salam

Pages

Minggu, 17 Juni 2012

osmoregulasi


BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Pergerakan air melalui membran selektif permiabel biasa disebut osmosis. Hal itu terjadi ketika dua larutan mempunyai perbedaan konsentrasi total larutan atau osmolality. Hewan yang memelihara keseimbangan antara cairan tubuh dengan keadaan lingkungan sekitar disebut osmoconfer.
Organisme perairan harus melakukan osmoregulasi karena harus terjadi keseimbangan antara substansi tubuh dan lingkungan. Membran sel yang permeabel merupakan tempat lewatnya beberapa substansi yang bergerak cepat. Adanya perbedaan tekanan osmose antara cairan tubuh dan lingkungan. Semakin jauh perbedaan tekanan osmose antara tubuh dan lingkungan, semakin banyak energi metabolisme yang dibutuhkan untuk melakukan osmoregulasi sebagai upaya adaptasi. Karena perbedaan proses osmoregulasi pada beberapa golongan ikan, maka struktur organ-organ osmoregulasinya juga kadang berbeda. Beberapa organ yang berperanan dalam proses osmoregulasi ikan, antara lain insang, ginjal, dan usus. Organ-organ ini melakukan fungsi adaptasi di bawah kontrol hormon osmoregulasi, terutama hormon-hormon yang disekresi oleh pituitari, ginjal, dan urofisis (Fujaya, 2004).
Osmoregulasi adalah kemampuan organisme untuk mempertahankan keseimbangan kadar dalam tubuh, didalam zat yang kadar garamnya berbeda. Secara sederhana hewan dapat diumpamakan sabagai suatu larutan yang terdapat di dalam suatu kantung membran atau kantung permukaan tubuh. Hewan harus menjaga volume tubuh dan kosentrasi larutan tubuhnya dalam rentangan yang agak sempit. Yang menjadi masalah adalah konsentrasi yang tepat dari cairan tubuh hewan selalu berbeda dengan yang ada dilingkungannya. Perbedaan kesentrasi tersebut cenderung mengganggu keadaan kondisi internal. Hanya sedikit hewan yang membiarkan kosentrasi cairan tubuhnya berubah-ubah sesuai degan lingkungannya dalam kedaan demikian hewan dikatakan melakukan osmokonfirmitas (Wulangi, 1993).
Osmoregulator merupakan hewan yang harus menyesuaikan osmolaritas internalnya, karena cairan tubuh tidak isoosmotik dengan lingkungan luarnya. Seekor hewan osmoregulator harus membuang kelebihan air jika hewan itu hidup dalam lingkungan hiperosmotik. Kemampuan untuk mengadakan osmoregulasi membuat hewan mampu bertahan hidup, misalnya dalam air tawar dimana osmolaritas tertemtu rendah untuk mendukung osmokonformer, dan didarat dimana air umumnya tersedia dalam jumlah yang sangat terbatas. Semua hewan air tawar dan hewan air laut adalah osmoregulator. Manusia dan hewan darat lainnya yang juga osmoregulator harus mengkompensasi kehilangan air.
Osmoregulasi yang terjadi pada ikan air laut dan ikan air tawar yang ditempatkan pada salinitas yang berbeda-beda perlu dilakukan untuk melihat mekanisme tertentu pada organisme bagaimanan agar dapat bertahan hidup pada kondisi tertentu dengan salinitas yang berbeda dari lingkungannya (Kusrini, 2007)..

1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut :
1.      Bagaimana mekanisme osmoregulasi pada hewan teresterial ?
2.      Bagaimana mekanisme osmoregulasi pada hewan teleostei air tawar ?
3.      Bagaimana mekanisme osmoregulasi pada hewan marine (ikan, burung, reptil) ?

1.3  Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut :
1.      Mengetahui mekanisme osmoregulasi pada hewan teresterial
2.      Mengetahui mekanisme osmoregulasi pada hewan teleostei air tawar
3.      Mengetahui mekanisme osmoregulasi pada hewan marine (ikan, burung, reptil)












BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Osmoregulasi
Sistem Osmoregulasi ialah sistem pengaturan keseimbangan tekanan osmotik cairan tubuh (air dan darah) dengan tekanan osmotik habitat (perairan). Pengaturan tekanan osmotik cairan tubuh yang layak bagi kehidupan ikan, sehingga proses- proses fisiologis tubuhnya berfungsi normal. Tekanan osmotik (Ï€) adalah tekanan yang diberikan pada larutan yang dapat menghentikan perpindahan molekul-molekul pelarut ke dalam larutan melalui membran semi permeabel (proses osmosis) (Soewolo. dkk, 1994).
Osmoregulasi secara energik membutuhkan energi yang sangat banyak. Suatu pergerakan netto air hanya terjadi dalam gradient osmotik. Osmoregulator harus menghabiskan energi untuk mempertahankan gradien osmotik yang memungkinkan air untuk masuk dan bergerak keluar. Mereka melakukan hal tersebut dengan cara memanipulasi kosentrasi zat terlarut dalam cairan tubuhnya.
Suplai energi osmoregulasi terutama bergantung pada seberapa besar perbedaan osmolaritas seekor hewan dari osmolaritas lingkungannya dan pada seberapa besar kerja transport membran diperlukan untuk mengangkut zat-zat terlarut secara aktif.
Peranan osmoregulasi dan eksresi adalah (Soewolo, 1994):
1.       Mengendalikan kandungan ion dalam cairan tubuh, garam berkelakuan seperti elektrolit lain dan dalam cairan tubuh akanterurai menjadi ion-ion.
2.      Mengatur jumlah air yang terdapat dalam cairan tubuh, jumlah air dalam cairan tubuh dan cara pengaturannya merupakan salah satu masalah fisiologik yang di hadapi oleh mahluk hidup.
3.      Mengatur kadar ion H atau pH cairan tubuh.
Osmoregulasi dilakukan dengan berbagai cara melalui (Soewolo, 1994):
  • ginjal
  • kulit
  • membran mulut
Kebanyakan hewan menjaga agar kosentrasi cairan tubuhnya tetap lebih tinggi dari mediumnya (regulasi hiporosmotis) atau lebih rendah dari mediumnya (regulasi hipoosmotis). Untuk itu hewan harus berusaha mengurangi gangguan dengan menurunkan (Soewolo, 1994):
1.      Permeabilitas membran atau kulitnya
2.      Gardien (landaian) kosentrasi antara cairan tubuh dan lingkungannya.
Keadaan kondisi internal yang mantap dapat dipelihara hanya bila organisme mampu mengimbangi kebocoran dengan arus balik melawan gradient kosentrasi yang memerlukan energi. Untuk memelihara air dan kosentarsi larutan cairan tubuh konstan yang berdeba dengan lingkungannya, antara hewan air laut, air tawar, dan hewan darat sangatlah berbeda. Kelompok hewan yang berbeda menggunakan organ yang berbeda. Rentangan zat-zat yang diregulasi sangat luas, melibatkan senyawa-senyawa seperti hormon, vitamin dan larutan yang signifikan terhadap perubahan nilai osmotik.
Pada dasarnya regulator hiperosmotik menghadapi dua masalah fisiologik (Hurkat, 1976):
1.      Air cenderung masuk ke dalam tubuh hewan, sebab kosentrasi zat terlarut dalam tubuh hewan lebih tinggi dari pada dalam mediumnya
2.      Zat terlarut cenderung keluar tubuh sebab kosentrasi didalam tubuh.
Disamping itu pebuangan air sebagai penyeimbang air masuk juga membawa zat terlarut didalamnya lebih tinggi dari pada di luar tubuh (meningkatkan permeabilitas dinding tubuh) atau mengeluarkan kelebihan air yang ada dalam tubuh (lewat urin dan feses). Sebaliknya terhadap zat terlarut, hewan harus (Hurkat, 1976):
1.      Mengurangi jumlah air yang masuk kedalam tubuhnya.
2.      Memasukkan garam-garam kedalam tubuhnya (lewat makan dan minum) atau mempertahankan zat terlarut dalam tubuhnya.
Sebaliknya pada regulator hipoosmotik menghadapi masalah fisiologik (Hurkat, 1976):
1.      Air cenderung keluar tubuh, sebab kadar air dalam tubuh tinggi dari pada mediumnya
2.      Zat terlarut cenderung masuk ke dalam tubuh,sebab kadar zat terlarut didalam tubuh (dalam medium) lebih tinggi dari pada dsalam cairan tubuhnya
Untuk menghadapi hal tersebut maka regulator hipoosmotik harus :
1.      Menghambat keluarnya air dari dalam tubuh atau mempertahankan air yang ada dalam tubuh
2.      Berusaha mencegah masuknya garam kedalam tubuh atau mengeluarkan kelebihan garan yang masuk tubuh
Untuk mengatur kadar air tersebut dan juga zat terlarut dalam tubuhnya, hewan menggunakan organ-organ ekskresi yang dalam bekerjanya banyak menggunakan transport aktif.

2.2  Mekanisme Osmoregulasi
Berdasarkan Mekanismenya osmoregulasi pada hewan dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu (Kaneko. dkk. 2002):
1.       Regulasi Hipertonik atau Hiperosmotik, yaitu pengaturan aktif konsentrasi cairan tubuh yang lebih tinggi dari konsentrasi lingkungan. Maka secara fisika untuk menjaga kestabilan lingkungan internalnya (cairan tubuh) hewan tersebut mempunyai kecendrungan untuk :
a.       Mengurangi masuknya air kedalam tubuh dengan meningkatkan impermeabilitas dinding tubuh atau dengan cara mengeluarkan kelebihan air yang ada dari dalam tubuh.
b.      Memasukkan garam-garam kedalam tubuhnya dengan cara makan dan minum untuk menjaga ksabilan zat-zat yang terlarut dalam cairan tubuhnya. Misalnya pada petadrom (Ikan air tawar)
2.      Regulasi Hipoosmotik
3.      Pada hewan-hewan yang hidup dilaut pada umumnya dimana konsentrasi pelarut dalam tubuh hewan lebih tinggi dari pada lingkunganya, maka untuk menjaga kestabilan cairan tubuhnya hewan tersebut akan:
a.       Menghambat/mencegah keluarnya air dari dalam tubuh ke lingkungannya.
b.      Mencegah masuknya garam kedalam tubuh atau mengeluarkan kelebihan garam dari dalam tubuhnya.



2.3  Osmoregulasi Pada Hewan Teresterial
2.3.1        Osmoregulasi Pada Mamalia
Pada mamalia kehilangan air dan garam dapat terjadi lewat keringat. Sementara, cara mereka memperoleh air sama seperti vertebrata lainnya, yaitu dari air minum dan makanan. Akan tetapi, untuk mamalia yang hidup dipadang pasir memperoleh air denga cara minum merupakan hal yang mustahil sebagai contoh kangguru. Kangguru tidak minum air, tetapi dapat bertahan dengan menggunakan air metabolic yang dihasilkan dari oksidasi glukosa. 

Mekanisme Proses Pembentukan Urin di Nefron Ginjal
     Di dalam ginjal terjadi serangkaian proses pembentukan urine. Proses pembentukan urine meliputi 3 tahap yaitu (Wulangi, 1993):
  1. Tahap penyaringan (filtrasi)
  2. Tahap penyerapan kembali (reabsorpsi)
  3. Tahap pengeluaran zat (augmentasi)
Berikut ini adalah uraiannya:
Gambar Proses Pembentukan Urine
4.      Tahap penyaringan (filtrasi)
Tahap filtrasi terjadi di badan Malpighi yang di dalamnya terdapat glomerulus yang dikelilingi sangat dekat oleh kapsula Bowman. Proses filtrasi : Ketika darah yang mengandung air, garam, gula, urea dan zat-zat lain serta sel-sel darah dan molekul protein masuk ke glomerulus, tekanan darah menjadi tinggi sehingga mendorong air dan komponen-komponen yang tidak dapat larut, melewati pori-pori endotelium kapiler glomerulus, kecuali sel-sel darah dan molekul protein. Kemudian menuju membran dasar dan melewati lempeng filtrasi, masuk ke dalam ruang kapsula Bowman. Hasil filtrasi dari glomerulus dan kapsula Bowman disebut filtrat glomerulus atau urine primer. Urine primer ini mengandung: air, protein, glukosa, asam amino, urea dan ion anorganik. Glukosa, ion anorganik dan asam amino masih diperlukan tubuh.

