salam

Pages

Selasa, 23 April 2013

LAPORAN STRUKTUR PERKEMBANGAN HEWAN II (SIKLUS REPRODUKSI)



BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Reproduksi merupakan proses menurunkan keturunan, disebut juga berbiak, dan tidak selalu disebut berkembang biak, karena mungkin saja jumlah keturunannya tidak lebih banyak dari induknya (Anwar, 1984).
Dalam reproduksi dikenal dengan istilah siklus reproduksi, siklus reproduksi adalah perubahan siklis yang terjadi pada sistem reproduksi (ovarium, oviduk, uterus dan vagina) hewan betina dewasa yang tidak hamil, yang memperlihatkan korelasi antara satu denagn lainnya. Siklus reproduksi di pengaruhi oleh faktor pelepas dari hipotalamus, hormon gonadotrhopin dari hipofisis dan hormon seks dari ovarium. Siklus reproduksi pada mamlia nonprimata di sebut siklus estrus. Sedangkan siklus reproduksi pada primata di sebut siklus menstruasi (Muchtarromah, 2006).
Jika siklus reproduksi dari suatu makhluk terputus maka kehairan makhluk tersebut di duniak menjadi terncanm dan pada suatu saat makhluk tersebut mati tanpa ada generasi penerusnya makhluk tersebut selanjutnya di sebut punah ()
Menurut pendapat Arief (1989),  menyatakan bahwa setiap makhluk hidup dapat melakukan reproduksi dan mengalami pertumbuhan. Tahap pertama reproduksi itu ialah pembelahan sel (Partodihardjo, 1992).
1.2  Rumusan Masalah
  1. Bagaimana ciri-ciri sel hasil apusan vagina ?
  2. Bagaiman tahap siklus reproduksi yang sedang di alami hewan betina
1.3  Tujuan
  1. Untuk membedakan sel-sel hasil apusan vagina.
  2. Untuk menentukan tahap siklus reproduksi yang sedang dialami hewan betina.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Siklus reproduksi adalah perubahan siklis yang terjadi pada sistem reproduksi (ovarium, oviduk, uterus dan vagina) hewan betina dewasa yang tidak hamil, yang memperlihatkan korelasi antara satu dengan lainnya (Muchtarromah, 2006).
Reproduksi merupakan proses menurunkan keturunan, disebut juga berbiak, dan tidak selalu disebut berkembang biak (Anwar, 1984).
Proses biologik yang dimaksud dalam melengkapi arti dari siklus reproduksi diatas meliputi proses reproduksi dalam tubuh makhluk jantan dan betina, sejak makhluk tersebut lahir sampai dapat melahirkan lagi. Siklus reproduksi dibagi menjadi pubertas, musim kelamin, siklus birahi, saat yang baik untuk inseminasi, fertilisasi, kebuntingan dan kelahiran (Partodihardjo, 1992).
Proestrus, pada tahap ini di ovarium terjadi ovulasi tampak adanya folikel-folikel yang sedang tumbuh, sedang di estrus dinding endometerium mulai menebal. Lama tahap ini adalah 12 jam (Muchtarromah, 2006).
Estrus awal, pada tahap ini di ovarium terjadi ovulasi, sedangkan di uterus dinding endometerium akan bergranular dan membengkak mencapai ketebalan maksimum. Lama tahap ini adalah 12 jam (Muchtarromah, 2006).

Behavioral signs of estrus

ð  Gelisah dan takut
ð  Menjauh dari kawanannya
ð  Ekor dan telinga diangkat (pada hewan ternak dan kuda)
ð  Aktif berinteraksi dengan anggota kawanannya

ð  Menempel pada anggota kawanan yang lain



Physical signs of estrus


ð  Vulva mengeluarkan mucus yang kental, bening, dan teruntai seperti benang.
ð  Vulva kemerahan, bengkak, dan hangat (3A: abang, abo, anget).

