) (Suprijatna,
2005).
a. Ovulasi
pertama
Dewasa kelamin di tandai dengan ovulasi
pertama, tetapi dapat di percepat atau di perlambat. Pembatasan pakan atau
pembatasan pemberian cahaya selam periode pertumbuhan
dara adalah dua prosedur utama yang digunakan, tetapi masih ada cara lain (Suprijatna, 2005).
Sejauh ini,
tidak diketahui apa yang mengatur waktu ayam pertama kali ovulasi. Namun, sistem saraf dan sekresi hormonal
adalah yang utama. Ovulasi kedua diatur dengan kelurnya telur pertama sekitar
15-40 menit setelah telur pertama keluar dari vent. Ovulasi selanjutnya
berlangsung dengan waktu yang sama setwlah telur sebelumnya keluar (Suprijatna, 2005).
b. Telur
yang dihasilkan pada waktu clutch
Lamanya clutch bervariasi dari 2 sampai lebih dari
100 hari sebelum suatu hari tidk bertelur. Jumlah telur per clutch berkisar 3-8
butir, setelah itu ayam tidak bertelur lagi. Lamanya clutch sangat konsisten
bagi individual. Ayam petelur yang buruk memiliki clutch yang pendek, sedangkan
ayam petelur yang baik memiliki waktu clutch yang panjang. Apabila clutch
panjang dicapai oleh ayam bertelur selang sehari (skip a day) atau lebih,
ovulasi dan menghasilkan clutch yang lain. Ayam petelur yang jelek memiliki
waktu istirahat yang lama antarclucth daripada ayam petelur yang Ayam bertelur
pada hari yang berurutan disebut clutch. Setelah itu, satu hari atau baik (Suprijatna, 2005).
c. Waktu
yang diperlukan untuk produksi sebutir telur
Waktu yang diperlukan bagi sebutir telur keluar dari
oviduk bervariasi antarindividu. Sebgianbesar, ayam betina bertelur berurutan
dengan interval waktu 23-26 jam, apabila wktunya lebih lama dari 24 jam, setiap
telur berikutnya akan ditelurkan lebih lambat pada hari tersebut. Akibatnya,
ovulasi yolk untuk telur berikutnya akan lebih lambat. Akhirnya, telur yang
dikeluarkan terlalu lambat sehingga telur tidak keluar pada hari tersebut (skipped)
(Suprijatna, 2005).
d. Siklus
ovulasi
Siklus ovulasi di definisikan sebagai interval waktu
antara ovulasi yang berurutan ayam betina dengan clutch yang panjang
memproduksi telur pertama pada awal pagi, antara 1-2 jam setelah matahari
terbit atau cahay artificial fihidupkan. Ovulasi yolk berikutnya cept, yaitu
setelah telur keluar pada hari brikutnya dengan sedikit terlambat. Ayam betina
dengnclutch yang pendek memproduksi telur pertamanya lebih lambat pada siang hari.
Ovulasi yolk berikutnya terjadi lebih lambat dan waktu keterlambatannya
menjaadi lebih besar. Sebagian ovulasi terjadi selama pagi haeri. Ovulasi pada
sore hari tidak alami. Apabila telur berikutnya tidak keluar sampai sore hari,
ovulasi berikutnya biasanya melompat (skipped) (Suprijatna, 2005).
e. Produksi
telur pada saat awal produksi
Selama minggu pertama periode bertelur, ovulasi
sangat tidak teratur karena mekanisme hormonal ayamtidak seimbang. Seringkali
produksi telur hanya 2-4 butir. Namun, pada minggu ke-2 atau ke-3, kecepatan
ovulasi meningkat sampai puncak produksi, kemudian menurun perlahan setiap
minggu sepanjang sisa siklus bertelur
(Suprijatna, 2005).