2. Tahap penyerapan kembali (reabsorpsi)
Filtrat glomerulus atau urine primer mengalami tahap reabsorpsi yang terjadi di dalam tubulus kontortus proksimal, dan lengkung Henle. Proses tahap ini dilakukan oleh sel-sel epitelium di seluruh tubulusginjal. Banyaknya zat yang direabsorpsi tergantung kebutuhan tubuh saat itu. Zat-zat yang direabsorpsi antara lain adalah: glukosa, asam amino, ion-ion Na+, K+, Ca, 2+, Cl-, HCO3-, dan HbO42-, sedangkan kadar urea menjadi lebih tinggi (Kaneko. dkk. 2002).


Proses reabsorpsi : mula-mula urine primer masuk dari glomerulus ke tubulus kontortus proksimal, kemudian mulai direabsorpsi hingga mencapai lengkung Henle. Zat-zat yang direabsorpsi di sepanjang tubulus ini adalah glukosa, ion Na+, air, dan ion Cl-. Setiba di lengkung Henle, volume filtrat telah berkurang. Hasil tahap reabsorpsi ini dinamakan urine sekunder atau filtrat tubulusKandungan urine sekunder adalah air, garam, urea, dan pigmen empedu yang berfungsi memberi warna dan bau pada urine. Urine sekunder masuk ke dalam tubulus kontortus distal dan terjadi lagi penyerapan zat-zat yang tidak digunakan dan kelebihan air diserap sehingga terbentuk urine.

3. Tahap Pengeluaran (Augmentasi)
Urine sekunder dari tubulus kontortus distal akan turun menuju saluran pengumpul (tubulus kolektivas). Dari tubulus kolektivas, urine dibawa ke pelvis renalis, lalu ke ureter menuju kantung kemih (vesika urinaria).

Berikut adalah tabel langkah-langkah pembentukan urine:
Hal-hal yang Mempengaruhi Produksi Urin
Hormon anti diuretik (ADH) yang dihasilkan oleh kelenjar hipofisis posterior akan mempengaruhi penyerapan air pada bagian tubulus distal karena meningkatkan permeabilitias sel terhadap air. Jika hormon ADH rendah maka penyerapan air berkurang sehingga urin menjadi banyak dan encer. Sebaliknya, jika hormon ADH banyak, penyerapan air banyak sehingga urin sedikit dan pekat. Kehilangan kemampuan mensekresi ADH menyebabkan penyakit diabetes insipidus. Penderitanya akan menghasilkan urin yang sangat encer. Selain ADH, banyak sedikitnya urin dipengaruhi pula oleh faktor-faktor berikut (Hurkat, 1976):
a.      Jumlah air yang diminum
Akibat banyaknya air yang diminum, akan menurunkan konsentrasi protein yang dapat menyebabkan tekanan koloid protein menurun sehingga tekanan filtrasi kurang efektif. Hasilnya, urin yang diproduksi banyak
b.      Saraf
Rangsangan pada saraf ginjal akan menyebabkan penyempitan duktus aferen sehingga aliran darah ke glomerulus berkurang. Akibatnya, filtrasi kurang efektif karena tekanan darah menurun.
c.       Banyak sedikitnya hormon insulin
Apabila hormon insulin kurang (penderita diabetes melitus), kadar gula dalam darah akan dikeluarkan lewat tubulus distal. Kelebihan kadar gula dalam tubulus distal mengganggu proses penyerapan air, sehingga orang akan sering mengeluarkan urin.
2.3.2        Osmoregulasi Pada Serangga
Invertebrate rentan akan kehilangan air dari dalam tubuhnya. Oleh karena itu, hewan akan meningkatkan impermiabilitas kulitnya. Pada hewan darat, kulitnya relative impermeable terhadap air dan sedikit sekali air hilang melalui kulit. Serangga misalnya, memiliki kutikula yang berlilin, yang sangat impermeable terhadap air, sehingga serangga sedikit sekali kehilangan air melalui kulitnya. Lilin disimpan pada permukaan eksoskeleton melalui saluran kecil menembus kutikulanya.
Kehilangan air pada serangga terutama melalui penguapan, sebab serangga memiliki luas permukaan tubuh 50 kali lebih besar daripada volume tubuhnya. (Mamalia hanya ½ volume tubuhnya). Jalan penting kahilangan uap air pada serangga adalah spirakel. Untuk mengurangi kehilangan air, pada kebanyakan serangga menutup spirakelnya antara dua gerakan pernafasannya. Spesies yang tidak menutup spirakelnya akan kehilangan air lebih cepat. Pada beberapa kumbang gurun, kahilangan air lewat pernafasan jauh lebih sedikit daripada kehilangan lewat kulitnya (Fujaya, 2004).
Organ Osmoregulatori antara vertebrata dan invertebrate ada beberapa yang tidak sama. Namun secara umum, organ-organ osmoregulatori invertebrate menggunakan mekanisme filtrasi, reabsorbsi dan sekresi, yang secara prinsip mirip dengan mekanisme ginjal membentuk urin. Serangga dan mungkin beberapa laba-laba adalah sekelompok invertebrate darat yang membentuk urin pekat. Terdapat beberapa bukti, meskipun masih controversial bahwa pada beberapa serangga, urin dan fesesnya didehidrasi melalui transport aktif air menembus epithelium saluran pencernaan bagian belakang. Pada periplaneta yang mengalami dehidrasi cairan rectal, maka osmokonsentrasi urinnya menjadi 2 kali osmokosentrasi hemolimfanya (Soewolo, 2000).
malpig.jpg
 Gambar tubula malphigi (Campbell, 2005)
Pada serangga, saluran Malpighi bersama-sama dengan saluran pencernaan bagian belakang membentuk system ekskretori-osmoregulatori utama. Secara garis besar, system ini terdiri atas saluram Malpighi tipis, panjang, yang bermuara ke dalam saluran pencernaan pada tempat antara usus depan dan usus belakang, dan ujung lain berada dalam hemocoel (rongga tubuh yang berisi darah). Sekresi yang dibentuk dalam tubulus masuk ke dalam usus belakang, kemudian didehidrasi dan masuk ke dalam rectum dan dieskresikan melalui anus sebagai urin pekat. Karena serangga memiliki system sirkulasi terbuka, maka saluran Malpighi tidak mendapat darah langsung dari arteri seperti pada ginjal vertebrata. Saluran Malpighi dikelilingi oleh darah, yang tekanannya tidak lebih tinggi daripada tekanan cairan dalam saluran. Selama tidak ada perbedaan tekanan yang berarti sebelah-menyebelah membrane saluran Malpighi, filtrasi tidak dapat berperan dalam pembentukan urin pada serangga. Oleh karena itu, urin harus dibentuk keseluruhannya melalui sekresi yang mungkin diikuti reabsorbsi beberapa isi cairan yang disekresikan.
Osmokosentrasi cairan tubuh serangga darat cenderung lebih tinggi daripada serangga air. Penurunan titik beku (∆i) cairan tubuh serangga darat misalnya pada scorpion (-1,125ͦ C), pada laba-laba (-0,894ͦ C), lebih tinggi daripada serangga air, misalnya larva nyamuk (-0,65ͦ C) (Kaneko. dkk. 2002).
Kehilangan air pada serangga terutama terjadi melalui proses penguapan. Hal ini dikarenakan serangga memiliki ratio luas permukaan tubuh dengan masa tubuhnya sebesar 50x, bandingkan dengan mamalia yang mempunyai ratio luas permukaan tubuh terhadap masa tubunya yang hanya 1/2x. Jalan utama kehilangan air pada serangga adalah melalui spirakulum untuk mengurangi kehilangan air dari tubuhnya maka kebanyakan serangga akan menutup spirakelnya pada saat diantara dua gerakan pernapasannya. Cara mengatasi yang lain adalah dengan meningkatkan impermeabilitas kulitnya, yaitu dengan memiliki kutikula yang berlilin yang sangat impermeable terhadap air, sehingga serangga sedikit sekali kehilangan air melalui kulitnya. Sebagai organ ekskretori serangga memiliki badan Malphigi yang bersama-sama dengan saluran pencernaan bagian belakang membentuk sistem ekskretori osmoregulatori.

Cara kerja sistem ekskretori pada serangga (Rahardjo, 1980) :
1.      Malpighian tubules menghasilkan filtrat yang bersifat isosmotik dari haemolymph yang mempunyai kandungan ion K+ yang tinggi, Na+ yang rendah dan Cl- sebagai anion utama.
2.      Transport ion secara aktif, terutama K+, ke dalam lumen dari Malpighian tubules menghasilkan gradien osmotik dan menyebabkan air berdifusi secara pasif ke dalam lumen. Gula dan kebanyakan asam amino secara pasif tersaring dari haemolymph. Gula (sukrose dan treholose) diserap kembali dari lumen ke dalam haemolymph. Semua proses ini menghasilkan urine yang kemudian dicurahkan ke dalam usus.
3.      Di dalam rectum, urine dimodifikasi dengan membuang zat-zat terlarut dan air untuk menjaga keseimbangan cairan dan ion-ion (homeostasis) di dalam tubuh serangga. Sel-sel khusus di dalam rectal pad melakukan penyerapan kembali ion Cl- secara aktif atas pengaruh hormone. Proses ini menyebabkan gradien elektrik dan osmotik yang menyebabkan penyerapan kembali ion-ion yang lain, air, asam-asam amino dan asetat.

2.4  Osmoregulasi Pada Hewan Teleostei Air Tawar
Ikan air tawar cenderung untuk menyerap air dari lingkungannya dengan cara osmosis. Insang ikan air tawar secara aktif memasukkan garam dari lingkungan ke dalam tubuh. Ginjal akan memompa keluar kelebihan air sebagai air seni. Ginjal mempunyai glomeruli dalam jumlah banyak dengan diameter besar. Ini dimaksudkan untuk lebih dapat
menahan garam-garam tubuh agar tidak keluar dan sekaligus memompa air seni
sebanyak-banyaknya. Ketika cairan dari badan malpighi memasuki tubuli ginjal, glukosa
akan diserap kembali pada tubuli proximallis dan garam-garam diserap kembali pada
tubuli distal. Dinding tubuli ginjal bersifat impermiable (kedap air, tidak dapat ditembus)
terhadap air.
Ikan bertulang sejati (telestei), ikan air tawar maupun ikan laut pada dasarnya mempunyai kemampuan untuk mempertahankan komposisi ion-ion dan osmolaritas cairan tubuhnya pada tingkat yang secara signifikan berbeda dari lingkungan eksternalnya. Proses ini merupakan suatu mekanisme dasar osmotik. Untuk menghadapi masalah osmoregulasi hewan melakukan pengaturan tekanan osmotiknya dengan cara (Kaneko. dkk. 2002):
1.      Mengurangi gradien osmotik antara cairan tubuh dengan lingkungannya.
2.      Mengurangi permeabilitas air dan garam.
3.      Melakukan pengambilan garam secara selektif

Osmoregulasi pada ikan air tawar melibatkan pengambilan ion dari lingkungan untuk membatasi kehilangan ion. Air akan masuk ke tubuh ikan karena kondisi tubuhnya hipertonik, shingga ikan banyak mengeksresikan air dan menahan ion.
Ikan-ikan yang hidup di air tawar mempunyai cairan tubuh yang bersifat hiperosmotik terhadap lingkungan, sehingga air cenderung masuk ke tubuhnya secara difusi melalui permukaan tubuh yang semipermeabel. Bila hal ini tidak dikendalikan atau diimbangi, maka akan menyebabkan hilangnya garam-garam tubuh dan mengencernya cairan tubuh, sehingga cairan tubuh tidak dapat menyokong fingsi-fungsi fisiologis secara normal.
      Ginjal akan memompa keluar kelebihan air tersebut sebagai air seni. Ginjal mempunyai glomeruli dalam jumlah banyak dengan diameter besar. Ini dimaksudkan untuk lebih dapat menahan garam-garam tubuh agar tidak keluar dan sekaligus memompa air seni sebanyak-banyaknya.
      Ketika cairan dari badan malpighi memasuki tubuli ginjal, glukosa akan diserap kembali pada tubuli proximalis dan garam-garam diserap kembali pada tubuli distal. Dinding tubuli ginjal bersifat impermiable (kedap air).
Air seni yang dikeluarkan ikan sangat encer dan mengandung sejumlah kecil senyawa nitrogen, seperti (Kaneko. dkk. 2002):
1.      Asam Urat
2.      Creatine
3.      Creatinine
4.      Amonia

