BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Reproduksi merupakan proses
menurunkan keturunan, disebut juga berbiak, dan tidak selalu disebut berkembang
biak, karena mungkin saja jumlah keturunannya tidak lebih banyak dari induknya
(Anwar, 1984).
Dalam reproduksi dikenal dengan
istilah siklus reproduksi, siklus reproduksi adalah perubahan siklis yang
terjadi pada sistem reproduksi (ovarium, oviduk, uterus dan vagina) hewan
betina dewasa yang tidak hamil, yang memperlihatkan korelasi antara satu denagn
lainnya. Siklus reproduksi di pengaruhi oleh faktor pelepas dari hipotalamus,
hormon gonadotrhopin dari hipofisis dan hormon seks dari ovarium. Siklus
reproduksi pada mamlia nonprimata di sebut siklus estrus. Sedangkan siklus
reproduksi pada primata di sebut siklus menstruasi (Muchtarromah, 2006).
Jika siklus reproduksi dari suatu
makhluk terputus maka kehairan makhluk tersebut di duniak menjadi terncanm dan
pada suatu saat makhluk tersebut mati tanpa ada generasi penerusnya makhluk
tersebut selanjutnya di sebut punah ()
Menurut pendapat Arief (1989), menyatakan bahwa setiap makhluk hidup dapat
melakukan reproduksi dan mengalami pertumbuhan. Tahap pertama reproduksi itu
ialah pembelahan sel (Partodihardjo, 1992).
1.2
Rumusan
Masalah
- Bagaimana ciri-ciri sel hasil apusan vagina ?
- Bagaiman tahap siklus reproduksi yang sedang di alami hewan betina
1.3 Tujuan
- Untuk membedakan sel-sel hasil apusan vagina.
- Untuk menentukan tahap siklus reproduksi yang sedang dialami hewan betina.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Siklus reproduksi adalah perubahan siklis yang terjadi
pada sistem reproduksi (ovarium, oviduk, uterus dan vagina) hewan betina dewasa
yang tidak hamil, yang memperlihatkan korelasi antara satu dengan lainnya
(Muchtarromah, 2006).
Reproduksi merupakan proses menurunkan keturunan,
disebut juga berbiak, dan tidak selalu disebut berkembang biak (Anwar, 1984).
Proses biologik yang dimaksud dalam melengkapi arti dari
siklus reproduksi diatas meliputi proses reproduksi dalam tubuh makhluk jantan
dan betina, sejak makhluk tersebut lahir sampai dapat melahirkan lagi. Siklus
reproduksi dibagi menjadi pubertas, musim kelamin, siklus birahi, saat yang
baik untuk inseminasi, fertilisasi, kebuntingan dan kelahiran (Partodihardjo, 1992).
Proestrus, pada tahap ini di ovarium terjadi ovulasi
tampak adanya folikel-folikel yang sedang tumbuh, sedang di estrus dinding
endometerium mulai menebal. Lama tahap ini adalah 12 jam (Muchtarromah, 2006).
Estrus awal, pada tahap ini di ovarium terjadi ovulasi,
sedangkan di uterus dinding endometerium akan bergranular dan membengkak
mencapai ketebalan maksimum. Lama tahap ini adalah 12 jam (Muchtarromah, 2006).
Behavioral signs of estrus
ð Gelisah dan takut
ð Menjauh dari
kawanannya
ð Ekor dan telinga
diangkat (pada hewan ternak dan kuda)
ð Aktif berinteraksi
dengan anggota kawanannya
ð Menempel pada anggota
kawanan yang lain
Physical signs of estrus
ð
Vulva
mengeluarkan mucus yang kental, bening, dan teruntai seperti benang.
ð
Vulva
kemerahan, bengkak, dan hangat (3A: abang, abo, anget).
Bulu kaku
dan kotor
ð
Produksi
susu berkurang (terjadi pada ternak-ternak yang diperah air susunya)
Estrus akhir, tahap ini di ovarium terjadi ovulasi,
sedangkan di uterus dinding endimeterium akan bergranular dan membengkak
mencapai ketebalan maksimum. Lama tahap ini 18 jam (Muchtarromah, 2006)
Matestrus, tahap ini di ovarium namapak adanya korpus
luteum yang mulai bedegenerasi dan di uterus dinding endometerium meluruh. Lama
tahap ini 6 jam (Muchtarromah, 2006).