f. Cahaya
dan ovulasi
Cahaya alami atau artificial merangsang kelenjar
pituitary dan memaksanya untuk mensekresikan hormone FSH yang meningkat
jumlahnya sehingga mengaktifkan ovarium. Lama dan intensitas cahay adalah
penting. Prosedur untuk pengawasan penerangan suatu flock ayam petelur sangat
rumit (Suprijatna, 2005).
g. Bersarang
sebagai suatu indikasi ovulasi
Umumnya, ayam betina mencari sarang 24 jam setelah
ovulasi. Beberapa ilmuwan mengembangkan teori bersarang sebagai indikasi yang
baik bagi ovulasi daripada bertelur itu sendiri. Telur yang telh terbentuk
sempurna pada kloaka bukan merupakan suatu kegiatan apa-apa bagi induk untuk
berusaha mencari sarang daripada rangsangan pada atau dekat waktu ovulasi.
Beberapa induk ovulasi, tetapi ovanya tidak mencapai oviduk, kemudian induk
akan mencari sarang sehari kemdian
(Suprijatna, 2005).
h. Ovulasi
ganda
Secara normal, hanya satu yolk diovulasika setiap
hari. Namun, kemungkinan dua butir dilepaskan dan pada kejadian langka mungkin
tiga butir. Apabila dua ova diovulasikan pada waktu bersamaan, hanya satu yang
akan masuk oviduk. Namun, bila keduanya ditangkap secara simultan, akan terjadi
telur dengan yolk ganda. Sekitar dua pertiga telur dengan yolk ganda merupakan
akibat ovulasi dalam selang waktu tiga jam masing-masing. Apabila terjadi
perbedaan waktu yang sangat besar, dua butir telur akan diproduksi pada hari
yang sama, tetapi biasanya telur kedua berkerabang lunak (Suprijatna, 2005).
Telur dengan yolk ganda biasanya terjadi pada awal
periode produksi telur karena ovarium sangat aktif. Kasus tersebut sering
terjadi pad strain tipe pedaging daripada strain tipe petelur. Penyebab lainnya
karena reaksi genetis. Beberapa ayam menghasilkan persentasi telur yolk ganda
yang tinggi daripada lainnya. Ayam dara yang memasuki periode produksi pada
musim panas dan semi menghasilkn sejumlah besar telur yolk gand daripada ayam
dara yang memasuki periode produksi pada musim gugur dan dingin (Suprijatna, 2005).
3. Kerabang
telur cacat
Apabila interval normal, sekitar 23-26 jam antara
ovulasi dipecah lebih banyak telur yang dihasilkan dengan kerabang yang cacat, termasuk tekstur yang kasar,
white bands, dan calcium splashing chalky white deposits. Kejadian tersebut
lebih banyak terjadi pada ayam tipe pedaging dari pada tipe petelur. Dari 5-7%
telur yang diproduksi oleh induk tipe petelur dapat mengalami kerabang yan gcacat.
Dengan mengabaikan tipe ayan, leibh bany telur dengan kerabang cacat bila ayam
dipelihara pada sangkar daripada dipelihar pada lantai litter (Suprijatna, 2005).
4. Besar
yolk mempengaruhi besar telur
Besar telur yang telah lengkap lebih erat
berhubungan dengan besar yolk daripad dengan faktor lain, meskipun variasi
sekresi albumen pada oviduk juga mempunyai pengaruh. Hubungan yolk-albumen
berubah selama periode bertelur. Telur yan gdiproduksi pada permulaan periode
bertelur memiliki yolk sekitar 22-25% dari total bobot telur. Yolk terbentuk
30-35% pada induk yang sedang berproduksi baik selama periode bertelur. Ketika
ukuran telur bertambah, besar yolk bertambah lebih banyak dari pada jumlah
albumen. Apabila ukuran telur kecil, peningkatan protein dalam pakan dapat
meningkatkan bobot total sampai 1,5 ons/lusin(3,5 g/butir) atau sebalikny (Suprijatna, 2005).