 Ikan-ikan yang hidup di air tawar mempunyai cairan tubuh yang bersifat hiperosmotik terhadap lingkungan, sehingga air cenderung masuk ke tubuhnya secara difusi melalui permukaan tubuh yang semipermeabel. Bila hal ini tidak dikendalikan atau diimbangi, maka akan menyebabkan hilangnya garam-garam tubuh dan mengencernya cairan tubuh, sehingga cairan tubuh tidak dapat menyokong fingsi-fungsi fisiologis secara normal.
Ginjal akan memompa keluar kelebihan air tersebut sebagai air seni. Ginjal mempunyai glomeruli dalam jumlah banyak dengan diameter besar. Ini dimaksudkan untuk lebih dapat menahan garam-garam tubuh agar tidak keluar dan sekaligus memompa air seni sebanyak-banyaknya. Ketika cairan dari badan malpighi memasuki tubuli ginjal, glukosa akan diserap kembali pada tubuli proximalis dan garam-garam diserap kembali pada tubuli distal. Dinding tubuli ginjal bersifat impermiable (kedap air).
Air seni yang dikeluarkan ikan sangat encer dan mengandung sejumlah kecil senyawa nitrogen, seperti (Suntoro, 1994) :
1.      Asam Urat
2.      Creatine
3.      Creatinine
4.      Amonia



Gambar Osmoregulasi Ikan Air Tawar
      
Meskipun air seni mengandung sedikit garam, keluarnya air yang berlimpah menyebabkan kehilangan garam dengan jumlah yang cukup besar. Garam-garam juga hilang karena proses difusi dari tubuh. Kehilangan garam ini juga diimbangi dengan garam-garam yang terdapat pada makanan dan penyerapan aktif melalui insang.
      Pada golongan ikan Teleositer terdapat gelembung air seni untuk menampung air seni. Disini dilakukan kembali penyerapan terhadap ion-ion. Dinding gelembung air seni bersifat impermiable terhadap air (Wulangi, 1993).
Organisme air dibagi menjadi dua kategori sehubungan dengan mekanisme fisiologisnya dalam menghadapi tekanan osmotik air media, yaitu :
1.      Osmonkonformer; adalah organisme air yang secara osmotik labil dan mengubah-ubah tekanan osmotik cairan tubuhnya untuk menyesuaikan dengan tekanan osmotik air media hidupnya.
2.       Osmoregulator, adalah organisme air yang secara osmotik stabil (mantap), selalu berusaha mempertahankan cairan tubuhnya pada tekanan osmotik yang relatif konstan, tidak perlu harus sama dengan tekanan osmotik air media hidupnya.

Secara umum dikatakan bahwa cairan tubuh golongan ikan elasmobranchii mempunyai tekanan osmotik yang lebih besar dari lingkungannya. Tekanan osmotik tubuhnya sebagian besar tidak disebabkan oleh garam-garam, melainkan oleh tingginya kadar urea dan Tri Meilamin Oksida (TMAO) dari tubuh. Karena cairan tubuh yang hiperosmotik terhadap lingkungannya, golongan ikan ini cenderung menerima air lewat difusi, terutama lewat insang. Untuk mempertahankan tekanan osmotiknya kelebihan air untuk difusi ini dikeluarkan melalui air seni.
Osmoregulasi pada ikan-ikan elasmobranchii menyokong teori bahwa tekanan osmosis yang disebabkan oleh garam-garam dalam darah disebabkan oleh penahan urea dan sedikit bahan bernitrogen lainnya. Urea merupakan hasil akhir metabolisme nitrogen yang dikeluarkan di dalam hati dan cuma sedikit saja yang dikeluarkan di dalam hati dan cuma sedikit saja yang dikeluarkan air kencing hiu dan pari. Sewaktu penyaringan glomerulus melalui sepanjang tubuh ginjal, segmen-segmen khusus menyerap kembali urea (70 hingga 90 %), sehingga darah mengandung lebih kurang 350 mmol/l urea daelasmobranchii umumnya.

2.4 Osmoregulasi Pada Hewan Marine
2.3.1 Ikan
Secara umum proses osmoregulasi adalah upaya atau kemampuan hewan air untuk mengontrol keseimbangan air dan ion antara di dalam tubuh dan lingkungannya melalui mekanisme pengaturan tekanan osmose. Proses osmoregulasi diperlukan karena adanya perbedaan konsentrasi cairan tubuh dengan lingkungan disekitarnya. Jika sebuah sel menerima terlalu banyak air maka ia akan meletus, begitu pula sebaliknya, jika terlalu sedikit air, maka sel akan mengerut dan mati. Osmoregulasi juga berfungsi ganda sebagai sarana untuk membuang zat-zat yang tidak diperlukan oleh sel atau organisme hidup.

            Kebanyakan invertebrata yang berhabitat di laut tidak secara aktif mengatur sistem osmosis mereka, dan dikenal sebagai osmoconformer. Osmoconformer memiliki osmolaritas internal yang sama dengan lingkungannya sehingga tidak ada tendensi untuk memperoleh atau kehilangan air. Karena kebanyakan osmoconformer hidup di lingkungan yang memiliki komposisi kimia yang sangat stabil (di laut) maka osmoconformer memiliki osmolaritas yang cendrung konstan. Sedangkan osmoregulator adalah organisme yang menjaga osmolaritasnya tanpa tergantung lingkungan sekitar. Oleh karena kemampuan meregulasi ini maka osmoregulator dapat hidup di lingkungan air tawar, daratan, serta lautan. Di lingkungan dengan konsentrasi cairan yang rendah, osmoregulator akan melepaskan cairan berlebihan dan sebaliknya
(Marshall, 2006).

Untuk organisme akuatik, proses tersebut digunakan sebagai langkah untuk menyeimbangkan tekanan osmose antara substansi dalam tubuhnya dengan lingkungan melalui sel yang permeabel. Dengan demikian, semakin jauh perbedaan tekanan osmotik antara tubuh dan lingkungan, semakin banyak energi metabolisme yang dibutuhkan untuk mmelakukan osmoregulasi sebagai upaya adaptasi, hingga batas toleransi yang dimilikinya. Oleh karena itu, pengetahuan tentang osmoregulasi sangat penting dalam mengelola kualitas air media pemeliharaan, terutama salinitas. Hal ini karena dalam osmoregulasi, proses regulasi terjadi melalui konsentrasi ion dan air di dalam tubuh dengan kondisi dalam lingkungan hidupnya.

Regulasi ion dan air pada ikan terjadi hipertonik, hipotonik atau isotonik tergantung pada perbedaan (lebih tinggi, lebih rendah atau sama) konsentrasi cairan tubuh dengan konsentrasi media. Perbedaan tersebut dapat dijadikan sebagai strategi dalam menangani komposisi cairan ekstraselular dalam tubuh ikan. Untuk ikan-ikan potadrom yang bersifat hiperosmotik terhadap lingkungannya dalam proses osmoregulasi, air bergerak ke dalam tubuh dan ion-ion keluar ke lingkungan dengan cara difusi. Keseimbangan cairan tubuhnya dapat terjadi dengan cara meminum sedikit air atau bahkan tidak minum sama sekali. Kelebihan air dalam tubuhnya dapat dikurangi dengan membuangnya dalam bentuk urin. Untuk ikan-ikan oseanodrom yang bersifat hipoosmotik terhadap lingkungannya, air mengalir secara osmose dari dalam tubuhnya melalui ginjal, insang dan kulit ke lingkungan, sedangkan ion-ion masuk ke dalam tubuhnya secara difusi. Sedangkan untuk ikan-ikan eurihalin, memiliki kemampuan untuk dengan cepat menyeimbangkan tekanan osmotik dalam tubuhnya dengan media (isoosmotik), namun karena kondisi lingkungan perairan tidak selalu tetap, maka proses ormoregulasi seperti halnya ikan potadrom dan oseanodrom tetap terjadi (Storer, 1968).

Salinitas atau kadar garam adalah jumlah kandungan bahan padat dalam satu kilogram air laut, dalam hal mana seluruh karbonat telah diubah menjadi oksida, brom dan yodium yang telah disetarakan dengan klor dan bahan organik yang telah dioksidasi. Secara langsung, salinitas media akan mempengaruhi tekanan osmotik cairan tubuh ikan. Pengetahuan tentang metabolisme dapat juga dikaitkan dengan beberapa cabang ilmu lain, misalnya genetika, toksikologi dan keilmuan lain sehingga ikan yang dihasilkan dapat memiliki kualitas yang lebih unggul dari sebelumnya. Hal ini karena ikan menginvestasikan sebesar 25-50% dari total output metabolik dalam mengontrol komposisi cairan intra- dan ekstraselularnya.
            Perubahan kadar salinitas mempengaruhi tekanan osmotik cairan tubuh ikan, sehingga ikan melakukan penyesuaian atau pengaturan kerja osmotik internalnya agar proses fisiologis di dalam tubuhnya dapat bekerja secara normal kembali. Apabila salinitas semakin tinggi, ikan berupaya terus agar kondisi homeostasi dalam tubuhnya tercapai, hingga pada batas toleransi yang dimilikinya. Kerja osmotik tersebut memerlukan energi yang lebih tinggi pula. Hal tersebut juga berpengaruh kepada waktu kenyang (satiation time) dari ikan tersebut
(Fujaya, 1999).
Ikan laut hidup pada lingkungan yang hipertonik terhadap jaringan dan cairan tubuhnya, sehingga cenderung kehilangan air melalui kulit dan insang, dan kemasukan garam-garam. Untuk mengatasi kehilangan air, ikan meminum air laut sebanyak-banyaknya. Dengan demikian, berarti kandungan garam akan meningkat dalam cairan tubuh. Padahal, dehidrasi dicegah dengan proses ini dan kelebihan garam harus dihilangkan.
      Karena ikan laut dipaksa oleh kondisi osmotik untuk mempertahankan air, volume air seni pada ikan air laut lebih sedikit dibandingkan pada ikan air tawar. Tubuli ginjal mampu berfungsi sebagai penahan air. Jumlah glomeruli ikan laut cenderung lebih sedikit dan bentuknya lebih kecil daripada ikan air tawar.
      Kira-kira 90% hasil buangan nitrogen yang dapat disingkirkan melalui insang, sebagian besar berupa amonia dan sejumlah kecil urea. Meskipun demikian, air seni masih mengandung sedikit senyawa tersebut.
Air seni Osteichthyes mengandung (Lehinger, 1998) :
1.      Creatine
2.      Creatinine
3.      Senyawa Nitrogen
4.      Trimetilaminoksida (TMAO)

Gambar Osmoregulasi Ikan Air Laut
Urine yang dihasilkan mengandung konsentrasi air yang tinggi. Ikan air laut memiliki konsentrasi garam yang tinggi di dalam darahnya. Ikan air laut cenderung untuk kehilangan air di dalam sel-sel tubuhnya karena proses osmosis. Untuk itu, insang ikan air laut aktif mengeluarkan garam dari tubuhnya. Untuk mengatasi kehilangan air, ikan ‘minum’air laut sebanyak-banyaknya. Dengan demikian berarti pula kandungan garam akan meningkat dalam cairan tubuh. Padahal dehidrasi dicegah dengan proses ini dan kelebihan garam harus dihilangkan. Karena ikan laut dipaksa oleh kondisi osmotik untuk mempertahankan air, volume air seni lebih sedikit dibandingkan dengan ikan air tawar. Tubuli ginjal mampu berfungsi sebagai penahan air. Jumlah glomeruli ikan laut cenderung lebih sedikit dan bentuknya lebih kecil daripada ikan air tawar (Soeseno, 1997).
osmoreg.jpgGambar perbedaan osmoregulasi ikan air laut dan ikan air tawar ( Campbell, 2005)

2.3.2        Burung
Pada burung pengaturan keseimbangan air ternyata berkaitan erat dengan proses mempertahankan suhu tubuh. Burung yang hidup didaerah pantai dan memperoleh makanan dari laut (burung laut) menghadapi masalah berupa pemasukan garam yang berlebihan. Hal ini berarti bahwa burung tersebut harus berusaha mengeluarkan kelebihan garam dari tubuhnya. Burung mengeluarkan kelebihan garam tersebut melalui kelenjar garam, yang terdapat pada cekungan dangkal dikepala bagian atas, disebelah atas setiap matanya, didekat hidung. Apabila burung laut menghadapi kelebihan garam didalm tubhnya, hewan itu akan menyekresikan cairan pekat yang banyak mengandung NaCl. Kelenjar garam ini hanya aktif pada saat tubuh burung dijenuhkan oleh garam.

bird_salt.jpg
Gambar Kelenjar pengekskresi garam pada burung ( Campbell, 2005)

Kelenjar pengekskresi garam pada burung (a) banyak burung laut, seperti albatros dapat meminum air laut karena mempunyai sepasang kelenjar nasal yang mengeluarkan garam. Kelanjar itu mengosongkan isinya melalui sebuah saluran ke dalam lubang hidung, dan larutan asin itu berjalan disepanjang suatu lekukan sampai ke ujung paruh atau bisa juga dikeluarkan dalam bentuk udara ekshalasi dari lubang hidung. (b) gambar ini menunjukan salah satu dari beberapa ribu tubula sekresi dalam satu kelenjar pengekskresi garam. Masing-masing tubula dilapisi oleh epithelium transpor yang dikelilingi oleh kapiler, dan mengosongkan isinya ke dalam saluran tengah.(c) sel-sel epithelium transpor ini memompakan garam dari darah ke dalam tubula. Perhatikan bahwa darah mengalir melawan aliran sekresi garam itu dengan cara mempertahankan suatu gradien konsentrasi garam dalam tubula itu, sistem lawan arus ini meningkatkan pemindahan garam dari darah ke lumen tubula.