       Bulu kaku dan kotor
ð  Produksi susu berkurang (terjadi pada ternak-ternak yang diperah air susunya)

Estrus akhir, tahap ini di ovarium terjadi ovulasi, sedangkan di uterus dinding endimeterium akan bergranular dan membengkak mencapai ketebalan maksimum. Lama tahap ini 18 jam (Muchtarromah, 2006)
Matestrus, tahap ini di ovarium namapak adanya korpus luteum yang mulai bedegenerasi dan di uterus dinding endometerium meluruh. Lama tahap ini 6 jam (Muchtarromah, 2006).
Diestrus, pada tahap ini di ovarium terlihat banyak folikel-folikel muda, sedangkan di uterus dinding endometerium mempunyai lapisan yang paling tipis. Lamanya tahap ini adalah 2-2,5 hari   (Muchtarromah, 2006).
Apabila siklus reproduksi dari suatu makhluk terputus, maka kehadiran makhluk tersebut di dunia menjadi terancam, dan pada suatu saat makhluk tersebut mati tanpa ada generasi penerusnya. Makhluk tersebut selanjutnya di sebut punah (Partodihardjo, 1992).

 

BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
Adapun alat yang digunakan dalam kegiatan praktikum ini adalah :
  1. Mikroskop
  2. Kaca benda
  3. Kaca penutup
  4. Pipet tetes
3.1.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam kegiatan praktikum ini adalah jenis mamalia non primata yaitu pada hewah betina, seperti :
  1. Mencit betina  (Mus musculus)
3.2 Cara Kerja
Sebelum kegiatan pengamatan dilakukan, adapun prosedur kerja sebagai berikut :
  1. Memasukkan cotton bud yang sudah di basahi alkohol 70% ke dalam vagina mencit kira-kira sedalam 0,5 cm, kemudian memutar dengan hati-hati. Dapat juga menggunakan cara lavage, yaitu dengan pipet halus yang berisi NaCl 0,9%, menyemprotkan dan menyedot ke dalam vagina beberapa kali sampai cairan pada pipet berwarna keruh.
  2. Mengapus ujung cotton bud pada kaca benda yang sudah dibersihkan dengan alkohol 70% (arah apusan satu arah) atau meneteskan cairan keruh dari pipet ke kaca benda. Selanjutnya mewarnai dengan mitilen biru 1%.
  3. Membuang kelebihan zat warna setelah waktu 3-5 menit, dan membilas dengan air leding.
  4. Menutup dengan kaca penutup dan mengamati di bawah mikroskop sel-sel yang terlihat. Menentukan gambar sitologis apusan vagina dan tahapan siklus reproduksinya.


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Pengamatan
Hasil  data  pengamatan struktur apusan vagina mencit betina  (Mus musculus) pada pengamatan mikroskop.
4.1.1 Mencit Betina (Mus musculus)
  1. Pengamatan Sel-Sel Hasil Apusan Vagina Mencit Betina (Mus musculus) Pada Mikroskop perbesaran 10x10
Gambar sel
Golongan







Keterangan : 1. Lendir
2. leukosit
3. sel epitel berinti
ð  Diestrus : Hasil apusan E.L.Lendir









Keterangan : 1. Lendir
 2. leukosit
 3. sel epitel berinti
ð  Diestrus : Hasil apusan E.L.Lendir


















Keterangan : 1. Lendir
2. leukosit
3. sel epitel berinti
ð  Diestrus : Hasil apusan E.L.Lendir