5. Blood
spot dan meat spot
Sering kali bila kantong yolk pecah sepanjang
stigma, pembuluh darah kecil dekat daerah itu pecah dan meninggalkan gumpalan darah yang menempel pada yolk yang
akan terbawa sampai telur dilengkapi pada oviduk. Pendarahna berkaitan dengan
banyak hal, yaitu genetis, pakan, umur induk, dan yang lainnya. Prevalensi
kejadian tersebut lebih sering terjadi pada telur dengna kerabang berwarna
cokelat daripada telur dengan kerabang putih
(Suprijatna, 2005).
Beberapa jaringan yang rontok dari kantong folikular
atau oviduk kemungkinan juga akan terdapat dalam bagian telur yang sedang
berkembang begiru telur melalui ovbiduk. Jaringan kecil ini menjadi gelap
dengna bertambhnyaumur dan disebut sebagai meat spot. Beberapa bloodspot
berwarna gelap sering juuga dilasifikasikan secara kurang tepat sebagai meat
spot (Suprijatna, 2005).
B. Oviduct
Oviduk adalah sebuah pipad yang panjang dimana yolk
lewat dan bagain telur lainnya disekresikan.
Secara normal ukurannya kecil, diameternya relative kecil, tetapi menjelang
ovulasi pertama ukuran dan ketebalan dindingnya bertamah besar (Suprijatna, 2005).
Bagain-bagian oviduk dan kegunaannya dirangkum sebagai berikut:
1.
Infundibulum
Bagian atas yang berbentuk seperti corong dari
oviduk adalah infundibulum. Apabila berfungsi, panjangnya sekitar 3,5 inci (9
cm). Dalam keadaan normal tidak aktif, kecuali segera setelah ovulasi,
kegunaannya adalah untuk menangkap dan menelan yolk sehingga mengakibatkan yolk
masuk ke dalam oviduk. Setelah ovulasi, yok jatuh ke dalam kantong ovarium atau
rongga tubuh, kemudian diambil oleh infundibulum. Yolk tinggal pada bagian ini
hanya untuk periode yang singkat, sekitar 15 menit, kemudian di dorong mealalui
oviduk dengan kontraksi oviduk (Suprijatna, 2005).
a.
Malfungsi
infundibulum
Untuk berfungsi secara sempurna, infundibulum harus
mengambil semua yolk yang jatuh kedalam rongga tubuh. Namun, dijumai bahwa
sekitar 4% tidak ditangkap oleh infundibulum, tetapi tetap dalam rongga tubuh
yang selanjutnya diserap ke dalam tubuh sekitar satu hari. Persentsenya
bervariasi antarstrain ayam, eberapa di antaanya mencapai 10% dari yolk-nya
terdaapt dalam rongga tubuh. Pada ayam tipe pedaging. Hal tersebtu lebih sering
terjadi daipada ayam tipe petelur
(Suprijatna, 2005).
b. Internal
layer
Kemampuan infundibulum untuk menangkap sebagian
besar yolk hilang dan menimbunnya dalam rongga tubuh lebih cepat daripada
kemampuannya menyerap. Ayam yang demikian ini dikenal sebagai dinternal layer,
meskipun istilah itu tidak mendefinisikan secar baik kondisi tersebut. Abdomen
menjadi memanjang dan ayam berdiri dengan posisi tegak (Suprijatna, 2005).
2. Magnum
Magnum
adalah bagian oviduk yang mensekresikan albumen dan panjangnya sekitar 13 inci
(33 cm). diperlukan wktu sekitar tiga jam bagi telur yang sedang berkembang
untuk melalui magnum (Suprijatna, 2005).