2.3.3        Reptil
Hewan dari kelas reptile, meliputi ular, buaya, dan kura-kura memiliki kulit yang kerimg dan bersisik. Keadaan kulit yang kering dan bersisik tersebut diyakini merupakan cara beradaptasi yang baik terhadap kehidupan darat, yakni agar tidak kehilangan banyak air. Untuk lebih menghemat air, hewan tersebut menghasilkan zat sisa bernitrogen dalam bentuk asam urat, yang pengeluarannya hanya membutuhkan sedikit air. selain itu, Reptil juga melakukan penghematan air dengan menghasilkan feses yang kering. Bahkan, kadal dan kura-kura pada saat mengalami dehidrasi mampu memanfaatkan urin encer yang dihasilkan dan disimpan dikandung kemihnya dengan cara mereabsorbsinya.














BAB III
KESIMPULAN

            Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari makalah tersebut adalah sebagai berikut:
1.      Osmoregulasi dan ekskresi merupakan 2 macam proses yang berperan dalam homoestasis untuk mengatur dan menjaga kestabilan lingkungan internal pada makhluk hidup terhadap pengaruh perubahan lingkungan eksternalnya
2.      Osmoregulasi dilakukan dengan berbagai cara melalui :
a.       Ginjal
b.      Kulit
c.       Membran mulut
3.      Pada serangga, saluran Malpighi bersama-sama dengan saluran pencernaan bagian belakang membentuk system ekskretori-osmoregulatori utama.
4.      Mamalia mengatasi stress osmotic dan pemeliharaan keseimbangan air dehidrasi dengan variasi pengambilan air dan dengan mengontrol jalan kehilangan air.
5.      Ikan-ikan air laut menunjukkan kemampuan regulasi ionic, dan total osmokonsentrasi berbeda-beda secara luas dengan mengubah-ubah asam amino.
  1. Ikan laut hidup pada lingkungan yang hipertonik terhadap jaringan dan cairan tubuhnya, sehingga cenderung kehilangan air melalui kulit dan insang, dan kemasukan garam-garam.
  2. Ikan-ikan yang hidup di air tawar mempunyai cairan tubuh yang bersifat hiperosmotik terhadap lingkungan, sehingga air cenderung masuk ketubuhnya secara difusi melalui permukaan tubuh yang semipermiable.
  3. Regulasi osmotik Amfibi mirip ikan air tawar, kulitnya berperan sebagai organ osmoregulasi utama.
9.      Pada hewan reptile dan burung yang ada di perairan tawar dan laut sama dalam mekanisme osmoregulasinya tetapi ada hal yang berbeda.
  1. Osmosis memainkan peranan yang sangat penting pada tubuh makhluk hidup, misalnya, pada membrane sel darah merah.



DAFTAR PUSTAKA
Campbell, Neil A. 2005. Biologi jilid III. Jakarta: Erlangga
Fujaya, Y. 1999. Bahan Pengajaran Fisiologi Ikan. Makassar: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Hasanuddin
Fujaya, Y. 2004. Fisiologi Ikan. Jakarta: Rineka Cipta
Hurkat, P.C. & Mathur. 1976. A Text Book of Animal Physiology. New York: Shcand and Co. Ltd
Kaneko, T., Shiraishi, K., Katoh, F., Hasegawa, S., dan Hiroi, J. 2002. Chloride cells during early life stages of fish and their functional differentiation. Fisheries Science 68: 1-9.
Lehinger AL. 1998. Dasar-Dasar Biokimia 1. Thenawijaya M, penerjemah. Jakarta: Erlangga.
Marshall, W.S., dan M. Grosell. 2006. Ion transport, osmoregulation, and acid-base balance. In the Physiology of Fishes, Evans, D.H., and Claiborne, J.B. (eds.). taylor and Francis Group.
Rahardjo. 1980. Ichthyologi. Bogor: Institut Pertanian Bogor
Soeseno, S. 1997. Pemeliharaan Ikan di Kolam Pekarangan. Yogyakarta: Kanisius
Soewolo, 2000. Pengantar Fisiologi Hewan. Malang: Proyek Pengembangan Guru Sekolah Menengah
Soewolo,dkk. 1994. Fisiologi Hewan. Jakarta: UT
Storer, T. I. 1968. General Zoology. Saunders Company: Philadelphia.
Suntoro, S. H. 1994. Anatomi dan Fisiologi Hewan. Salemba Medika: Jakarta. 
Takeuchi, K., H. Toyohara, dan M. Sakaguchi. 2000. Effect of hyper- and hypoosmotic stress on protein in cultured epidermal cell of common carp. Fisheries Science 66: 117-123.
Wulangi, S Kartolo. 1993. Prinsip-prinsip fisiologi Hewan. Bandung: DepDikBud

Selasa, 12 Juni 2012

ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN (AMDAL) “TAMBANG BATU BARA DI PT. KALTIM PRIMA COAL”

BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Kalimantan Timur merupakan salah satu penghasil tambang yangmemiliki potensi sumber daya alam yang kaya di Indonesia, minyak mentah,emas, intan, dan batubara adalah beberapa hasil tambang yang berskala besar ditiap tahunnya . Tambang batubara merupakan produk andalan yang berasal dari Kalimantan Timur sekarang ini. Namun, batubara adalah suatu kategori sumber daya alam yang tak terbaharui, sehingga keberadaannya harus dijaga. Sehingga pembangunan nasional dapat bergulir terus-menerus dengan mengedepankansumber daya alam yang dikelola secara baik.Salah satu tujuan pembangunan nasional adalah meningkatkankesejahteraan masyarakat yang berkeadilan dan berprikemanusiaan. Ketersediaansumberdaya alam dalam meningkatkan pembangunan sangat terbatas dan tidak merata, sedangkan permintaan sumberdaya alam terus meningkat, akibat peningkatan pembangunan untuk memenuhi kebutuhan penduduk. Namun, dalamtahap pembangunan nasional, beberapa masyarakat kini dianggap berkesan acuhs ecara minor terutama akan ”aturan main” dalam menanggapi lingkungan,dikhawatirkan akan terjadi ekploitasi lahan usaha yang pada akhirnya gangguan kesetimbangan lingkungan tidak dapat dihindarkan.Dalam rangka upaya mengendalikan pencemaran dan kerusakanlingkungan akibat pembangunan maka, perlu dilakukan perencanaan pembangunan yang dilandasi prinsip pembangunan berkelanjutan. Prinsip pembangunan berkelanjutan dilakukan dengan memadukan kemampuanlingkungan, sumber daya alam dan teknologi ke dalam proses pembangunanuntuk menjamin generasi masa ini dan generasi masa mendatang.

Analisa mengenai dampak lingkungan lahir dengan dirumuskannyaundang- undang tentang lingkungan hidup di Amerika Serikat, yaitu NationalEnvironmental Policy Act (NEPA), pada tahun 1969. Amdal merupakan suatureaksi masyarakat terhadap kerusakan lingkungan yang disebabka oleh aktivitasmanusia yang terutama disebabkan oleh pembangunan dan penggunaan teknologiyang berlebihan dan terkesan mengabaikan lingkungan. Hal ini termasuk dalamkesehatan lingkungan yang dalam artian derajat kesehatan tergantung terhadapkondisi lingkungan. Oleh sebabnya, apabila ada perubahan-perubahan terjadi pada kondisi lingkungan di sekitar manusia, akan terjadi pula perubahan- perubahan pada kondisi kesehatan masyarakat dalam lingkungan masyarakattersebut.Di dalam Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang PengelolaanLingkungan Hidup pasal 18 ayat 1, menyatakan bahwa setiap rencana usahadan/atau kegiatan yamg mempunyai dampak besar dan penting wajib dilakukankajian AMDAL. Kajian AMDAL tersebut perlu dilakukan guna mengurangidampak negatif yang ditimbulkan dari operasional kegiatan terutama pencemaranudara yang diperkirakan punya pengaruh buruk terhadap kesehatan.
1.2Rumusan Masalah
1.Bagaimana deskripsi umum daerah pertambangan batu bara di PT. KaltimPrima Coal?
2.Apa paradigma kesehatan lingkungan yang terjadi di PT. Kaltim Prima Coal?
3.Bagaimana upaya penanganan yang dapat dilakukan untuk mengatasi dampak negatif akibat kegiatan pertambangan di PT. Kaltim Prima Coal?
1.3Tujuan
1.Untuk mengetahui deskripsi umum daerah pertambangan batu bara di PT.Kaltim Prima Coal
2.Untuk mengetahui paradigma kesehatan lingkungan yang terjadi di PT.Kaltim Prima Coal
3.Untuk mengetahui upaya penanganan yang dapat dilakukan untuk mengatasidampak negatif akibat kegiatan pertambangan di PT. Kaltim Prima Coal




BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Limbah
Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang PengelolaanLingkungan Hidup, yang dimaksud dengan pencemaran lingkungan hidup adalah: masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan atau komponenlain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga kualitasnyaturun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan hidup tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukannya.Karena limbah industri pada umumnya bersifat sebagai bahan berbahayadan beracun (B3), maka substansi atau zat beracun di lingkungan yang sangatmenjadi perhatian ialah yang bersumber pada kegiatan manusia yang dibuang kelingkungan sebagai limbah.Karena kajian toksikologi adalah bahan beracun, maka obyek toksikologilingkungan ialah limbah kimia yang beracun, umumnya termasuk kelompok limbah bahan berbahaya dan beracun (hazardous waste and toxic chemical).Sedangkan yang dimaksud dengan toxicologi lingkungan adalah pengetahuan yang mempelajari efek substansi toksik (beracun) yang terdapat dilingkungan alam maupun lingkungan binaan; mempelajari dampak atau resikokeberadaan substansi tersebut terhadap makhluk hidup.Didalam Peraturan Pemerintah R.I. Nomor 18 Tahun 1999 tentangPengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun, yang dimaksud dengan B3dapat diartikan “Semua bahan/ senyawa baik padat, cair, ataupun gas yangmempunyai potensi merusak terhadap kesehatan manusia serta lingkungan akibatsifat-sifat yang dimiliki senyawa tersebut”.Limbah B3 diidentifikasi sebagai bahan kimia dengan satu atau lebihkarakteristik :

• mudah meledak
• mudah terbakar
• bersifat reaktif
• beracun
• penyebab infeksi
• bersifat korosif.
Limbah B3 dari kegiatan industri yang terbuang ke lingkungan akhirnyaakan berdampak pada kesehatan manusia. Dampak itu dapat langsung darisumber ke manusia, misalnya meminum air yang terkontaminasi atau melaluirantai makanan, seperti memakan ikan yang telah menggandakan (biologicalmagnification) pencemar karena memakan mangsa yang tercemar.

2.2. Paradigma Kesehatan Lingkungan
Dalam paradigma Kesehatan Lingkungan ada 4 simpul yang berkaitandengan proses pajanan B3 yang dapat mengganggu kesehatan.
Simpul 1 : Jenis dan skala kegiatan yang diduga menjadi sumber pencemar atau biasa disebut sebagai sumber emisi B3.
Sumber emisi B3 pada umumnya berasal dari sektor industri, transportasi,yang mengeluarkan berbagai bahan buangan yang mengandung senyawakimia yang tidak dikehendaki. Emisi tersebut dapat berupa gas, cairan,maupun partikel yang mengandung senyawa organik maupun anorganik.
Simpul 2 : Media lingkungan (air, tanah, udara, biota)
Emisi dari simpul 1 dibuang ke lingkungan, kemudian menyebar secara luasdi lingkungan sesuai dengan kondisi media transportasi limbah. Bila melaluiudara, maka sebarannya tergantung dari arah angin dominan dan dapatmenjangkau wilayah yang cukup luas. Bila melalui air maka dapat menyebar sesuai dengan arah aliran yang sebarannya dapat sangat jauh. Komponen lainyang ikut menyebarkan emisi tersebut adalah biota air yang ikut tercemar.