Keterangan : 1. Lendir
2. leukosit
3. sel epitel berinti
ð  Diestrus : Hasil apusan E.L.Lendir
.
Pembahasan
                        Siklus Reproduksi Pada Mencit Betina ♀ (Mus musculus)
Berdasarkan pengamatan apusan vagina mencit betina, baik pada mencit betina A sampai D dapat di ketahui bahwa mencit betina tersebut sedang mengalami masa diestrus.
Pada tahap diestrus pada mencit betina,  siklus birahi yang ditandai tidak adanya kebuntingan, tidak adanya aktivitas kelamin dan hewan menjadi tenang. Dalam periode permulaan dari diestrus endometrium masih memperlihatkan kegiatan, yaitu pertumbuhan kelenjar-kelenjar endometrium dari panjang menjadi berkelok-kelok dan banyak diantaranya yang berkolok hingga membentuk spiral (Partodihardjo, 1992).
Gambar 1, menunjukkan permulaan diestrus. Dimana serviks menyempit, leukosit muncul dan menghalangi gerak maju spermatozoa. Lendir serviks menjadi kental menyumbat lumen serviks. Inseminasi akan menghasilkan angka konsepsi yang rendah (Partodihardjo, 1992).
Dalam periode permulaan diestrus, corpus hemorrhagicum mengkerut karena di bawah lapisan hemorrhagik ini tumbuh sel-sel kuning yang di sebut luteum. Diestrus adalah fase yang terlama diantara fase-fase yang terdapat dalam siklus birahi (Partodihardjo, 1992).
Siklus reproduksi dipengaruhi oleh faktor pelepas dari hipotalamus, hormon gonadotrophin dari hipifisis dan hormon seks dari ovarium. Lamanya siklus berbeda-beda menurut jenis hewan. Hewan yang memiliki siklus estrus satu kali pertahun disebut monoestrus, sedangkan yang memiliki siklus estrus beberapa kali per tahun disebut poliestrus (Muchtarromah, 2006).



Gambar 2
Siklus menstruasi diatur oleh hormon
Pada akhir dari fase diestrus, korpus luteum yang mempunyai peranan menenangkan alat kelamin dengan sekresi progesteronnya, mengalami regresi (kemunduran fungsi). Regresi ini di sebabkan oleh pengaruh prostaglandin yang dihasilkan oleh masa uterus. Prostaglandin mempunyai sifat luteolysis terhadap korpus luteum (Partodihardjo, 1992).
Muchtarromah (2006), dalam bukunya menyebutkan beberapa tahapan siklus estrus dan hasil apusan vagina, yaitu:
Tahapan siklus estrus
Hasil apusan vagina
Diestrus

Proestrus

Estrus awal


Estrus akhir

Metestrus
- Sel epitel berinti, leukosit, dan lendir
- Sel epitel berinti, sel epitel kornifikasi
- Sel epitel berinti, sel epitel konifikasi (sangat banyak sekali)
- Sel epitel kornifikasi (sangat banyak sekali)
- Sei epitel kornifikasi, leukosit atau sel epitel berinti, sel epitel kornifikasi, dan leukosit








BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan beberapa hasil pengamatan struktur apusan vagina mencit betina (Mus musculus) pada pengamatan mikroskop, dapat di simpulkan bahwa:

Physical signs of estrus


ð  Vulva mengeluarkan mucus yang kental, bening, dan teruntai seperti benang.
ð  Vulva kemerahan, bengkak, dan hangat (3A: abang, abo, anget).

       Bulu kaku dan kotor
ð  Produksi susu berkurang (terjadi pada ternak-ternak yang diperah air susunya)
ð  Berdasarkan sel-sel apusan vagina yang ditemukan pada vagina mencit betina, dapat dikatakan bahwa mencit tersebut mengalami tahap diestrus. Karena pada sel vagina mencit ditemukan lendir yang banyak, leokosit dan sel epitel berinti.
Tahapan siklus estrus
Hasil apusan vagina
Diestrus

Proestrus

Estrus awal


Estrus akhir

Metestrus
- Sel epitel berinti, leukosit, dan lendir
- Sel epitel berinti, sel epitel kornifikasi
- Sel epitel berinti, sel epitel konifikasi (sangat banyak sekali)
- Sel epitel kornifikasi (sangat banyak sekali)
- Sei epitel kornifikasi, leukosit atau sel epitel berinti, sel epitel kornifikasi, dan leukosit













DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Anik. 1984. Ringkasan Biologi. Bandung: Ganeca Exact Bandung

Arief, Amiruddin. 1989. Biologi Umum I. Malang: L.S.W. Malang

Muchtarromah, Bayyinatul. 2006-2007. Panduan Praktikum Struktur Perkembangan Hewan II. Malang: Universitas Islam Negeri Malang


Partodihardjo, Soebadi. 1992. Ilmu Reproduksi Hewan. Jakarta: Mutiara Sumber Widya

0 komentar:

Posting Komentar