Albumen
pada sebutir telur terdiri dari empat lapisan. Masing-masing adalah chalazae
(27,0%),putih kental (57,0%),putih telur encer dalam (17,3%),dan putih telur
encer bagian luar (23,0%). Keempat lapisan tersebut diproduksi pad magnum,
tetapi putik telur incer luar (outer thin white) tidak lengkap sampai air di
tambahkan di uterus (Suprijatna, 2005).
a. Chalazae
Pada
sebutir telur yang dipecah, terdapat dua pita yang berbelit dan memanjang dari ujun
gyolk melalui albumen. Itula yang disebut chalazae. Albumen-chalaziferous
diproduksi bila yolk pertama memasuki magnum, tetapi lilitan untuk membentuk du
chalazae terjadi lebih akhir saat telur berputar pada ujung akhir oviduk.
Lilitan dengan arah yang berlawanan dari chalazae dimaksudkan untuk memelihara
yolk tetap berada di pusat setelah telur keluar (Suprijatna, 2005).
b. Putih telur bagian dalam yan gencer (liquid inner
white)
Begitu
telur yan gsedang berkambang meluncur melalui magnum hanya satu tipe albumen
diproduksi. Namun, penambahan air dan perputaran telur menjadika perkembangn
telur lebih besar pada berbagai ayam petelur. Salah satu di antranya adalah
putih telur bagian dalam yang cair
(Suprijatna, 2005).
c. Putih
telur yang padat (dense white)
Putih
telur yang kental terdiri dari musin dan merupakan bagain terbesar dari albumen
telur. Jumlah putih telur kental (thick white) yang dihasilkan oleh magnum
cukup besar. Dengan dihasilkannya musin dan penambahan air sat telur bergerak
melalui oviduk, cenderung mengurangi jumlah putih telur tebal dan meningkatkan
jumlah putih telur encer (thin white). Pada waktu telur dikeluarkan,
sepertiganya ter diri dari putih telur encer, yang tersisa terdiri sebih
setenganya albumen pada telur (Suprijatna, 2005).
3. Isthmus
Perkembangan
telur selanjutnya ditekan di dalam isthmus sekitar 1 jam, 15 manit. Isthmus
merupakan bagain yang pendiek, sekita 4 inci (10 cm). di sini, membrane kerabang
bagaina dalam dan luar dibentuk sebagai suatu pembentukan kembali bentuk akhir
dari telur kandungan pada masa ini tidak secara lengakpa mengisi membrane
kerabang dan telur menyerupai suatu kantong hanya sebgain yang teridi
air(Suprijatna, 2005).
Membran
kerabanga adalah material seperti kertas yang disusun dariserat protein. Bagian
dalam dibentuk pertama, didikuti oleh membrane bagain luar, sekitar tiga kali
lebih tebal dari bagain dlaam. Deduanya dibentuk secaa bersamaan sebagai suatu
kesatuan waktu telur dikeluarkan. Pada beberaap bagain, membrane keduanya
dipisahkan untuk mementuk rongga udara (air cell). Daerah pemisahan biasanya
dib again ujung tumpul telur, tetapi mungkin juga slaah tempat (missplaced) dan
terjadi pada ujung lonjong atau pada sisi telur dalam persentase yang
kecil(Suprijatna, 2005).
a. Rongga
udara
Telur pertama
dikeluarkan, tida, ada rongga udaranya. Namun, setelah telur berumur agak lama
dan kandungna interior mengalami dehidrasi, diameter dan kedalaman rongg audara
bertambah. Diameter rongga udara sekitar0,7 inci (1,8 cm). besar rongga udara
merupakan indicator umur telur. Semakin bertambah umur, kandungna telur semakin
mengau dan rongga udara semakin besar. Namun, ukurannya dapat diubah tergantung
kondisi tempat terlur disimpan (Suprijatna, 2005).
b. Membran
kerabang
Membran
keabang berperan sebagai suatu pertahanan jterhadappenetrasi dari luar oleh
organism seperti bakteri. Juga membantu mencegah kandungna telur dari evaporasi
yan gterlalu cepa tdan melindungi isi telur (Suprijatna, 2005).