Simpul 3 : Pemajanan B3 ke manusia
Di lingkungan, manusia dapat menghirup udara yang tercemar, minum air yang tercemar, makan makanan yang terkontaminasi dan dapat pulakemasukan B3 melalui kulit. Pada umumnya titik pemajanan B3 kedalamtubuh manusia melalui pernafasan, oral (mulut) dan kulit.
Simpul 4 : Dampak Kesehatan yang timbul
Akibat kontak dengan B3 atau terpajan oleh pencemar melalui berbagai caraseperti pada simpul 3, maka dampak kesehatan yang timbul bervariasi dariringan, sedang, sampai berat bahkan sampai menimbulkan kematian,tergantung dari dosis dan waktu pemajanan. Jenis penyakit yang ditimbulkan, pada umumnya merupakan penyakit non infeksi antara lain : keracunan,kerusakan organ, kanker, hypertensi, asma bronchioli, pengaruh pada janinyang dapat mangakibatkan lahir cacat (cacat bawaan), kemunduran mental,gangguan pertumbuhan baik fisik maupun psikis, gangguan kecerdasan dll(Wijanto,___)Akibat yang ditimbulkan lebih jauh : biaya mahal, belum tentu berhasil untuk pemulihan kesehatan, generasi yang tidak produktif, kehidupan sosial yangtidak mapan bahkan depresi berkelanjutan.
2.3. Pengertian AMDAL dan ANDAL
Analisa Dampak Lingkungan (ANDAL) adalah telaah secara cermat danmendalam tentang dampak penting suatu kegiatan yang direncanakan. Sedangkan,Analisa Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) adalah hasil studi mengenaidampak suatu kegiatan yang direncanakan terhadap lingkungan hidup,yangdiperlukan bagi proses pengambilan keputusan. Selanjutnya AMDAL dirumuskansebagai suatu analisis mengenai dampak lingkungan dari suatu proyek yangmeliputi pekerjaan evaluais dan pendugaan dampak proyek dari bangunanya,

prosesnya maupun system dari proyek terhadaplingungan yang berlanjut kelingkungan hidup.Berdasarkan Amdal dan Andal yang ada, umumnya dilatarbelakangi olehisu-isu yang menjadi permasalahan dalam menanggapi keseimbangan lingkunganitu sendiri, diantaranya,:
1)Dampak perubahan bentang alam yang menyebabkan terjadinya gangguanestetika lingkungan.
2)Kemungkinan terjadinya penurunan kualitas udara akibat pengerukan dan penggalian oleh penggunaan alat berat yang menyebabkan penurunankesuburan tanah.
3)Dampak peningkatan erosi tanah terhadap penurunan kualitas ekosistem perairan sungai.
4)Gangguan satwa liar akibat hilangnya vegetasi penutup tanah.
5)Kemungkinan terjadinya air asam tambang yang menyebabkan gangguanterhadap ekosistem darat dan perairan.
6)Penuruan kualitas udara akibat pengoperasian alat-alat berat dan pengangkutan batubara yang menyebabkan penurunan kesehatan masyarakat.
7)Penurunan kualitas sungai yang pada gilirannya akan menimbulkan dampak sosial karena masyarakat setempat sangat tergantung pada keberadaan sungaitersebut.
2.4. Pengertian Batubara
Batubara merupakan salah satu tambang bahan bakar fosil yang dimilikiIndonesia yang kaya. Secara umum, batubara adalah batuan sedimen dalam tanahyang dapat terbakar, terbentuk dari endapan organic utamanya adalah sisa-sisatumbuhan dan terbentuk melalui proses pembatubaraan yang selama beribu-ributahun lamanya. Unsur utamanya adalah karbon (berwarna hitam pekat), hydrogen,nitrogen, sulfur dan oksigen serta tidak menutup kemungkinan memiliki zat-zattambahan yang kandungannya kecil. Batubara dalam tambang memiliki bijih yang sangat kasar dalam bentuk serbuk, pasir dan terkadang batuan yang cukuphingga besar. Artinya dalam pengelolaan yang baik dapat meminimalisir gangguan, baik gangguan kesehatan maupun lingkungan.
2.5. AMDAL Pertambangan
Kegiatan pertambangan yaitu suatu kegiatan untuk mengambil bahangalian berharga dari lapisan bumi, Selama kurun waktu 50 tahun, konsep dasar pengolahan relatif tidak berubah, yang berubah adalah skala kegiatannya.Mekanisasi peralatan dan teknologi pertambangan telah menyebabkan skala pertambangan semakin besar dan ekstraksi kadar rendah pun menjadi ekonomissehingga semakin luas dan dalam lapisan bumi yang harus digali. Inimenyebabkan kegiatan t
ambang menimbulkan dampak lingkungan yang besar dan penting. Dampak besar dan penting itulah yang selanjutnya dikaji didalamAMDAL.Kegiatan pertambangan selain menimbulkan dampak lingkungan, jugamenimbulkan dampak sosial kompleks. Oleh sebab itu, AMDAL suatu kegiatan pertambangan harus dapat menjawab dua tujuan pokok (World Bank, 1998),“(1).Memastikan bahwa biaya lingkungan, sosial dan kesehatan dipertimbangkandalam menentukan kelayakan ekonomi dan penentuan alternatif kegiatan yangakan dipilih. (2).Memastikan bahwa pengendalian, pengelolaan, pemantauan sertalangkah-langkah perlindungan telah terintegrasi di dalam desain danimplementasi proyek serta rencana penutupan tambang.”
2.6. Ruang Lingkup Kegiatan Pertambangan
Di dalam AMDAL akan dikaji dampak yang ditimbulkan dari sutaukegiatan pada setiap tahapan, tahap-tahapan tersebut seperti tahap pra konstruksi,konstruksi, operasi dan pasca operasi. Didalam pertambangan tahapan-tahapantersebut adalah:Kegiatan pertambangan pada umumnya memiliki tahap-tahap kegiatansebagai berikut:

•Eksplorasi
•Ekstrasi
•Pembangunan infrastuktur, jalan akses dan sumber energi
•Pembangunan kamp kerja dan kawasan pemukiman
Untuk mengetahui kegiatan apa saja yang wajib untuk melakukan AMDALdapat dilihat pada Lampiran PERMEN LH NO 11 tahun 2006 tentang JenisRencana Usaha dan/atau Kegiatan Yang Wajib Dilengkapi Dengan AnalisisMengenai Dampak Lingkungan Hidup.
2.7.Dampak Penambangan Batu Bara Terhadap Kesehatan Masyarakat
Mekanisasi peralatan pertambangan telah menyebabkan skala pertambangan semakin membesar. Perkembangan teknologi pengolahanmenyebabkan ekstraksi bijih kadar rendah menjadi lebih ekonomis, sehinggasemakin luas dan dalam lapisan bumi yang harus di gali. Hal ini menyebabkankegiatan tambang menimbulkan dampak lingkungan yang sangat besar dan bersifat penting. US-EPA (1995) telah melakukan studi tentang pengaruhkegiatan pertambangan terhadap kerusakan lingkungan dan kesehatan manusia pada 66 kegiatan pertambangan. Hasil studi memperlihatkan bahwa pencemaranair permukaan dan air tanah merupakan dampak lingkungan yang sering terjadiakibat kegiatan tersebut.Frekuensi terjadinya dampak lingkungan dari 66 kegiatan pertambangan.


Catatan: Tidak termasuk pencemaran oleh emisi gas buang yang keluar darialat pengendali pencemaran udara.United Nations Environment Programme (UNEP, 1999) menggolongkandampak-dampak yang timbul dari kegiatan pertambangan sebagai berikut:
•Kerusakan habitat dan biodiversity pada lokasi pertambangan
•Perlindungan ekosistem/habitat/biodiversity di sekitar lokasi pertambangan.
•Perubahan landskap/gangguan visual/kehilangan penggunaan lahan
•Stabilisasi site dan rehabilitasi
•Limbah tambang dan pembuangan tailing
•Kecelakaan/ terjadinya longsoran fasilitas tailing
•Peralatan yang tidak digunakan , limbah padat, limbah rumah tangga
•Emisi Udara
•Debu
•Perubahan Iklim
•Konsumsi Energi
•Pelumpuran dan perubahan aliran sungai
•Buangan air limbah dan air asam tambang
•Perubahan air tanah dan kontaminasi
•Limbah B3 dan bahan kimia
•Pengelolaan bahan kimia, keamanan, dan pemaparan bahan kimia ditempat kerja
•Kebisingan
•Radiasi
•Keselamatan dan kesehatan kerja
•Toksisitas logam berat
•Peninggalan budaya dan situs arkeologi

Kesehatan masyarakat dan pemukiman di sekitar tambangPenambangan dapat menyebabkan kecelakaan-kecelakaan yang seriusseperti kebakaran-kebakaran, ledakan-ledakan, atau lorong-lorong galian yangrubuh yang dapat menimbulkan dampak pada orang-orang yang bermukim dikomunitas sekitar tambang. Dampak dan bahaya yang mengancam kesehatanmasih juga dirasakan di tempat-tempat bekas daerah yang pernah ditambang,karena orang-orang dapat terpapar limbah tambang dan bahan-bahan kimia yangmasih melekat di tanah dan di air.1.Gangguan Kesehatan yang Dialami Pekerja TambangGangguan-gangguan kesehatan yang sering dialami oleh pekerja tambangdiantaranya :
a. Debu, tumpahan bahan kimia, asap-asap yang beracun, logam-logam berat dan radiasi dapat meracuni penambang dan menyebabkangangguan kesehatan sepanjang hidup mereka.
b. Mengangkat peralatan berat dan bekerja dengan posisi tubuh yang janggal dapat menyebabkan luka-luka pada tangan, kaki, dan punggung.
c.Penggunaan bor batu dan mesin-mesin vibrasi dapat menyebabkankerusakan pada urat syaraf serta peredaran darah, dan dapatmenimbulkan kehilangan rasa, kemudian jika ada infeksi yang sangat berbahaya seperti gangrene, bisa mengakibatkan kematian.
d.Bunyi yang keras dan konstan dari peralatan dapat menyebabkanmasalah pendengaran, termasuk kehilangan pendengaran.
e.jam kerja yang lama di bawah tanah dengan cahaya yang redup dapatmerusak penglihatan.
f. Bekerja di kondisi yang panas terik tanpa minum air yang cukup dapatmenyebabkan stres kepanasan.

Gejala-gejala dari stres kepanasan berupa pusing-pusing, lemah, dan detak jantung yang cepat, kehausanyang sangat, dan jatuh pingsan.2.Gangguan Kesehatan yang Dialami Masyarakata.Udara yang tercemar Penyakit paru-paru hitam (black lung diseases) disebabkan oleh debu batu bara yang menyumbat paru-paru, menyebabkan masalah pernapasanyang sangat serius dan permanen. Penambang-penambang batu bara bawahtanah, anak-anak dan perempuan-perempuan yang bekerja memisahkan batudari batu bara, sering mengalami penyakit paru-paru hitam ini.Debu dari pertambangan dapat membuat sulit bernapas. Jumlah debuyang banyak menyebabkan paru-paru dipenuhi cairan dan membengkak.Tanda-tanda dari kerusakan paru-paru akibat terpapar debu antara lain:
•napas pendek, batuk-batuk, napas yang berdesah
•batuk-batuk yang mengeluarkan dahak kuning atau hijau (lender dari paru- paru)
•sakit leher
•kulit membiru dekat kuping atau bibir
•sakit dada
•tidak ada nafsu makan
•rasa lelah
b.Air yang tercemar