Diestrus, pada tahap ini di ovarium terlihat banyak
folikel-folikel muda, sedangkan di uterus dinding endometerium mempunyai
lapisan yang paling tipis. Lamanya tahap ini adalah 2-2,5 hari (Muchtarromah, 2006).
Apabila siklus reproduksi dari suatu makhluk terputus,
maka kehadiran makhluk tersebut di dunia menjadi terancam, dan pada suatu saat
makhluk tersebut mati tanpa ada generasi penerusnya. Makhluk tersebut
selanjutnya di sebut punah (Partodihardjo, 1992).
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
Adapun alat yang digunakan dalam kegiatan praktikum ini
adalah :
- Mikroskop
- Kaca benda
- Kaca penutup
- Pipet tetes
3.1.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam
kegiatan praktikum ini adalah jenis mamalia non primata yaitu pada hewah
betina, seperti :
- Mencit betina (Mus musculus)
3.2 Cara Kerja
Sebelum kegiatan pengamatan
dilakukan, adapun prosedur kerja sebagai berikut :
- Memasukkan cotton bud yang sudah di basahi alkohol 70% ke dalam vagina mencit kira-kira sedalam 0,5 cm, kemudian memutar dengan hati-hati. Dapat juga menggunakan cara lavage, yaitu dengan pipet halus yang berisi NaCl 0,9%, menyemprotkan dan menyedot ke dalam vagina beberapa kali sampai cairan pada pipet berwarna keruh.
- Mengapus ujung cotton bud pada kaca benda yang sudah dibersihkan dengan alkohol 70% (arah apusan satu arah) atau meneteskan cairan keruh dari pipet ke kaca benda. Selanjutnya mewarnai dengan mitilen biru 1%.
- Membuang kelebihan zat warna setelah waktu 3-5 menit, dan membilas dengan air leding.
- Menutup dengan kaca penutup dan mengamati di bawah mikroskop sel-sel yang terlihat. Menentukan gambar sitologis apusan vagina dan tahapan siklus reproduksinya.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Pengamatan
Hasil
data pengamatan struktur apusan
vagina mencit betina (Mus musculus) pada pengamatan
mikroskop.
4.1.1 Mencit Betina (Mus
musculus)
- Pengamatan Sel-Sel Hasil Apusan Vagina Mencit Betina (Mus musculus) Pada Mikroskop perbesaran 10x10
Gambar sel
|
Golongan
|
Keterangan :
1. Lendir
2.
leukosit
3.
sel
epitel berinti
|
ð Diestrus : Hasil apusan E.L.Lendir
|
Keterangan :
1. Lendir
2. leukosit
3. sel epitel berinti
|
ð Diestrus : Hasil apusan E.L.Lendir
|
Keterangan :
1. Lendir
2. leukosit
3. sel epitel berinti
|
ð Diestrus : Hasil apusan E.L.Lendir
|
Keterangan : 1. Lendir
2. leukosit
3. sel epitel berinti
|
ð Diestrus : Hasil apusan E.L.Lendir
|
.
Pembahasan
Siklus
Reproduksi Pada Mencit Betina ♀ (Mus
musculus)
Berdasarkan pengamatan apusan vagina
mencit betina, baik pada mencit betina A sampai D dapat di ketahui bahwa mencit
betina tersebut sedang mengalami masa diestrus.
Pada tahap diestrus pada mencit
betina, siklus birahi yang ditandai
tidak adanya kebuntingan, tidak adanya aktivitas kelamin dan hewan menjadi
tenang. Dalam periode permulaan dari diestrus endometrium masih memperlihatkan
kegiatan, yaitu pertumbuhan kelenjar-kelenjar endometrium dari panjang menjadi
berkelok-kelok dan banyak diantaranya yang berkolok hingga membentuk spiral
(Partodihardjo, 1992).