4. Uterus
Uterus
merupakan kelenjar kerabang yang utama. Pada ayam yang berproduksi, panjangnya
4,0-4,7 inci(10-12 cm). telur yang sedang berkembang tinggal di uterus sekitar
18-20 jam, lebih lama daripada di bagian lain dari oviduk (Suprijatna, 2005).
a. Kerabang
Klasifikasi kerabang telur dimulai sebelum
teluir masuk ke uterus. Sekelompok kecil kalsium terlihat pada
membrankerabangbagian luar (outer shell membrane) sebelum telur meninggalkan
isthmus. Hal ini adalah awal laetak untuk penimbunan kalsium dlam uterus.
Jumlahnya kemungkinan ditruunkan dari induk dan mengambil peranan dlaam
penimbunan kalsium. Kerabang telur yang lengkap disusun dari hampir seluruhnya
kalsit (CaCo3) dengan sedikit penimbunan sodium. Potassium, dan magnesium (Suprijatna, 2005).
b. Faktor
penyebab kemunduran kualitas
kerabang telur (Suprijatna,
2005):
1. Kuaitas
berkurang dengan semakin lamanya ayam bertelur, sehingga tidak dapat
memproduksi alsium yang cukup.
2. Temperature
lingkungan meningkat.
3. Stres.
4. Penyakit
ayam yang utama (bronchitis, new castle disease dan sebagainya.
5. Obat-obatan
tertentu.
5. Vagina
Disini kutikula ditimbun pada kerabang
untuk mengisi sebagian pori-pori kerabang. Telurtinggaldlaam vaginaselam
beberap menit dalam keadaan tertentu. Telur melalui oviduk akan keluar dengan
ujung yang runcing telebih dahulu. Telura akan berputar secara horizontal
sebelu oviposisi dan akan keluar dengan ujung tumpul (Suprijatna, 2005).
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan beberapa hal
sebagai berikut:
1.
Organ reroduksi aves betina terdiri dari ovarium,
oviduk, isthmus, uterus, vagina dan kloka.
2.
Organ reproduksi aves jantan terdiri dari testis,
saluran deferens, vesikula seminalis dan alat kopulasi.
3.
Hormon reproduksi aves meliputi Follicle
Stimulating Hormon (FSH), Luteinizing
hormon (LH), Luteotropic hormon (prolaktin/LTH), hormon oxytocin, hormon estrogen, hormon
progresteron dan hormon androgen.
4.
Pembentukan telur diawali dengan pembentukan kuning
telur (yolk) dan dilanjutkan dengan ovulasi di ovarium kemudian dalam oviduct
melewati infundibulum, magnum, isthmus dan vagina.
3.2 Saran
Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
tingkat sempurna. Oleh karena itu, dimohon saran yang membangun kepada semua
pihak untuk penyusun dalam perbaikan makalah ini. Terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA
Yuwanta, Tri. 2004. Dasar Ternak Unggas. Yogyakarta:
Kanisius.
Suprijatna, Edjeng. 2005. Ilmu Dasar Ternak Unggas. Depok:
Penebar Swadaya.
Jasin, Maskoeri. 1984. Sistematik Hewan. Surabaya:
Sinar Jaya.
Quthb, Sayyid. 2004. Tafsir Zhilalil Quran. Jakarta:
Gema Insani.
Hartanto, 2010. Pengaruh Ranggas Paksa (Forced
Molting) Metode Puasa Dan
Suplementasi Tepung Bekicot (Achatina Fulica) Pada Ransum Terhadap Bobot
Ovarium Dan Pertumbuhan Folikel
Yolk Ayam Arab (Gallus Turcicus).
Malang: UIN Malang.
Partodiharjo, 1992. Ilmu Reproduksi Ternak.
Jakarta: Mutiara Sumber Widya.
0 komentar:
Posting Komentar