Pertambangan menggunakan air dalam jumlah yang banyak danmeninggalkan sejumlah besar limbah yang mencemari sumber-sumber air dan orang-orang yang bergantung pada pertambangan. Walaupun semuaoperasi tambang cenderung mencemari air, namun kebanyakan masalahyang paling besar datang dari kegiatan perusahaan-perusahaan besar. Air permukaan dan air tanah di lokasi-lokasi tambang dapat tercemar selama bertahun-tahun kemudian. Karena air habis digunakan, lahan dapatmengalami kekeringan dan tidak dapat digunakan untuk pertanian ataumenggembala ternak. Kerusakan jangka panjang akibat air yangterkontaminasi akan berakhir jauh lebih lama dibanding keuntunganekonomis jangka pendek yang diperoleh dari kegiatan pertambangan.
c. Lahan dan tanah menjadi rusak
Rusaknya tanah akibat kegiatan pertambangan dapat menyebabkantanah menjadi tidak subur sehingga tanaman menjadi sulit tumbuh didaerah tersebut. Hal ini dapat berdampak pada terjadinya kesulitan pangandan kelaparan.d.Masalah-masalah sosialPertambangan berdampak langsung pada kesehatan, yakni ketikaorang-orang bekerja dengan kondisi yang berbahaya dan terpapar oleh bahan-bahan kimia beracun. Di samping itu pertambangan juga berdampak pada kondisi kesehatan melalui masalah-masalah sosial yang dibawanya.Kota-kota dan perkampungan tambang terbentuk cepat, dengan sedikit atautanpa perencanaan. Hal ini biasanya menimbulkan banyak masalah. Oranglaki-laki berdatangan mencari pekerjaan di tambang, kaum perempuanyang membutuhkan penghasilan menjadi pekerja seks, dan kombinasi inidapat menjadi sumber yang dapat dengan cepat menyebarkan infeksiHIV/AIDS dan penyakit kelamin menular lainnya. Kondisi mendadak kayadan mendadak miskin yang dibawa oleh sektor pertambangan ini seringdiikuti oleh meningkatnya kekerasan terhadap perempuan dan anak-anak,

perlakukan sewenang-wenang yang dilakukan oleh pemilik tambangterhadap pekerja tambang dan perkelahian untuk memperebutkan hak atassumberdaya. Banyak warga yang terpaksa meninggalkan komunitasmereka karena alasan kekerasan atau karena merasa tidak mungkin lagi bisa hidup seperti saat sebelum tambang dibuka.
2.8. Penanganan Penambangan
Untuk metoda penambangan bawah tanah (underground mining) dampak negatifnya terhadap lingkungan hidup agak terbatas. Yang perlu diperhatikan dandiwaspadai adalah dampak pembuangan batuan samping (countryrock/waste) dan air berlumpur hasil penirisan tambang (mine drainage). Kecuali untuk metode ambrukan (caving method) yang dapat merusak bentang alam(landscape) atau morfologi, karena terjadinya amblesan (surfacesubsidence).Metoda penambangan bawah tanah yang dapat mengurangi timbulnya gas-gas beracun dan berbahaya adalah penambangan dengan “auger” (auger mining),karena untuk pemberaiannya (loosening) tidak memakai bahan peledak.Untuk menekan terhamburnya debu ke udara, maka harus dilakukan penyiraman secara teratur disepanjang jalan angkut, tempat-tempat pemuatan, penimbunan dan peremukan (crushing). bahkan disetiap tempat perpindahan(transfer point) dan peremukan sebaiknya diberi bangunan penutup serta unit pengisap debu.Untuk menghindari timbulnya getaran (ground vibration) dan lemparan batu (fly rock) yang berlebihan sebaiknya diterapkan cara-cara peledakan yang benar, misalnya dengan menggunakan detonator tunda (millisecond delaydetonator) dan peledakan geometri (blasting geometry) yang tepat.Lumpur dari penirisan tambang tidak boleh langsung dibuang ke badan air (sungai, danau atau laut), tetapi harus ditampung lebih dahulu di dalam kolam-kolam pengendapan (settling pond) atau unit pengolahan limbah (treatment plant) terutama sekali bila badan air bebas itu dipakai untuk keperluan domestik oleh penduduk yang bermukim disekitarnya.Segera melaksanakan cara-cara reklamasi/ rehabilitasi/restorasi yang baik terhadap lahan-lahan bekas penambangan. Misalnya dengan meratakan daerah-daerah penimbunan tanah penutup atau bekas penambangan yang telah ditimbunkembali (back filled areas) kemudian ditanami vegetasi penutup (ground cover vegetation) yang nantinya dapat dikembangkan lebih lanjut menjadi lahan pertanian atau perkebunan. Sedangkan cekungancekungan bekas penambanganyang berubah menjadi genangan-genangan air atau kolam-kolam besar sebaiknyadapat diupayakan agar dapat dikembangkan pula menjadi tempat budi-daya ikanatau tempat rekreasi.

















BAB III
PEMBAHASAN3
.
3.1 Deskripsi Tempat
PT. Kaltim Prima Coal merupakan perusahaan tambang batubara yangterletak di Kabupaten Kutai Timur yang didirikan dengan akta No 28 tanggal 8Maret 1982 dan mendapatkan pengesahan dari Menteri Kehakiman RI sesuaidengan Surat Keputusan No. Y.A.5/208/25 tanggal 16 Maret 1982 dan telahdiumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia tanggal 20 Juli 1982 No 61Tambahan Nomor 967. Sejak awal beroperasi pada tahun 1992, KPC merupakan perusahaan modal asing (PMA) yang dimiliki oleh British PetroleumInternational Ltd(BP) dan Conzinc Rio Tinto of Australia Ltd. (Rio Tinto) dengan pembagian saham masing-masing 50%.
Berdasarkan Akta No. 9 tanggal 6 Agustus 2003 dan Bukti Pelaporan dariMenteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia RI No. C-UM 02 01.12927tertanggal 11 Agustus 2003, saham KPC dimiliki oleh BP dan Rio Tingo telahdialihkan kepada Kalimantan Coal Ltd. Dan Sengata Holding Ltd, dan yangselanjutnya pada tanggal 18 Oktober 2005, sesuai dengan Akta Notaris No 3tanggal 18 Oktober 2005, PT. Bumi Resources Tbk telah mengakusisi sahamKalimantan Coal Ltd dan Sengata Holding Ltd. Berdasarkan akta notaris No 34tanggal 4 Mei 2007, pemegang saham PT Kaltim Prima Coal mengalihkan 30%sahamnya kepada Tata Power (Mauritius) Ltd.
Berdasarkan Perjanjian Kontrak Karya Pengusahaan PertambanganBatubara (PKP2B) yang ditandatangai pada tanggal 8 April 1982, pemerintahmemberikan izin kepada KPC untuk melaksanakan eksplorasi, produksi danmemasarkan batubara dari wilayah perjanjian sampai dengan tahun 2021.Wilayah perjanjian PKP2B ini mencakup daerah seluas 90.938 Ha di KabupatenKutai Timur, Propinsi Kalimantan Timur.

3.2 Paradigma Kesehatan Lingkungan Proyek Batu-Bara.
Simpul 1 : Jenis dan skala kegiatan yang diduga menjadi sumberpencemar atau biasa disebut sebagai sumber emisi B3.
Dalam hal ini adalah sumber emisi yang berasal dari kegiatan pertambangan batu bara. Kegiatan pertambangan batu-bara yang menghasilkan sumber emisidiantaranya adalah:
1.Eksplorasi
Kegiatan eksplorasi tidak termasuk kedalam kajian studi AMDALkarena merupakan rangkaian kegiatan survey dan studi pendahuluan yangdilakukan sebelum berbagai kajian kelayakan dilakukan. Yang termasuk sebagai kegiatan ini adalah pengamatan melalui udara, survey geofisika,studi sedimen di aliran sungai dan studi geokimia yang lain, pembangunan jalan akses, pembukaan lahan untuk lokasi test pengeboran, pembuatanlandasan pengeboran dan pembangunan anjungan pengeboran.
2.Ekstraksi dan Pembuangan Limbah Batuan
Diperkirakan lebih dari 2/3 kegiatan ekstaksi bahan mineral diduniadilakukan dengan pertambangan terbuka. Teknik tambang terbuka biasanyadilakukan dengan open-pit mining, strip mining, dan quarrying, tergantung pada bentuk geometris tambang dan bahan yang digali.E
kstrasi bahan mineral dengan tambang terbuka sering menyebabkanterpotongnya puncak gunung dan menimbulkan lubang yang besar. Salahsatu teknik tambang terbuka adalah metode strip mining (tambang bidang).Dengan menggunakan alat pengeruk, penggalian dilakukan pada suatu bidang galian yang sempit untuk mengambil mineral. Setelah mineraldiambil, dibuat bidang galian baru di dekat lokasi galian yang lama. Batuanlimbah yang dihasilkan digunakan untuk menutup lubang yang dihasilkanoleh galian sebelumnya. Teknik tambang seperti ini biasanya digunakan
untuk menggali deposit batubara yang tipis dan datar yang terletak didekat permukaan tanah.
3.Pembangunan infrastruktur jalan akses dan pembangkit energi
Kegiatan pembangunan infrastruktur meliputi pembuatan akses didalam daerah tambang, pembangunan fasilitas penunjang pertambangan,akomodasi tenaga kerja, pembangkit energi baik untuk kegiatan konstruksimaupun kegiatan operasi dan pembangunan pelabuhan. Termasuk dalamkegiatan ini adalah pembangunan sistem pengangkutan di kawasantambang (misalnya : crusher, ban berjalan, rel kereta, kabel gantung, sistem perpipaan atau konsentrat bijih).
Dampak lingkungan, sosial dan kesehatan yang ditimbulkan olehkegiatan ini dapat bersifat sangat penting dan dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut :
1.Letak dan lokasi tambang terhadap akses infrastruktur dan sumber energi.
2. Jumlah kegiatan konstruksi dan tenaga kerja yang diperlukan sertatingkat migrasi pendatang.
3. Letak kawasan konsensi terhadap kawasan lindung dan habitat alamiah,sumber air bersih dan badan air, pemukiman penduduk setempat dantanah yang digunakan oleh masyarakat adat.
4. Tingkat kerawanan kesehatan penduduk setempat dan pekerja terhadap penyakit menular seperti malaria, AIDS, schistosomiasis.
4. Pembangunan Pemukiman Karyawan Dan Base Camp Pekerja
Kebutuhan tenaga kerja dan kualifikasi yang dibutuhkan untuk kegiatan pertambangan seringkali tidak dapat dipenuhi dari penduduk setempat. Tenaga kerja trampil perlu didatangkan dari luar, dengandemikian diperlukan pembangunan infrastruktur yang sangat besar.Jika jumlah sumberdaya alam dan komponen-komponen lingkunganlainnya sangat terbatas sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan

pendatang, sumberdaya alam akan mengalami degradasi secara cepat.Akibatnya akan terjadi konflik sosial karena persaingan pemanfaatansumber daya alam. Sebagai contoh, kegiatan pertambangan seringkalidikaitkan dengan kerusakan hutan, kontaminasi dan penurunan penyediaanair bersih, musnahnya hewan liar dan perdagangan hewan langka, serta penyebaran penyakit menular.
Simpul 2 : Media lingkungan
Media lingkungan yang ikut tercemar dikarenakan kegiatan pertambangan batu-bara. Emisi dari simpul 1 (proyek kegiatan pertambangan batu bara)yang dibuang ke lingkungan, kemudian menyebar secara luas di lingkungansesuai dengan kondisi media transportasi limbah. Emisi dari kegiatan tersebutmencemari air, udara dan tanah.

A.Air
Dari kegiatan proyek batu bara PT. Kaltim Prima Coal berdampak padakondisi air di daerah pertambangan tersebut, seperti :
1.Terjadinya perubahan bentang alam dan krisis air akibat penggalianyang luar biasa besar terhadap kerusakan bentang lahan dan kawasan air,sungai dan laut menjadi tercemar oleh limbah tambang tangkapan air sehingga kandungan air tanah menurun , musim kemarau, susah air danmusim hujan, terjadi banjir.
2. Air permukaan dan air tanah di lokasi-lokasi tambang dapat tercemar oleh logam berat kegiatan tambang batu-bara sehingga warga menjadikesulitan mendapatkan air.
3.Terjadinya air asam tambang.Drainase asam tambang terjadi ketika air dan udara bercampur dengansulfur dari lapisan bawah tanah (sulfida) untuk membentuk cairan asamyang melarutkan logam-logam berat dan limbah tambang beracun lainnya.
4.Dapat terjadi bencana banjir yang sangat berbahaya, dapatmenyebabkan rusak atau jebolnya bendungan penampung tailing sertainfrastruktur lainnya.