Gambar 1, menunjukkan permulaan
diestrus. Dimana serviks menyempit, leukosit muncul dan menghalangi gerak maju
spermatozoa. Lendir serviks menjadi kental menyumbat lumen serviks. Inseminasi
akan menghasilkan angka konsepsi yang rendah (Partodihardjo, 1992).
Dalam periode permulaan diestrus, corpus hemorrhagicum mengkerut karena di
bawah lapisan hemorrhagik ini tumbuh sel-sel kuning yang di sebut luteum.
Diestrus adalah fase yang terlama diantara fase-fase yang terdapat dalam siklus
birahi (Partodihardjo, 1992).
Siklus reproduksi dipengaruhi oleh
faktor pelepas dari hipotalamus, hormon gonadotrophin dari hipifisis dan hormon
seks dari ovarium. Lamanya siklus berbeda-beda menurut jenis hewan. Hewan yang
memiliki siklus estrus satu kali pertahun disebut monoestrus, sedangkan yang
memiliki siklus estrus beberapa kali per tahun disebut poliestrus
(Muchtarromah, 2006).
Gambar 2
Siklus menstruasi diatur oleh hormon
Pada akhir dari fase diestrus, korpus luteum yang mempunyai peranan
menenangkan alat kelamin dengan sekresi progesteronnya, mengalami regresi
(kemunduran fungsi). Regresi ini di sebabkan oleh pengaruh prostaglandin yang
dihasilkan oleh masa uterus. Prostaglandin mempunyai sifat luteolysis terhadap korpus luteum (Partodihardjo, 1992).
Muchtarromah (2006), dalam bukunya
menyebutkan beberapa tahapan siklus estrus dan hasil apusan vagina, yaitu:
Tahapan siklus estrus
|
Hasil apusan vagina
|
Diestrus
Proestrus
Estrus awal
Estrus akhir
Metestrus
|
- Sel epitel berinti, leukosit,
dan lendir
- Sel epitel berinti, sel epitel
kornifikasi
- Sel epitel berinti, sel epitel
konifikasi (sangat banyak sekali)
- Sel epitel kornifikasi (sangat
banyak sekali)
- Sei epitel kornifikasi,
leukosit atau sel epitel berinti, sel epitel kornifikasi, dan leukosit
|
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan beberapa hasil pengamatan
struktur apusan vagina mencit betina (Mus
musculus) pada pengamatan mikroskop, dapat di simpulkan bahwa:
Physical signs of estrus
ð
Vulva
mengeluarkan mucus yang kental, bening, dan teruntai seperti benang.
ð
Vulva
kemerahan, bengkak, dan hangat (3A: abang, abo, anget).
Bulu kaku
dan kotor
ð Produksi susu berkurang (terjadi pada ternak-ternak yang
diperah air susunya)
ð Berdasarkan sel-sel apusan vagina yang
ditemukan pada vagina mencit betina, dapat dikatakan bahwa mencit tersebut
mengalami tahap diestrus. Karena pada sel vagina mencit ditemukan lendir yang
banyak, leokosit dan sel epitel berinti.
Tahapan siklus estrus
|
Hasil apusan vagina
|
Diestrus
Proestrus
Estrus awal
Estrus akhir
Metestrus
|
- Sel epitel berinti, leukosit, dan lendir
- Sel epitel berinti, sel epitel kornifikasi
- Sel epitel berinti, sel epitel konifikasi (sangat banyak sekali)
- Sel epitel kornifikasi (sangat banyak sekali)
- Sei epitel kornifikasi, leukosit atau sel epitel berinti, sel
epitel kornifikasi, dan leukosit
|
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Anik. 1984. Ringkasan Biologi. Bandung:
Ganeca Exact Bandung
Arief, Amiruddin.
1989. Biologi Umum I. Malang:
L.S.W. Malang
Muchtarromah, Bayyinatul. 2006-2007. Panduan Praktikum Struktur Perkembangan Hewan II. Malang: Universitas Islam Negeri
Malang
Partodihardjo, Soebadi. 1992. Ilmu
Reproduksi Hewan. Jakarta: Mutiara Sumber Widya