B.Udara
Dari kegiatan proyek batu bara PT. Kaltim Prima Coal berdampak padakondisi udara di daerah pertambangan tersebut, seperti :
1. Penambangan Batubara menyebabkan polusi udara, hal ini diakibatkandari adanya pembakaran batubara. Menghasilkan gas nitrogen oksidayang terlihat cokelat dan juga sebagai polusi yang membentuk “acid rain”(hujan Asam) dan “ground level ozone”, yaitu tipe lain dari polusi yangdapat membuat kotor udara. Selain itu debu-debu hasil pengangkatan batubara juga sangat berbahaya bagi kesehatan.
2.Polusi udara akibat dari flying ahses yang berbahaya bagi kesehatan penduduk dan menyebabkan infeksi saluran pernapasan.
3.Gas-gas yang terbentuk dari kegiatan batubara menghasilkan metan,karbon dioksida serta karbon monoksida, dan gas-gas lain yang akanterperangkap di celah-celah batuan yang ada di sekitar lapisan batubara.Yang dapat mencemari udara.
4.Gas-gas yang muncul di tambang dalam (underground) terbagi menjadi gas berbahaya (hazardous gas) dan gas mudah nyala (combustible gas). Gas berbahaya adalah gas yang dapat mempengaruhi kesehatan yang dapat menyebabkan kondisi fatal pada seseorang, sedangkan gas mudah nyala adalah gas yang berpotensi menyebabkan kebakaran dan ledakan di dalam tambang.
5.Pada tambang dalam, gas berbahaya yang sering ditemukan adalahkarbon monoksida (CO), sedangkan yang dapat muncul tapi jarangditemui adalah hidrogen sulfida (H2S), sulfur dioksida (SO2), dan nitrogen dioksida (NO2).
6.Untuk gas mudah nyala pada tambang batubara, sebagian besar adalahgas metan (CH4). Metan adalah gas ringan dengan berat jenis 0,558, tidak berwarna, dan tidak berbau. Gas ini muncul secara alami di tambang batubara bawah tanah sebagai akibat terbukanya lapisan batubara dan batuan di sekitarnya oleh kegiatan penambangan. Dari segi keselamatan tambang, keberadaan metan harus selalu di kontrol terkait dengan sifatnya yang dapat meledak. Gas metan dapat terbakar dan meledak ketika kadarnya di udara sekitar 5-15 persen dengan ledakan paling hebat pada saat konsentrasinya 9,5 persen pada saat terdapat sumber api yangmemicunya.
C.Tanah
Tidak hanya air dan udara yang tercemar, tanah juga mengalami pencemaran akibat pertambangan batubara ini, yaitu:
  1. .Kondisi fisik, kimia dan biologis tanah menjadi buruk, seperti contohnya lapisan tanah tidak berprofil, terjadi bulk density (pemadatan), kekurangan unsur hara yang penting, pH rendah, pencemaran oleh logam-logam berat pada lahan bekas tambang, serta penurunan populasi mikroba tanah.
  2. Terdapatnya lubang-lubang besar yang tidak mungkin ditutup kembaliyang menyebabkan terjadinya kubangan air dengan kandungan asamyang sangat tinggi. Air kubangan tersebut mengadung zat kimia sepertiFe, Mn, SO4, Hg dan PB. Fe dan Mn dalam jumlah banyak bersifat racun bagi tanaman yang mengakibatkan tanaman tidak dapat berkembangdengan baik.
  3. SO4 berpengaruh pada tingkat kesuburan tanah dan PH tanah, akibat pencemaran tanah tersebut maka tumbuhan yang ada diatasnya akan mati
  4. Terjadinya erosi dan sedimentasi.
  5. Terjadinya gerakan tanah atau longsoran

  • Simpul 3 : Pemajanan B3 ke manusia
Di lingkungan, manusia dapat menghirup udara yang tercemar, minum air yang tercemar, makan makanan yang terkontaminasi dan dapat pulakemasukan B3 melalui kulit yang bersal dari kegiatan pertambangan batu- bara. Pada umumnya titik pemajanan B3 kedalam tubuh manusia melalui pernafasan, oral (mulut) dan kulit.Pencemaran air, tanah dan udara akibat dari kegiatan pertambangan batu- bara ini masuk ke dalam tubuh manusia melalui pernafasan, oral dan kulit :
  1. .Untuk pencemaran udara yang penyebabnya dimulai dari pembakaranhutan untuk membuka lahan pertambangan, gas-gas yang terbentuk darikegiatan pertambangan batu bara sepeti metan, karbon dioksida, karbonmonoksida sampai gas –gas yang muncul di dalam tambang (gas berbahaya dan mudah menyala) masuk ke dalam tubuh manusia melalui pernapasan, terhirup oleh pekerja yang tidak menggunakan masker atauterhirup oleh masyarakat sekitar yang beresiko, umumnya adalahmasyarakat yang daerah bermukimnya paling dekat dengan lokasitambang.
  2. Untuk pencemaran tanah dan air dapat masuk ke dalam tubuh manusiamelalui oral (mulut). Tanah yang tercemar berakibat terhadap tercemarnyaair tanah dan permukaan serta ditambah dengan adanya air asam tambangmengakibatkan kualitas air menurun untuk dikonsumsi setiap harinya.Bahan berbahaya dan beracun yang terkandung didalamnya dapat terikutmasuk melalui makanan dan minuman.
  3. Debu, tumpahan bahan kimia, serpihan logam-logam berat, panggangan sinar matahari dan radiasi dapat memapar pekerja melaluikontak dengan kulit.
  • Simpul 4 : Dampak Kesehatan
Dampak kesehatan yang ditimbulkan akibat kegiatan pertambangan batu baraterhadap kesehatan manusia. Akibat kontak dengan B3 atau terpajan oleh pencemar melalui berbagai cara seperti pada simpul 3, maka dampak kesehatan yang timbul bervariasi dari ringan, sedang, sampai berat bahkansampai menimbulkan kematian, tergantung dari dosis dan waktu pemajanan.
Pada pertambangan di PT. Indominco Mandiri yang mengalami paparandari kegiatan proyek batubara, diantaranya adalah :
  • Pekerja pada pertambangan batu-bara dan
  • Warga sekitar yang beresiko
Gangguan-gangguan kesehatan yang sering dialami oleh pekerja tambangdiantaranya :
g.Debu, tumpahan bahan kimia, asap-asap yang beracun, logam-logam berat dan radiasi dapat meracuni penambang dan menyebabkan gangguankesehatan sepanjang hidup mereka.
h.Mengangkat peralatan berat dan bekerja dengan posisi tubuh yang janggal dapat menyebabkan luka-luka pada tangan, kaki, dan punggung.
i.Penggunaan bor batu dan mesin-mesin vibrasi dapat menyebabkankerusakan pada urat syaraf serta peredaran darah, dan dapat menimbulkankehilangan rasa, kemudian jika ada infeksi yang sangat berbahaya sepertigangrene, bisa mengakibatkan kematian.
j.Bunyi yang keras dan konstan dari peralatan dapat menyebabkanmasalah pendengaran, termasuk kehilangan pendengaran.
k.Jam kerja yang lama di bawah tanah dengan cahaya yang redup dapatmerusak penglihatan.
l.Bekerja di kondisi yang panas terik tanpa minum air yang cukupdapat menyebabkan stres kepanasan. Gejala-gejala dari stres kepanasan berupa pusing-pusing, lemah, dan detak jantung yang cepat, kehausanyang sangat, dan jatuh pingsan.
Selain pada tenaga kerja tambang, dampak kegiatan pertambangan juagdialami oleh warga sekitar yang beresiko, diantaranya adalah:
  1. .Penambangan dapat menyebabkan kecelakaan-kecelakaan yang seriusseperti kebakaran-kebakaran, ledakan-ledakan, atau lorong-lorong galianyang rubuh yang dapat menimbulkan dampak pada orang-orang yang bermukim di komunitas sekitar tambang. Bahkan dampak jangka panjangnya dapat mengancam kesehatan walaupun sudah berupa tempat-tempat bekas daerah tambang, karena orang-orang dapat terpapar limbahtambang dan bahan-bahan kimia yang masih melekat di tanah dan di air.
  2. Debu dari kegiatan tambang batubara dapat menyebabkan penyakit paru-paru hitam (black lung diseases). Di samping itu debu dari silikamenyebabkan silikosis (silicosis). Penderita penyakit paru-paru hitam atausilikosis memiliki resiko yang tinggi untuk mengidap penyakit lainnyaseperti: tuberkulosis (TBC), bronkitis kronis, penyakit jantung, kanker paru-paru, radang paru-paru, asma, rematik arthritis, lupus, radangrematik, dan sklerosis.
  3. Pencemaran air membuat orang, tanaman, ikan dan hewan-hewanmenjadi sakit.Bahkan asam sulfur Jika dicampur dengan air dan logam berat akanmembentuk drainaise asam tambang. Asam sulfur berbau seperti telur busuk. Kontak dengan asam sulfur akan menyebabkan kulit terbakar, butaatau bahkan kematian.
  4. Pertambangan juga berdampak pada kondisi kesehatan melaluimasalah-masalah sosial yang dibawanya. Kota-kota dan perkampungantambang terbentuk cepat, dengan sedikit atau tanpa perencanaan. Hal ini biasanya menimbulkan banyak masalah. Orang laki-laki berdatanganmencari pekerjaan di tambang, kaum perempuan yang membutuhkan penghasilan menjadi pekerja seks, dan kombinasi ini dapat menjadi sumber yang dapat dengan cepat menyebarkan infeksi HIV/AIDS dan penyakit kelamin menular lainnya.
3.3 Penanganan Kegiatan Pertambangan Batu-Bara
Sebelum disetujuinya pelaksanaan proyek pertambangan batu-bara, para pengusaha harus tunduk pada hukum yang berlaku :
  1. Hukum yang lebih tegas
    Untuk meminimalisasi dampak negative tersebut, maka menjadi kewajiban pemerintah unutk menegakkan hokum secara konsisten sehingga parakontraktor yang melaksanakan kegiatan penambangan batubara dapatmelaksanakan segala ketentuan hokum yang berlaku dalam bidang pertambangan sesuai dengan pasal 30 Undang-Undang No.11 tahun 1967tentang Pertambangan secara tegas, yaitu :“Apabila selesai melakukan penambangan dan galian pada suatu tempat pekerjaan, pemegang kuasa pertambangan yang bersangkutan diwajibkanmengembalikan tanah sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan bahaya penyakit atau bahaya lainnya”.
  2. Pengusaha pertambangan harus mematuhi rambu-rambu hukium yang berlaku mengenai pertambangan.
  3. Adanya pengawasan secara efektif dari aparat pemerintahArtinya tidak ada sikap ragu-ragu dari aparat pemerintah ketika melihat pelanggaran hukum.
  • Upaya Pencegahan dan Penanggulangan
Upaya pencegahan dan penanggulangan terhadap dampak yangditimbulkan oleh penambang batu bara dapat ditempuh dengan beberapa pendekatan, untuk dilakukan tindakan-tindakan tertentu.
Pertama pendekatan teknologi, dengan orientasi teknologi preventif (control/protective) yaitu pengembangan sarana jalan/jalur khusus untuk pengangkutan batu bara sehingga akan mengurangi keruwetan masalaht ransportasi. Pejalan kaki (pedestrian) akan terhindar dari ruang udara yangkotor. Menggunakan masker debu (dust masker) agar meminimalkan risikoterpapar/terekspose oleh debu batu bara (coal dust).
Kedua, pendekatan lingkungan yang ditujukan bagi penataan lingkungansehingga akan terhindar dari kerugian yang ditimbulkan akibat kerusakanlingkungan. Upaya reklamasi dan penghijauan kembali bekas penambangan batu bara dapat mencegah perkembangbiakan nyamuk malaria. Dikhawatirkan bekas lubang/kawah batu bara dapat menjadi tempat perindukan nyamuk
(breeding place).
Ketiga, pendekatan administratif yang mengikat semua pihak dalamkegiatan pengusahaan penambangan batu bara tersebut untuk mematuhi ketentuan-ketentuan yang berlaku (law enforcement) dan keempat pendekatan edukatif, kepada masyarakat yang dilakukan serta dikembangkan untuk membina dan memberikan penyuluhan/penerangan terus menerus memotivasi perubahan perilaku dan membangkitkan kesadaran untuk ikut memeliharakelestarian lingkungan. Selain itu perlu diupayakan kajian penelitian yanglebih mendalam.
Secara Teknis dapat dilakukan :
  • Reklamasi
Reklamasi adalah kegiatan yang bertujuan memperbaiki atau menatakegunaan lahan yang terganggu sebagai akibat kegiatan usaha pertambangan,agar dapat berfungsi dan berdaya guna sesuai peruntukannya, diantaranyaadalah :
1.Revegetasi
  • Perbaikan kondisi tanah meliputi: perbaikan ruang tubuh, pemberiantanah pucuk dan bahan organik serta pemupukan dasar dan pemberiankapur.
  • Secara ekologi, spesies tanaman lokal dapat beradaptasi dengan iklimsetempat tetapi tidak untuk kondisi tanah. Untuk itu diperlukan pemilihan spesies yang cocok dengan kondisi setempat, terutama untuk jenis-jenis yang cepat tumbuh, misalnya sengon, yang telah terbuktiadaptif untuk tambang.
  • Dengan penanaman sengon minimal dapat mengubah iklim mikro padalahan bekas tambang tersebut. Untuk menunjang keberhasilan dalammerestorasi lahan bekas tambang, maka dilakukan langkah-langkahseperti perbaikan lahan pra-tanam, pemilihan spesies yang cocok, dan penggunaan pupuk.
  • Untuk mengevaluasi tingkat keberhasilan pertumbuhan tanaman padalahan bekas tambang, dapat ditentukan dari persentasi daya tumbuhnya, persentasi penutupan tajuknya, pertumbuhannya, perkembanganakarnya, penambahan spesies pada lahan tersebut, peningkatan humus, pengurangan erosi, dan fungsi sebagai filter alam
2.Penanganan Potensi Air Asam Tambang
  • Pencegahan pembentukan air asam tambang dengan melokalisir sebaranmineral sulfida sebagai bahan potensial pembentuk air asam danmenghindarkan agar tidak terpapar pada udara bebas. Sebaran sulfidaditutup dengan bahan impermeable antara lain lempung, serta dihindariterjadinya proses pelarutan, baik oleh air permukaan maupun air tanah.
  • Produksi air asam sulit untuk dihentikan sama sekali, akan tetapi dapatditangani untuk mencegah dampak negatif terhadap lingkungan. Air asam diolah pada instalasi pengolah untuk menghasilkan keluaran air yang aman untuk dibuang ke dalam badan air. Penanganan dapatdilakukan dengan bahan penetral misalnya batu gamping, yaitu air asamdialirkan melewati bahan penetral untuk menurunkan tingkat keasaman.
3.Pengaturan Drainase
  • Drainase pada lingkungan pasca tambang dikelola secara seksama untuk menghindari efek pelarutan sulfida logam dan bencana banjir yangsangat berbahaya, dapat menyebabkan rusak atau jebolnya bendungan penampung tailing serta infrastruktur lainnya.
  • Kapasitas drainase harus memperhitungkan iklim jangka panjang, curahhujan maksimum, serta banjir besar yang biasa terjadi dalam kurunwaktu tertentu baik periode waktu jangka panjang maupun pendek.
  • Arah aliran yang tidak terhindarkan harus meleweti zona mengandungsulfida logam, perlu pelapisan pada badan alur drainase menggunakan bahan impermeabel. Hal ini untuk menghindarkan pelarutan sulfidalogam yang potensial menghasilkan air asam tambang.
4.Tataguna Lahan Pasca TambangPekembangan suatu wilayah, lahan pasca tambang dapat dipergunakanuntuk pengembangan pemukiman atau kota. Lahan bekas tambang bauksit sebagai salah satu contoh, telah diperuntukkan bagi pengembangan kota TanjungpinangUntuk para pekerja tambang yang memiliki resiko paling besar terpapar,secara khusus dapat dilakukan :

  • Untuk pencemaran udara :
1. Pengusaha tambang harus menyediakan peralatan untuk mengurangidebu di lokasi tambang. Pompakan udara segar ke dalam lubang tambang bawah tanah. Tambang-tambang harus memiliki beberapa saluran udarayang terbuka ke permukaan tanah. Pompa udara dan kipas angin dapatmengalirkan udara segar masuk ke dalam dan mengeluarkan debutambang dan udara kotor ke luar.
2. Sediakan kran percikan air untuk mengendapkan debu agar tidak beterbangan. Simpan air dalam tangki yang tinggi, dan pompa atau biarkan mengalir ke lubang-lubang dan lorong-lorong tambang melalui pipa-pipa dengan lubang kecil atau seukuran pancuran mandi. “Air asam”yang tidak dapat diminum dapat digunakan untuk keperluan ini. Tetapi perlu diingat bahwa penambang-penambang juga perlu banyak air minum.
3. Sediakan peralatan pemotong dan penggiling yang dilengkapi dengansemprotan air untuk mengendapkan debu.
4. Pengusaha tambang harus menyediakan bahan dan alat untuk melindungi para penambang dari debu tambang, seperti :
  • Menyediakan batuan kapur dan selimut-selimut untuk menutup daerahyang akan diledakkan.
  • Menyediakan masker-masker yang tepat dan pastikan peralatan tersebutdiperiksa dan dibersihkan secara teratur .
  • Para penambang memerlukan tempat untuk mengganti baju mereka yang berdebu dan tempat untuk mandi sebelum meninggalkan lokasitambang, serta tempat lainnya untuk menyimpan pakaian bersih.Pengusaha tambang juga harus bertanggung jawab untuk mencari caraagar debu tambang tidak menyebar ke komunitas-komunitas di sekitar tambang.
5.Para penambang dapat mengurangi jumlah debu tambang yang merekahirup dengan cara :
  • Basahi dulu permukaan yang akan digali atau dibor untuk menghindaridebu beterbangan.
  • Tebarkan batu kapur gerus untuk menghindari silika atau debu tambang beterbangan di udara.
  • Tutup daerah yang akan diledakkan dan digiling dengan selimut basahatau terpal untuk mengendapkan debu. Sesudah diledakkan ataudigiling, semprot lokasi itu dengan air.
  • Setelah diledakkan, biarkan debu tambang mengendap dulu sebelummasuk ke areal tambang.
  • Kenakan pakaian dan peralatan pelindung. Masker yang terbaik bagi penambang terbuat dari karet respirator yang terpasang ketat di mukadan berisi saringan (filter) yang dapat menyaring debu dari jenistambang yang Anda kerjakan. Penambang harus diberi pelatihan caramemilih masker, menggunakannya dan memeliharanya. Jika masker debu tidak tersedia, gunakan kain basah di sekitar mulut dan hidungAnda, dan cuci kain setiap hari. Kacamata atau goggles (alat pelindungmata) akan melindungi mata Anda (untuk informasi lanjut tentang peralatan pelindung.
  • Cuci tangan dan muka sebelum makan, minum, atau merokok, danselama bekerja serta setelah selesai bekerja.
  • Cuci peralatan sesering mungkin. Jangan menepuk tas-tas yangdiselimuti debu, hal ini akan membuat debu menjadi tersebar di udara,lebih baik dicuci saja. Jika harus ditepuk, perhatikan arah angin agar debu menjauhi Anda. Tas kain dapat menangkap banyak debu, gunakantas plastik jika mungkin.
6.Untuk menghindari debu tambang masuk ke dalam rumah warga pemukiman sekitar tambang :
  • Bersihkan lantai dengan kain pel basah untuk membersihkan debu.Menyapu lantai akan menyebabkan debu beterbangan.
  • Jika di luar banyak debu, tutuplah pintu dan jendela rumah. Jika rumahtidak ada pintu atau jendela yang dapat ditutup, gantungkan kain penutup atau daun pisang yang lebar di pintu dan jendela.

    >Untuk pencemaran air :
1.Kebocoran pada kolam penampungan limbah adalah salah satu dari beberapa perkiraan penyebab utama pencemaran air dari pertambangan.Maka untuk mencegah terjadinya pencemaran air, kolam penampunganlimbah harus:
  • Dibangun jauh dari sumber-sumber air atau saluran pembuangan daerah-daerah aliran sungai.
  • Dilapisi untuk menghindari rembesan ke air tanah.
  • Dibangun sesuai dengan standar internasional yang terbaik.
  • Diawasi untuk menghindari kebocoran atau rembesan dan tumpah.
  • Jika operasi tambang selesai, kolam penampungan limbah harus ditutupdan limbah beracun dikosongkan.

    >Kontribusi yang telah dilakukan oleh PT. Kaltim Prima Coal adalah :
  1. Kaltim Prima Coal (KPC) mengalokasikan dana US$5 juta setiap tahun bagiaksi corporate social responsibility (CSR) yang berbentuk tujuh programuntuk masyarakat sekitar lokasi usahanya. CSR (Corporate SocialResponsibility) merupakan bentuk “peran serta” dan “kepedulian” perusahaan terhadap aspek sosial dan lingkungan.
  2. Dari alokasi dana tadi diatas PT. Kaltim Prima Coal mengelompokkan program pengembangan masyarakat ke dalam tujuh bidang, yaitu pengembangan agribisnis, kesehatan dan sanitasi, pendidikan dan pelatihan, pembangunan infrastruktur, pengembangan usaha kecil dan menengah(UKM), pelestarian alam dan budaya, serta penguatan kapasitas masyarat dan pemerintah. Program-program pemberdayaan masyarakat PT KPC tersebutdiarahkan kepada pengembangan sumber daya alam (SDA) yang terbarukanserta diselaraskan dengan program pemerintah Kabupaten Kutai Timur.
  3. Untuk program agribisnis, KPC membangun 300 hektare untuk penanamankakao. Masyarakat setempat diberikan bibit, pupuk sampai kepada pelatihanmengenai penanaman itu.
  4. Untuk program agribisnis ini juga dibuatkan kolam udang untuk masyarakatdi Desa Muara Bengalon.
  5. Program agribisnis lainnya adalah membangun perkebunan pisang dan peternakan ayam di Kampung Kabo.
  6. KPC juga memberikan kredit mikro kepada masyarakat Bengalon dengantotal peminjam tak kurang dari 700 orang.
  7. Pembangunan infrastruktur telah dilakukan program irigasi di Desa Sepaso,dan pembangunan jalan.
  8. Masyarakat setempat juga dimanjakan dengan fasilitas olah raga berupa pembuatan lapangan sepakbola.Sampai saat ini program CSR yang telah dijalankan oleh PT. KaltimPrima Coal belum sepenuhnya efektif, karena secara keseluruhan masih terdapat beberapa variable dibawah rata-rata kesenjangan. Ini mengidikasikan bahwamasyarakat sebagai penerima manfaat masih belum puas dengan kinerja program CSR yang telah dijalankan pihak PT. Kaltim Prima Coal, sehinggakinerja program CSR harus lebih ditingkatkan lagi.

BAB IV
PENUTUP
5.1Kesimpulan
  1. PT. Kaltim Prima Coal merupakan perusahaan tambang batubara yang terletak di Kabupaten Kutai Timur yang didirikan dengan akta No 28 tanggal 8 Maret1982. KPC merupakan perusahaan modal asing (PMA) yang dimiliki olehBritish Petroleum International Ltd(BP) dan Conzinc Rio Tinto of AustraliaLtd. (Rio Tinto) dengan pembagian saham masing-masing 50% dengan luas90.938 Ha.
  2. Paradigma kesehatan lingkungan daerah pertambangan PT. Kaltim PrimaCoal adalah simpul 1, simpul 2, simpul 3 dan simpul 4.
  3. Penanganan dampak dan akibat dari kegiatan pertambangan batu-baradilakukan secara umum dan khusus oleh PT. kaltim Prima Coal.
5.2 Saran
Sebaiknya para pengusaha pertambangan batu bara lebih memperhatikan danmenganalisis dampak lingkungan akibat adanya kegiatan pertambangan.



DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2009. Potensi Bahaya Tambang Batubara Bawah Tanah .http://www.kamusilmiah.com Tanggal akses 07 Mei 2010.

Bilad, M. Roil . 2010.Dampak Lingkungan Penggunaan Batubara Sebagai Bahan Bakar Pengomprongan Tembakau Virginia.http://www.sasak.org. Tanggalakses 07 Mei 2010.

Dwi.2009.Analisa CSR pada PT. Kaltim Prima Coal.(http://fotodeka.wordpress.com/, 7 Mei 2010)

Fiyanto, Arif. 2008.Pembangunan PLTU 10.000 MW : Solusi Keliru Pemerintahdalam Mengatasi Krisis Listrik.http://mentarikalahari.wordpress.com.Tanggal akses 07 Mei 2010.

Hendry. 2009.Bahan Galian Batubara. http://mangkutak.wordpress.com Tanggalakses 07 Mei 2010.

Nugroho, Sudarmanto Budi. 2009. Pengaruh Kegiatan Penambangan BatubaraTerhadap Kualitas Udara A mbien.http://docs.google.comTanggal akses 07Mei 2010.

Uliyah, Luluk. 2010.Awas, Pertambangan Batubara Sumber Krisis Air KalimantanTerkini. http://borneo2020.org. Tanggal akses 07 Mei 2010.

Wijanto, Sigit.___.LIMBAH B3 DAN KESEHATAN.(http://limbah.pdf.com, 7 Mei2010)